Cooperative Love - 2 - Twifére 2/2

4.5K 672 107
                                    


Ia memberikan paraf untuk beberapa materi promosi yang sudah menggunung di mejanya. Pasti diberikan saat malam hari setelah ia pulang. Meneliti satu persatu apakah sudah sesuai dengan permintaan di awal lalu memeriksa satu hal penting yang wajib dicantumkan di setiap materi promosi, satu kalimat sakti dan juga nama lembaga pemerintah yang memegang otoritasnya.

"Ran, kok fotonya pakai yang ini? Bukannya diminta opsi yang pertama ya kemarin pas rapat?" Ia mengangkat materi promosi untuk salah satu restoran. Ia sempat melihat sekilas layar Dani dan tahu bahwa hal ini yang dikerjakannya hingga datang lebih awal. Wanita yang dipanggil Ran itu melongokkan kepala dari kubikelnya, "Terakhir Laura minta ganti, Mbak." jawabnya, menyebutkan nama penanggung jawab yang berhubungan langsung dengan pihak restoran.

"Kamu ada emailnya 'kan? Jangan sampai ini berubah tapi nanti malah diprotes sama bosnya dan kita yang disalahin."

"Ada emailnya, Mbak. Itu juga last minute sih dia minta gantinya by phone. Tapi, aku minta dikirim email dan cc Mbak Ratna dan Mbak juga. Cuma ternyata di email gak ada nama Mbak nih." Rani berdiri, membungkukkan badannya sambil membuka email dan menjelaskan.

"Okay, asal ada emailnya gak masalah ganti-ganti. Tapi, lain kali infoin dia jangan dadakan. Materi yang lama keburu selesai, eh malah diganti. Kasihan kan Dani ngerjainnya sampe dateng pagi-pagi." omelnya pelan. Rani meringis dan menggumamkan maaf pada Dani lalu kembali bekerja.

Ia menumpuk materi yag sudah diperiksanya, "Ada lagi, gak? Gue mau ke Ibu nih." gelengan kepala serta sahutan serempak berkata tidak membuatnya memasukkan tumpukan kertas ke dalam clear map dan berjalan keliar ruangan mereka. Ruangan Head of Department tidak jauh, hanya perlu belok ke kanan dan berjalan melewati kubikel-kubikel lalu berhadapan dengan ruangan yang lebih besar dari ruangan Marcomm. Ruangan itu dikelilingi kaca buram di bagian tengah agar tidak ada yang dapat mengintip ke dalam. Siapa juga yang mau mempertaruhkan waktunya dengan mengintip sedangkan banyak tugas yang harus mereka selesaikan? Sungguh kurang kerjaan.

"Ibu ada meeting gak? Kosong?" ia berhenti di meja sekretaris yang berada tepat di depan ruangan bosnya itu. Wanita itu membuka kalendernya dan menggelengkan kepala, "Sekarang kosong. Nanti ada rapat jam sepuluh, Mbak. Tapi, jangan lama-lama ya, Ibu belum makan. Kalau maagnya kambuh malah repot." wanita itu memberikan senyuman semanis madu padahal ia tahu ucapannya adalah hal mutlak. Tidak peduli sedekat apa pun mereka dengan bosnya dan segalak apa pun bosnya pada mereka, sekretarisnya ini jauh lebih galak lagi. Bosnya juga manut saja karena seluruh jadwal dan tetekbengeknya diurus oleh sekretarisnya, terbukti lancar sih. Makanya tidak ada yang berani protes.

Ia menganggukkan kepala lalu mengetuk pintu. Wanita yang tidak pernah terlihat tua itu menganggukkan kepalanya ke arah Farras dan memintanya masuk. Ia duduk dengan clear map pangkuan. Menjelaskan satu persatu materi yang perlu diparaf dan memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan oleh bosnya.

"Ras, mantan suami kamu kerja di Whole Food Company bukan?" tanya bosnya yang membuat tubuhnya menegang seketika. Perceraiannya bukan berita baru di sini, pun nama suaminya yang sering jadi buah bibir karena sudah mencampakkannya. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat selamat dari pergunjingan di kantor, percayalah. "Javas Ekata 'kan namanya?"

Dan hanya mendengar nama itu saja luka dihatinya seperti terbuka lebar lagi. Nyerinya masih berada di tempat yang sama. Terlalu lama berbohong membuatnya lupa bahwa ia hanya berpura-pura sudah melupakan. Ia yakin raut wajahnya sudah berubah sekarang jika dilihat dari ekspresi bosnya yang berubah.

"Whole Food Company akan membuka anak usaha baru dan Javas akan diangkat jadi pemimpinnya. Berita baiknya bagi perusahaan ini adalah mereka kemungkinan akan membuka pintu kerja sama dengan bank-bank lain." bosnya memberikan jeda dan Farras menggigit lidahnya untuk menyuarakan protes. Karena, ia tahu beritanya tidak berhenti sampai di sana. "Berita buruknya untuk kamu, divisi kita termasuk ke bank yang akan bekerja sama dengan anak perusahaan baru itu."

26/4/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟

 Thank you :) 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cooperative Love (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang