Cooperative Love - 12 - Fadian

3.4K 540 302
                                    


"Kalau gitu saya balik dulu." Javas berpamitan setelah para lelaki itu berbincang-bincang, para wanita tentu saja sering gagal fokus karena perhatiannya teralihkan ke dada Javas. "Kata, papa pulang dulu. Nanti papa kabarin kalau sudah sampai rumah." kali ini perhatian pria itu tertuju pada Kata yang mengangguk. Lalu tangannya menowel pipi Himeka dan terakhir mengacak rambut Aksa.

Bahkan sekarang ketiga sahabatnya ikut-ikutan berdiri di depan rumahnya untuk mengantar kepergian Javas. Begitu mobilnya menghilang dari halaman rumah dan para bocah-bocah kecil itu masuk ke dalam rumah, Damayanti sudah melenguh. "I wouldn't mind if he spank me." wanita itu menggigit bibir berwarna merahnya.

"Amen, sister!" Rhea menyetujuinya dengan penuh sukacita. Dua orang ini benar-benar menguji kesabarannya semenjak menginjakkan kaki di rumahnya. Nadira yang berdiri di sebelahnya tertawa kecil. "Lo tahu kan kalau mereka cuma isengin lo?"

"Hormon kehamilan Damayanti tiap hari makin ngeselin."

"Dia, kalau pinjam istilah Rhea, non-blok, bebas jadi bahan obrolan, Ras." mereka memasuki rumah dengan Damayanti yang berjalan di depan. "Atau bahan fantasi." imbuhnya yang membuat Farras ingin menyambit wanita hamil itu dengan sendal rumah yang dikenakannya.

Nadira yang merangkul lengannya tertawa dan menahannya yang sudah akan melakukan niatannya tadi. "Dia bercanda, Ras. Biasanya kan lo yang mesum, gantian lah. Kapan lagi bisa isengin lo." ujar wanita itu.

Suara tawa anak-anak terdengar di belakang, lengkap dengan gongongan Sapri dan begitu mereka sampai di ruang tengah hanya ada Janu dan juga Leo di sana. "Mana Ganendra?" Farras celingukan mencari pria itu.

"Lagi main sama anak-anak di luar." Leo yang menjawabnya karena Janu sudah sibuk dengan tablet yang selalu ditentengnya ke mana-mana. Farras mendekati Leo yang sedang mengganti channel di teve. "Yuk, Le. Gue kenalin sama Kata."

Dengan sigap Leo berdiri dan menggandeng tangannya menuju taman belakang. Farras tertawa, "Semangat amat mau kenalan sama anak gue."

"Sebelum lo berubah pikiran. Gue kira hari ini bertiga aja. Kaget juga ketemu banyak orang pas masuk rumah lo." katanya setelah mereka berada di taman belakang dan memastikan ucapannya tidak terdengar oleh yang lain.

"Kenapa? Gak suka ketemu sama mereka?"

"Gak lah. Gue yakin setelah Kata, mereka termasuk jajaran yang lo gak kasih ketemu kalau lo deket sama cowok kan?" Tebak Leo tepat mengenai sasaran. Ia tertawa lagi. "Kelihatan, ya? Gue gak pernah kasih mereka ketemu memang. Cuma sebatas cerita atau foto. Bukan hal penting juga ngenalin cowok-cowok yang cuma mampir sebentar."

Senyum bangga nan pongah terukir di bibir pria itu. "Berarti setelah mantan suami lo, gue orang pertama yang dikenalin ke mereka?" Farras tidak menjawab pertanyaan itu, "Akhirnya, sesuatu yang bisa gue banggain dari hubungan ini." pria itu melanjutkan ucapannya, masih dengan senyum lebar.

Ia mengabaikan pria itu dan memilih memanggil Kata yang tengah duduk di atas rumput dengan Sapri yang melompat-lompat. Cahaya matahari yang sedang lucu-lucunya tidak mengganggu para bocah dan juga Ganenedra untuk bermain. "Kata!" bocah berambut pendek itu langsung berdiri kemudian kendekati ibunya. "Apa, Ma?"

"Kenalin, ini Leo. Panggilannya--"

"Leo aja, please." potong Leo sebelum Farras mencemari Kata dengan panggilan anehnya.

Kata merai tangan Leo yang sudah terulur dan menjabatnya. "Kata, Om. Om ikutan nginep, Ma?"

"Enggak, cuma nganter aja nanti. Sama lunch bareng, mungkin?"

"Okay!" kata berlalu setelah mengatakannya karena Aksa memanggilnya.

"I'm in. Mau lunch di mana?" Leo tampak bersemangat dengan ide ini. Farras tidak tahu apakah ia harus takut atau merasa senang karena pria itu tampak tertarik mengenal orang-orang terdekatnya.

"Gak tahu, sih. Nadira yang aturin semuanya, biasanya. Palingan nanti tinggal ngikut dia aja." Leo menganggukkan kepala mendengar ucapannya. "Kalau belum ada gue punya beberapa referensi tempat makan yang ramah anak-anak juga." kata Leo.

Kedua alisnya terangkat, "Lo punya nama-nama resto yang ramah anak?"

"Gue gak mungkin terima tawaran ketemu Kata tanpa persiapan, Ras." ia terkekeh. Farras memperhatikan pria itu yang kini memiliki semburat merah jambu.

Ekspresi pria itu menarik perhatiannya. Ia tidak ingat kapan terakhir kali bersemangat untuk pergi kencan, merencanakan akan melakukan apa seharian, mencaru restoran yang mungkin akan disukai oleh mereka berdua. Beberapa tahun ini ia lebih banyak memilih tanpa memikirkan hal-hal seperti afeksi yang diberikan oleh Leo.

"Persiapan lo gak mungkin gak matang, ya, Le."

7/7/21

Baaaang, Dam-dam minta di-spank tuh 😂😂😂

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟

 Thank you :) 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cooperative Love (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang