Menikah
-----A&A-----
Waktu begitu cepat berlalu, seakan tidak memberinya jeda bahkan untuk sekedar memikirkan apa yang telah terjadi. Pertemuannya dengan Pak Satrio dan Bu Ninggrum terasa baru kemarin. Namun hari ini ia akan menikah dengan putra mereka.
Semua itu tak lepas dari uang, the power of money. Dalam waktu tiga hari semua persiapan telah rampung termasuk urusan dengan pihak KUA. Lihatlah betapa uang bisa dengan mudah mengatasi. Pendaftran nikah yang biasanya harus h-10 pernikahan, tetap bisa diproses.
"Saya terima nikahnya Maira Rubbyka Agni dengan mas kawin tersebut, tunai!"
Suara lantang Afar yang terdengar tanpa keraguan didepan sana menarik Aira pada kenyataan bahwa ia telah resmi menjadi istri pria itu. Sekali lagi, semua ini terlalu cepat. Mereka bahkan belum bertemu sebelum hari ini, belum bicara apalagi pergi berdua. Hanya lirikan singkat yang mengawali pertemuan mereka beberapa menit yang lalu. Aira bahkan tidak sempat menduga apa yang Afar rasakan, apa pria itu benar-benar setuju dengan pernikahan mereka.
"Selamat Aira. Sekarang kamu udah jadi menantu Mama."
Menoleh kesamping, Aira menemukan raut wajah bahagia Bu Ninggrum. Wanita itu tersenyum lebar setelah memeluk Aira dengan begitu erat. Aira tidak tahu harus bereaksi bagaimana, selain balas tersenyum dengan sedikit canggung. Ia belum terbiasa berada disekitar Bu Ninggrum.
Setelah prosesi doa, Aira dituntun oleh wanita itu dan juga sang Mama kebarisan depan, dimana Afar duduk bersama penghulu, Ayah mereka dan para saksi. Jantung Aira yang sedari tadi sudah bertalu semakin dibuat tak karuan. Untuk pertama kalinya mereka akan disandingkan. Aira sangat gugup.
Saat Aira sudah duduk disamping Afar, pria itu tidak meliriknya sama sekali, hanya menatap malas kearah tembok dibelakang penghulu. Hati Aira sedikit mencolos. Jangan-jangan sebenarnya Afar tidak setuju dengan pernikahan ini?
"Silahkan mempelai wanita menyalami tangan suami."
Dengan perasaan yang masih mengganjal, Aira menghadap Afar yang sudah duduk menyerong kearahnya. Kali ini Afar melihatnya, tidak hanya melirik. Pandangan mereka bertemu sesaat sebelum Aira menunduk dan mencium tangan Afar. Cahaya lensa yang mengabadikan moment tersebut sedikit membuat Aira tersentak. Hampir saja ia mengangkat kepala saat sebelum merasakan sebuah tangan kokoh mengusap kepalanya yang tertutupi hijab dan veil pengantin. Tamatlah riwayat jantungnya.
"Bang Afar, cium kening Kak Aira."
Arahan fotografer berhasil membuat Aira kelimpungan. Matanya mengerjap beberapa kali.
Deg
Afar menatapnya dalam, menangkup kedua pipinya, lalu perlahan mendekat hingga bibir pria itu mendarat dikeningnya. Cukup lama, terasa hangat dan ... mendebarkan. Aira bisa merasakan pipinya memanas, perutnya ikut bergejolak hebat. Afar kemudian menjauh, dengan tatapan yang masih menghunus padanya. Namun entahlah, tatapan pria itu tak terbaca.
-----A&A-----
Setelah akad usai Aira kembali kekamar. Tidak ada resepsi, hanya makan bersama sebagai bentuk syukuran. Rencananya resepsi akan diadakan setelah Aira wisuda sekitar empat bulan lagi. Hal ini lantaran ia yang disibukan dengan skripsi yang sudah memasuki tahap akhir. Keluarga Afar yang mengerti kondisnya setuju saja jika resepsi diadakan belakangan.
Drrrt
Drrrt
Lamunan Aira buyar saat ponselnya berdering dengan menampilkan nama Bella sebagai penelpon. Panggilan yang entah keberapa dan masih ia abaikan. Sejak tiba dirumah tiga hari yang lalu ia selalu menghindari panggilan Bella maupun Damar. Aira tidak tahu harus menjelaskan apa pada dua sahabatnya. Terakhir kali ia menghubungi Bella adalah dihari ia tiba di rumah. Sedangkan Damar, Aira belum bertemu atau menghubungi pria itu lagi sejak ia diusir dari kos. Sungguh, Aira belum siap berterus terang pada keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/267758096-288-k636921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Yang Sederhana
Romance5th story Maira Rubbyka Agni sudah mencintai Zafar dalam diam sejak lama.Tak mengapa bila pria itu tidak pernah meliriknya.Tak mengapa bila mereka tidak pernah ada dalam satu obrolan yang sama. Karena mencintai pria itu sendirian sudah cukup mewarna...