🤍 Chapter 23

44 9 0
                                    

Minta feedback nya setelah membaca ya teman-teman. Terimakasih 🙏

Penjelasan

---A&A---

Langit tak begitu bersahabat malam ini. Mendung yang menghiasi angkasa sejak sore akhirnya menumpahkan isinya. Hujan turun dengan deras.

Adakah yang lebih buruk ketimbang terjebak macet ditengah guyuran hujan, kilat yang sesekali menyambar, ditemani wanita yang hanya duduk diam.

Itulah yang dirasakan Afar. Ia bingung bagaimana mencairkan suasana ini. Tiap kali bertanya, Aira hanya menjawab pendek dan sekenannya saja.

Satu jam sudah mereka duduk di kotak besi itu, namun percakapan mereka bahkan tak lebih panjang dari teks percakapan anak kelas dua SD. Andai bukan Afar yang bicara lebih dulu, barangkali bibir Aira akan tetap terkatup rapat. Lama-lama Afar bisa frustasi juga.

"Lo pasti nyesal kan ngiyain ajakan gue. Udah kena macet, hujan lagi."

Aira menoleh sekilas, "enggak kok, Kak."

"Tapi gue nyesel sih. Tahu hujan begini mending dirumah."

Afar bicara dengan agak keras lantaran bunyi hujan meredam suaranya.

"Iya. Kakak pasti capek juga habis kerja."

"Tadi katanya lo gak nyesal."

"Aku cuma khawatir sama Kakak. Seharusnya Kakak istirahat dirumah."

"Justru gue yang khwatir sama lo."

Aira menoleh dengan kening berkerut, "khwatir sama Aku? Aku kenapa kak?"

Sesaat mobil mereka melaju. Bergeser sedikit. Memberi jeda bagi Afar untuk memikirkan balasan yang tepat atas pertanyaan Aira.

"Gak tahu lah, gue ngerasa lo ada masalah aja."

"Aku gak apaapa kok."

"Lo udah bilang itu ribuan kali. Tapi gue tetap gak percaya."

"Beneran Aku..."

"Enggak," Aira seketika terdiam, "Gue tahu lo kepikiran sesuatu."

Hening lagi. Aira tak kunjung memberi balasan. Ia bingung dengan sikap Afar yang tiba-tiba begitu peduli padanya, maksudnya dengan perasaannya. Kenapa Afar harus peduli tentang apa yang ia rasakan? Kenapa memangnya kalau ia sedih, marah, kesal, atau apapun itu. Tidak tahukah laki-laki itu bahwa kalau begini, harapan dihati Aira akan kembali, bahkan bisa jauh lebih tinggi.

"Kenapa kak?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa Kakak peduli sama Aku?"

"Ya gue kan suami lo. Wajar gue peduli. Lagian kita udah janji untuk bikin pernikahan ini berhasil. Salah satu caranya ya harus saling terbuka."

Begitu ya? Jadi apakah salah jika Aira bertanya tentang foto-foto itu?  Bibirnya ingin sekali menanyai Afar detik ini juga. Tetapi ia takut jawaban yang  didapat sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Bahwa ternyata wanita didalam foto adalah benar wanita yang mengisi hati Afar. Sungguh Aira tak sanggup mendengar hal itu, tapi disisi lain, dirinya juga tak kuasa menahan rasa cemburu.

"Jangan-jangan lo ada masalah sama sahabat lo?" Afar memberi tanda petik dengan tangannya saat mengucapkan kata sahabat.

"Maksud Kakak?"

"Siapa tahu aja dia yang...."

"Maksud Aku kenapa tangan Kakak begitu waktu bilang sahabat?" Entah kenapa emosi Aira jadi terpancing. Sorot matanya menajam dengan wajah memerah.

Bukan Cinta Yang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang