🤍 Chapter 19

64 12 1
                                    

Night Talk

----A&A---

Malam kian tergelicir dalam larut. Namun kedua anak manusia itu masih terjaga dengan pikiran berkecamuk. Masing-masing hening, tiada suara sejak mendaratkan diri disofa nan dingin itu, tempat biasa mereka duduk bersama.

Dihadapan mereka, televisi 40 inch menyala, menampilkan tontonan yang bagi keduanya seolah tak terlihat, seakan senyap tak bersuara. Hanya suara-suara dikepala yang memekakkan telinga, diisi oleh berbagai pertanyaan yang belum juga mendapat jawaban.

Sepuluh menit kembali berlalu tiada arti. Aira menduga Afar khusuk menyimak acara yang ditampilkan televisi sehingga mengabaikan eksistensinya. Pun Afar berpikiran yang sama.

Tetapi permasalahan akan tetap mengambang jika tidak dibicarakan. Aira meneguhkan hatinya sejenak. Ia harus segera minta maaf.

"Kak."

Keheningan itu pecah dengan suara Aira sebagai mulanya. Afar serta merta menoleh, seolah telah menunggu moment ini sejak tadi.

"Aku..." Aira menarik nafas sepersekian detik, "mau minta maaf kak."

"Untuk?"

"Semalam. Aku gak sengaja dorong Kakak."

"That's okay," Afar lantas menjawab, "gue yang salah."

"Enggak kak. Kak Afar gak salah. Apa yang kak Afar lakuin wajar kok."

"Menurut lo wajar?"

Aira mengangguk khidmat.

"Wajar suami menyentuh istri kan?" Ucap Aira dengan kepala menunduk. Semburat merah muncul dipipinya.

"Aku hanya terlalu impulsif kak. Kaget lebih tepatnya. Jadi Aku gak sengaja dorong Kak Afar. Bukan maksud menolak kok." Sambung Aira lagi yang didengar Afar dengan perasaan lega.

Sekilas teringat olehnya ucapan Bayu di restoran tadi pagi. Hargai Aira sebagai istri lo, Far. Baiklah. Afar akan mencoba. Kendati ada sebagian dari hatinya masih meronta tak terima.

Memang tidak akan pernah mudah baginya menerima orang baru. Tetapi, tidak ada salahnya mencoba. Mulai kali ini, sebagaimana Aira memperlakukannya dengan baik, seperti itu pula Afar akan memperlakukan Aira.

Bayangan menuntut anak dari sang istri dengan cara bajingan lenyap seketika. Pikiran untuk cerai berganti dengan keinginan untuk menerima. Pada akhirnya bukan seseorang yang kita cintai yang kita butuhkan, tapi seseorang yang menghargai kita sepenuh hati. Aira lah orangnya. Afar melihat itu pada wanita yang duduk disampingnya ini.

"Ayo berdamai." Afar mengulurkan tangan. Dengan senang hati Aira menerimanya.

"Damai." Ujar Aira penuh senyuman.

Tangan mereka saling menggenggam. Tatapan mereka juga saling mengunci.

Akan selalu ada percikan aneh yang Aira rasakan setiap kali bersentuhan atau bertatapan dengan Afar. Barangkali sentuhan itu hanya berada ditelapak tangannya, tapi kehangatan yang dirasa menjalar keseluruh tubuh. Menyuburkan rasa yang sejak dulu telah tumbuh. Lagi dan lagi, Aira jatuh cinta pada orang yang sama.

"One more thing. Thank you."

"Buat?"

"Untuk masakan lo yang selalu enak."

Aira mengangguk semangat. Afar bukan orang pertama yang memuji masakannya. Tapi mendengar langsung dari orang yang ia cintai rasanya sungguh membahagiakan.

"Untuk perlakuan lo ke gue selama ini." Afar meletakan satu tangannya lagi diatas tangan Aira yang masih ia genggam.

"Untuk sikap lo yang gak pernah balas kasar meski gue kasarin, alias lo sabar banget sama sifat gue."

Bukan Cinta Yang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang