Menghargai
----A&A----
Pagi ini canggung sekali. Jika tidak salah, sudah lebih dari lima belas menit Aira dan Afar berada dalam satu ruangan yang sama. Tapi tak sepatah kata pun terucap dari bibir keduanya.
Aira menyibukan diri dengan wajan, membuat sarapan pagi untuk dirinya dan Afar. Sementara lelaki itu? Laki-laki itu pura-pura sibuk dengan ponsel ditangan seraya menyesap teh hangat yang hampir dingin yang ia buat sendiri sebelum Aira menampakan diri di dapur.
Begitu canggung, begitu dingin, dan tidak ada yang mampu mencairkan suasana. Afar sangsi Aira marah padanya karena kejadian semalam. Sedang Aira merasa bersalah karena menolak Afar plus membuat kepala suaminya itu terantuk ke kepala ranjang. Tampaknya hubungan yang semula dingin menjadi kian beku.
Huh, Afar menghembuskan nafas berat, meneguk teh nya hingga tandas lalu berdiri seraya mengantongi ponsel.
"Gue pergi."
Dua kata. Cukup dua kata yang terucap sebagai pembuka dan penutup sapaan mereka pagi ini. Aira bahkan tak sempat menjawab. Kedua tangan, yang hendak mengangkat piring nasi goreng yang baru saja ia tata, menggantung di udara. Aira membalik badan dan menatap kepergian Afar dengan hampa. Perasaan sedih dan bersalah seketika menyelubungi hati Aira.
Aira menatap dua piring nasi goreng yang malang itu. Ia jadi tak selera makan. Pikiranya kacau, hanya dipenuhi bayangan Afar yang baru saja meninggalkan ruangan dengan dingin.
Maaf, Kak.
Mata Aira berembun. Sekali kedip, barangkali setetes air mata akan jatuh.
----A&A----
Pagi-pagi di jam kantor begini, sudah pasti banyak restoran yang masih sepi. Puncak keramaian akan terjadi saat makan siang. Tapi entah kenapa di restoran yang Afar sambangi sejak tadi tiba-tiba dikunjungi banyak orang. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda dan pemudi. Ada yang datang berkelompok, ada yang berpasangan. Belakangan Afar tahu ada acara pamaren disekitar sini. Sial, padahal dia butuh suasana tenang. Mau pindah tempatpun rasanya malas. Ia juga telah menghubungi Bayu untuk datang menemuinya. Sudah dari dua puluh menit yang lalu. Sepertinya kawannya yang satu itu akan segera sampai.
Benar saja, tak lama setelah gelas minuman keduanya datang, Bayu muncul. Pria itu duduk dengan tenang dan tidak telihat penasaran sama sekali kenapa Afar mendadak memanggilnya. Kalau saja yang berada dihadapannya ini Chairul, Afar akan sangat frustasi mendapat rentetan pertanyaan. Ia sedang tidak ingin ditodong banyak pertanyaan. Ia hanya ingin bercerita tanpa merasa di introgasi.
"Sorry, gue ganggu waktu istirahat lo."
"Yaelah santai aja bro, kayak sama siapa aja."
"Sungkan lah gue. Lihat tuh mata lo kayak orang kurang tidur."
Afar memang sedikit keterlaluan sebenarnya karena sudah menggangu waktu istirahat Bayu. Seharusnya kawannya ini sedang menyelami dunia mimpi setelah terjaga sepanjang malam dan mengurusi para pasien yang sepertinya tidak ada habisnya. Bayu sudah pasti lelah. Tapi demi sang sahabat yang sedang galau, dia merelakan waktu istirahatnya.
"Masuk jam berapa lo nanti?"
"Kita mau bahas gue atau lo?" Tanya Bayu berpangku tangan.
"Basa basi doang."
Bayu terkekeh lalu mengambil buku menu. Ia butuh sarapan sebelum mendengar curhatan Afar lebih lanjut. Ia memanggil pelayan dan memesan makanan. Setelah pelayan yang mencatat pesanannya pergi barulah ia kembali menatap Afar dengan serius.
![](https://img.wattpad.com/cover/267758096-288-k636921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Yang Sederhana
Romansa5th story Maira Rubbyka Agni sudah mencintai Zafar dalam diam sejak lama.Tak mengapa bila pria itu tidak pernah meliriknya.Tak mengapa bila mereka tidak pernah ada dalam satu obrolan yang sama. Karena mencintai pria itu sendirian sudah cukup mewarna...