Surai Indah
---A&A---
Sepertiga malam ialah waktu terbaik bagi Aira. Dimana dia bisa merasa teramat damai. Kesunyian itu membuatnya khusuk menghadap sang Khalik. Dalam sujud-sujudnya, berbait-bait doa ia langitkan. Apa yang tak terucap dibibir, apa yang tak dapat dibagi dengan orang lain ia tumpahkan segalanya pada Dia yang Maha Tahu dan Maha Mendengar. Tak jarang air mata menetes membasahi pipi lalu luruh hingga membasahi ujung sajadah. Namun setelah tangis itu reda ketenanganlah yang justru menjalari hatinya. Aira dapat kembali tersenyum dan yakin akan ketetapan Allah yang tak pernah mengecewakan.
Malam ini Aira kembali menengadahkan tangan dan memanjatkan doa kepada Sang Khalik. Air mata sudah tumpah ruah, dada sudah dipenuhi perasaan gundah. Aira memohon untuk kebaikan rumah tangganya dan Afar. Ia meminta diberi petunjuk bila memang Afar lah jodoh dunia akhiratnya. Bahwa jika memang pria itu yang tertakdir untuknya, maka ia memohon diberikan kekuatan untuk meluluhkan hati sang suami. Bukankah Allah adalah pemilik segalanya termasuk juga hati. Dan bukankah Allah sang pembolak balik hati manusia itu sendiri? Aira amat yakin, jika memang Afar jodohnya maka suatu hari nanti pria itu akan menatap balik dan menerima dirinya dengan sepenuh hati. Aira hanya perlu bersabar. Ia tidak boleh goyah hanya karena pengabaian. Tidak peduli bagaimana kisah mereka bermula, yang terpenting bagaimana kisah ini berlanjut dengan keridhoanNya.
Aira selesai sholat tahajud juga witir pukul tiga dini hari. Masih ada waktu satu jam-an lagi sebelum subuh. Jadi ia memutuskan untuk tidur barang sejenak agar ketika waktu subuh tiba dia tidak terlalu mengantuk.
Setelah melepas mukenah dan melipatnya bersama sajadah. Aira merangkak naik keatas tempat tidur lalu menarik selimut. Namun belum sempat ia merebahkan diri sepenuhnya sebuah suara grasak grusuk terdengar dari arah dapur. Letak kamar Aira yang memang begitu dekat dengan dapur membuatnya bisa mendengar suara-suara itu dengan jelas. Pikiran negatif langsung memenuhi benak Aira. Suara apa itu? Apakah Afar? Tapi bagaimana kalau bukan?
Tanpa berpikir panjang, dengan langkah kecil dan juga pelan seperti mengendap-ngendap Aira berjalan keluar kamar.
Lampu dapur menyala, seingatnya sebelum tidur dia sudah mematikannya.
Semua pertanyaan Aira terjawab ketika melihat Afar berdiri didepan microwave. Ia menghembuskan nafas lega.
"Ternyata kak Afar." Pria itu terlonjak kaget kemudian refleks berbalik. Keterkejutannya bertambah saat melihat Aira diambang pintu. Sepersekian detik tatapannya terkunci pada sosok Aira. Afar tak berkedip, dan tanpa sadar ia menahan nafas. Aira yang ditatap sedemikian rupa jadi heran sendiri.
"Kak? Kakak lapar ya? Biar Aku yang siapin. Kakak duduk aja."
Aira mendekat dan mengambil alih pekerjaan Afar sebelumnya. Pria itu masih membisu tapi tetap menyingkir dan duduk manis di meja makan.
Ia tatap pinggung Aira yang tengah sibuk itu. Sang istri bolak balik di depan kabinet dapur dengan rambut yang ikut bergerak seirama. Surai indah itulah yang membuatnya terpana dan sulit bernafas. Untuk pertama kalinya Afar melihat Aira tanpa hijab.
"Ayo kak dimakan."
"I...iya." Afar memaksakan diri untuk tetap waras ditengah gejolak yang ada. Tak sekalipun ia berani melirik Aira lagi. Kepalanya tetap menunduk, pura-pura menikmati sup ayam hangat dan sepiring nasi yang telah disajikan Aira.
"Gimana kak? enak kan?"
"Hmmm."
Mendengar balasan Afar membuat Aira cemberut. Tabiat Afar selalu sama. Pria itu tetap saja mengabaikannya bahkan sekarang tak sekalipun Afar mengangkat wajah dan menatapnya. Mengatakan terimakasih pun tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Yang Sederhana
Storie d'amore5th story Maira Rubbyka Agni sudah mencintai Zafar dalam diam sejak lama.Tak mengapa bila pria itu tidak pernah meliriknya.Tak mengapa bila mereka tidak pernah ada dalam satu obrolan yang sama. Karena mencintai pria itu sendirian sudah cukup mewarna...