🤍 Chapter 20

87 13 3
                                    

Diantar Sang Pujaan Hati

---A&A---

Bel berdenting nyaring. Para siswa yang masih berada diluar pagar kian mempercepat langkah. Mereka bertarung dengan waktu, karena terlambat satu menit saja bisa menjadi masalah. Kesempatan yang mereka miliki hanya sampai Pak Raden-- penjaga sekolah, mendorong pagar hingga menutup. Jika pagar itu sudah tertutup sempurna maka tamat sudah riwayat mereka.

International High School sangat menjunjung tinggi kedisiplinan, bahkan terhadap staf dan guru sekalipun. Mereka yang terlambat akan diberi surat peringatan. Jika surat yang kamu peroleh sudah melebihi batas yang seharusnya, kamu hanya tinggal nama di sekolah itu.

Aira beruntung datang lebih awal. Karena kabar yang ia dengar dari peserta lain, mereka yang terlambat tidak bisa ikut tes. Kepala sekolah International High School berprinsip, jika sejak awal saja sudah tidak disiplin, jangan tanyakan bagaimana kedepannya.

Ting!

Semangat ya! Lakukan yang terbaik...

Satu balon chat dari Afar baru saja Aira terima. Ia tersenyum membaca pesan suaminya itu. Manis sekali.

Bahkan pagi ini Afar benar-benar menempati janji untuk mengantar Aira. Tidak hanya mengantar, lelaki itu juga menunggunya hingga selesai tes. Sekarang Afar duduk di salah satu kafe di depan sekolah. Sebenarnya Aira sudah bilang tidak usah menunggu karena ia tidak tahu sampai pukul berapa tes itu selesai. Tapi Afar keukeh. Pada akhirnya suara Aira yang kalah.

"Selamat Pagi, Bapak Ibu sekalian." Aira segera menyimpan ponselnya manakala suara seorang perempuan tiba-tiba terdengar. Didepan para peserta berdirilah perempuan muda dengan setelan rapi. Bibirnya menyunggingkan senyuman ramah.

"Perkenalkan Saya Hilda, salah satu panitia penerimaan guru baru. Untuk Bapak Ibu sekalian, mohon ikuti Saya menuju ruang tes."

Mendengar pemberitahuan tersebut, lantas saja para peserta yang semuanya memakai setelah putih hitam mengikuti perempuan bernama Hilda tadi.

Banyak juga ya yang ikut tes. Batin Aira seraya menyapukan pandangan kesekeliling. Aira tak bisa menghitung berapa banyak peserta, namun perkiraannya ada sekitar dua puluhan, dan  entah berapa banyak yang dibutuhkan.

Sepanjang perjalanan menuju ruang tes, Aira mempelajari bangunan-bangunan International High School. Semua gedung terlihat menjulang. Kebanyakan terdiri dari lima lantai, Aira benar-benar menghitungnya.

Bangunan-bangunan itu terpisah menjadi dua bagian. Satu bagian terdiri dari tiga gedung yang semuanya bewarna biru berpadu putih yang mana Aira yakini sebagai gedung sekolah menengah pertama. Dan sebagiannya lagi bewarna abu-abu berpadu putih, yang tentu saja diperuntukan bagi siswa siswi sekolah menengah atas.

Semua gedung berjejer rapi mengelilingi lapagan super besar. Aira berdecak kagum melihat kemegahan sekolah ini. Jelas ini sekolah elite. Bagaimana tidak. Sekarang mereka bahkan akan naik ke lantai tiga menggunakan lift.

Aira dan para peserta yang lain berada di gedung terpisah dari kedua bagian gedung yang mereka lihat tadi. Gedung yang mereka sambagi sekarang adalah pusat tata usaha dan administrasi sekolah, juga ruang kepala dan guru. Tidak setinggi gedung yang sebelumnya, bangunan ini hanya terdiri dari tiga lantai. Mereka akan naik ke lantai teratas.

Jika di lantai satu dan dua terdapat banyak pintu, maka dilantai ini hanya ada tiga pintu. Mereka memasuki ruangan yang satu sayap pintunya terbuka, di bagian atas tertulis meeting room yang berarti ruang pertemuan.

Bukan Cinta Yang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang