🤍 Chapter 26

48 6 0
                                    

Lagi-lagi Salah Tingkah

---A&A---

Hari demi hari terus berlalu sejak Aira mengikuti tahap terakhir seleksi guru di International High School. Sudah hampir dua minggu lamanya namun dirinya tak kunjung mendapat panggilan. Nadin juga sama. Gadis itu bilang ia belum menerima email ataupun telepon dari sekolah itu lagi. Alhasil keduanya jadi pesimis.

Beruntung sekarang Aira punya Afar yang terus menyemangatinya. Suaminya itu bilang mungkin belum rezeki Aira untuk bisa bekerja disana. Barangkali ada tempat yang lebih baik untuknya nanti.

Beberapa hari ini juga Aira kembali getol mengirim lamaran ke sekolah-sekolah swasta yang lain. Kadang jika Afar dirumah, pria itu akan memberi saran atau masukan bagaimana membuat surat lamaran yang bagus. Kemaren malam bahkan Afar berbaik hati meninjau dan mengedit ulang template CV Aira.

Malam ini cuaca sedang bagus. Bintang-bintang muncul menampakan eksistensinya yang membuat langit tampak gemerlap. Bulan juga tak mau kalah memberi sinar terbaiknya setelah lama tertutup awan kelabu musim hujan. Alhasil malam ini, pasangan suami istri itu memilih menghabiskan waktu diteras rumah mereka. Dengan dua cangkir kopi dan sepiring brownies yang Afar beli sore tadi di perjalanan pulang.

Keduanya tak saling bicara. Afar larut dengan buku komik ditangan. Selain pecinta buku-buku motivasi, Afar adalah pecinta komik nomor wahid. Berbeda dengan Aira yang lebih memilih melahap buku tentang islam, Afar lebih senang membaca buku bergambar tersebut. Tapi kali ini Aira tidak sedang membaca. Ia masih sibuk mencari informasi sekolah-sekolah swasta di ibukota. Hidupnya masih belum tenang kalau belum menemukan sekolah yang mau menerimanya mengajar.

Sesekali Aira terlihat mencatat dibuku yang ia simpan diatas meja, disamping laptop yang menjadi fokusnya sejak tadi. Sesekali juga keningnya akan mengerut.

"Aira." Suara Afar tiba-tiba terdengar setelah kebisuan yang mengelilingi mereka cukup lama.

"Hmmm."

"Mending lo simpan dulu laptopnya, lanjut besok aja."

"Nanggung kak. Bentar lagi."

Afar mendelik kemudian meletakan komiknya sebelum menutup laptop Aira tanpa perasaan, membuat si empunya melotot tajam.

Namun belum sempat Aira protes Afar sudah lebih dulu memberi ultimatum.

"Kalau lo masih ngeyel, gak gue izinin lo kerja. Lo tahu betulkan, jangankan untuk kerja, keluar rumah aja istri harus izin suami."

Nafas Aira tercekat. Kalau sudah begitu barang tentu dirinya tidak bisa protes. Sebagai istri yang bertekad akan berbakti  pada suami Aira hanya bisa pasrah.

"Berjuang boleh, tapi jangan sampai bikin lo stress. Gue lihat lo terlalu ambil pusing. Santai aja sih. Guekan udah bilang. Masukin lamaran disela-sela aktifitas lo. Gak usah terlalu memforsir tenaga dan fokus lo sampai segininya. Apasih yang lo kejar, Ra? Kalau soal materi gue masih bisa ngecover hidup kita berdua kok."

Afar lancar mengomel dan yang kena omel hanya bisa diam mendengarkan. Mungkin Afar benar, ia terlalu memforsir diri dan stress karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Bahkan pernah saking asiknya didepan laptop dia jadi melewatkan jam makan.

"Iya Kak, Maaf."

"Udah simpan aja laptopnya. Lo ngapain kek. Dengarin musik, nonton whatever yang bikin relax."

"Iya Kak."

"Jangan iya iya aja."

"Kok kak Afar sekarang galak sih?" sungut Aira.

Bukan Cinta Yang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang