🤍 Chapter 13

64 12 0
                                    

Malam minggu berdua

---A&A---

Langit ibu kota tampak lebih indah malam ini. Ditambah lagi hembusan angin yang terasa sejuk mendekap raga. Bau petrikor menjadi pelengkap yang menemani perjalanan.

Malam minggu kali ini sungguh berbeda bagi Aira. Bukan langit-langit rumah yang ia tatap, bukan pula ruangan petak yang menemani sepinya. Aira sedang menghabiskan malam bersama  pria yang ia pikir tidak akan pernah mengajaknya pergi kencan. Oh, apakah ini bisa dibilang kencan? Persetan dengan istilah yang ada, Aira hanya ingin mengenang momen ini sebagai salah satu momen terbaik dalam hidupnya.

"Mau makan dimana?"

"Terserah kak Afar aja."

Pria yang tengah mengemudi itu melirik singkat lalu berdecak sebal. Sampai saat ini dia masih tak faham kenapa wanita suka sekali mengatakan terserah apabila ditanya mau apa. Apasalahnya menyebutkan satu tujuan.

"Bilang aja lo mau makan apa? Gue benci cewek bilang terserah-terserah gitu."

Aira berpikir sejenak. Saat ini suasana hatinya sedang sangat bagus sehingga dia tidak tersinggung sama sekali dengan kesewotan sang suami. Lebih-lebih lagi dia sudah terbiasa.

Mobil berbelok mengelilingi air pancur raksasa yang menjadi salah satu iconic kota Jakarta, dan saat bersamaan Aira menyebutkan keinginannya. Ia kepingin makan diangkringan alih-alih di restoran atau cafe. Afar sempat tak setuju karena pria itu paling malas makan di kaki lima. Selain karena makanan-makanan tersebut tidak bisa dijamin ke higenisan nya, ia juga tidak suka makan berdesak-desakan. Tapi bagi Aira yang sudah terbiasa makan ditempat-tempat seperti itu, dirinya terlihat sangat antusias, apalagi bisa makan berdua bersama Afar.

"Tadi kak Afar yang minta Aku milih mau makan dimana." Ujar wanita itu yang membuat Afar tak bisa membantah. Sekali lagi Aira merasa senang. Entah hidayah dari mana sehingga membuat Afar malam ini terlihat bersahabat. Ah andai saja setiap hari begini, Aira sangat yakin hubungannya dengan Afar akan maju ketahap yang lebih baik.

---A&A---

Hiruk pikuk yang mengelilingi mereka tak dihiraukannya. Fokusnya kini  hanya satu, ialah lelaki yang begitu lahap menyantap makanan yang tersaji dihadapan mereka. Aira bahkan lupa bahwa sebelumnya Afar sempat protes tak mau makan di angkringan. Lihatlah sekarang siapa yang makan paling banyak.

"Ngapain lo lihatin gue terus?"

"Ha?" Mata Aira mengerjap, "e...engak kak. Aku cuma heran aja."

"Heran kenapa lo?" Tanya Afar lagi sambil menyendok makanan.

"Tadi kak Afar bilang gak suka makan ditempat kayak gini. Tapi..."

"Gue lagi lapar aja." Jawab Afar cepat. Aira mengulum senyum melihat reaksi sang suami yang kelewat cepat. Sekarang ia jadi tahu sifat lain Afar. Gede gengsi. Padahal sangat jelas bahwa suaminya ini menyukai makanan yang sedang ia makan. Aira pun mengakui tempat yang mereka kunjungi menyajikan hidangan yang begitu memanjakan lidah.

"Udah selesai lo?"

"Udah kak."

Setelah Aira menjawab pertanyaannya, Afar lantas berdiri untuk membayar pesanan mereka.

Seraya menunggu, Aira menyapukan pandangan keseliling. Sungguh padat merayap, disesaki oleh berbagai kalangan usia. Ada muda-mudi yang saling bergandengan yang baru saja turun dari sepeda motor, cukup membuat Aira iri. Ada yang sedang makan berdua sambil sesekali cekikikan, ada juga rombongan satu keluarga dengan tiga orang anak yang terlihat sepantaran, bahkan ada juga yang sendiri tengah menunggu antrean. Lengkap sudah. Ada kalanya Aira suka keramaian, apalagi disaat hatinya dirundung sepi.

Bukan Cinta Yang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang