Nginap Dimana?
-----A&A-----
Tak ada tanda-tanda kehidupan didalam sana, pintu tertutup rapat, lampu rumah tidak menyala, dan pagar terkunci. Sepertinya Bella sedang keluar. Aira mendesah kecewa.
"Ini rumah temen lo?"
"Iya kak." Aira berbalik lalu memandang Afar tak enak.
"Kayaknya gak ada orang di dalam. Mending lo telpon temen lo itu."
Mengangguk patuh, Aira kemudian menjauhi pagar dan mengeluarkan ponsel dari tas sling bagnya. Ia sedikit takut. Terakhir, panggilan Bella ia matikan begitu saja. Bagaimana kalau sebenarnya sahabatnya itu marah.
"Hallo, Aira! Lo kemana aja!"
Begitu sambungan telpon terhubung terdengar teriakan dari seberang sana. Aira serta merta menjauhkan ponsel dari kuping, lalu meringis saat Afar memandangnya dengan tatapan ingin tahu.
"A... Aku di depan rumah kamu Bel."
"Duh, gue lagi di rumah Sanaya. Besok tu anak kompre*, btw lo katanya mau di ACC Pak Amri juga."
"Iya Bel. Besok aku mau ke kampus makanya balik ke Bandung."
"Gimana ya Ai? Lo sendirian disana?"
Mendadak Aira tak bisa jawab. Ia tidak ingin bohong lagi, tapi bagaimana caranya memberi tahu Bella tentang Afar.
"Aira?"
"Eh iya Bel. Aku ... " Afar yang bersandar pada badan mobil masih melihatnya penasaran.
"Atau gue balik aja kesana. Bentar ya gue siap .... "
"Gak usah Bel. Aku gak sendirian kok kamu tenang aja." Sambar Aira cepat.
"Lo sama siapa? Uwi?"
"Enggak. Besok aku cerita. Pokoknya kamu gak usah balik kesini, udah larut."
"Oke deh. Awas ya. Lo hutang cerita sama gue."
"Iya. Assalamualaikum."
Panggilan berakhir setelah Bella membalas salamnya. Tanpa sadar Aira menghembuskan nafas lega. Setidaknya Bella tidak marah.
"Gimana?"
Kelegaan Aira ternyata tidak bertahan lama. Sekarang ia kembali dilanda bingung untuk menjawab pertanyaan Afar. Dimana mereka harus bermalam? Pria itu pasti juga lelah setelah mengemudi. Duh bagaimana ini?
"Hmmm Kak, temen aku gak pulang. Kalau kita tidur di mobil aja gimana?"
"Enggak mau gue. Badan gue udah pegal-pegal gini lo suruh tidur di mobil."
"Terus kita harus kemana kak?"
"Pikir aja sendiri."
Aira hampir saja menangis kalau tidak ingat yang ia hadapi sekarang bukan ayahnya melainkan Afar. Dia tidak boleh cengeng dihadapan pria itu. Tapi Aira benar-benar tidak punya opsi lain. Temen dekatnya hanya Bella dan Damar, dan dia tidak mungkin ketempat Damar karena kosan lelaki itu khusus pria. Tidak mungkin juga dia bahwa Afar kesana sekarang. Bisa mati berdiri Damar jika tahu dirinya membawa suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Yang Sederhana
Romansa5th story Maira Rubbyka Agni sudah mencintai Zafar dalam diam sejak lama.Tak mengapa bila pria itu tidak pernah meliriknya.Tak mengapa bila mereka tidak pernah ada dalam satu obrolan yang sama. Karena mencintai pria itu sendirian sudah cukup mewarna...