PARODY
hidup itu konyol
kalau hidup saja penuh kekonyolan...
gimana makhluknya gak edan?!
seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta-
-tapi dengan ugal-ugalan
---
mohon hargai karya setiap orang
mungkin agak gila dan gak jelas...
Sebelumnya, kita isi daftar hadir dulu yuk! Tekan tombol bintang di pojok kiri bawah, Hehehe:v
Selamat membaca!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketiga cewek itu sesekali mencuri pandang pada barisan khusus yang dibuat oleh kakak pembimbing. Mereka lebih fokus pada dua cowok barisan paling depan. Wajah tengil terlihat seolah tak punya salah.
"Heh! Itu dua yang didepan jangan cengar-cengir, ya!" lantang salah satu kakak OSIS.
Oh iya, kakak OSIS yang dimaksud adalah cowok yang dibilang 'ganteng' oleh Cella tadi. Jujur, dia beneran ganteng. Namanya Satya Aji Damarlangit. Dia berjalan mendekati dua cowok itu.
"Namamu siapa?"
"Alan," jawab si cowok tak memakai dasi.
"Devandra Alan Abinawa," gumam Veli dari barisannya.
"Kalau namamu siapa?" tanya Satya pada cowok yang tidak memakai dasi dan topi.
"Dhika," jawabnya.
"Lama gak ketemu," lirih Naura.
"Tolong dicatat nama mereka, Ly," titah Satya pada seorang perempuan yang berdiri di samping barisan khusus itu. Namanya LyanaElaksi, akrab disapa Lyan.
"Ya," jawab Lyan singkat dan menulis nama kedua cowok itu pada buku kecil yang dibawanya.
"Khusus kalian berdua. Setelah apel ini berakhir, tetap ditempat. Sedangkan para pelanggar yang lain silahkan minta hukuman pada kakak OSIS yang berjajar di sana. Paham?!"
"Paham!" jawab mereka mantap.
"Baik, untuk para murid kelas sepuluh dipersilahkan bubar barisan dan masuk kelasnya masing-masing."
Setelah mendengar aba-aba, mereka satu-persatu membubarkan diri. Veli, Naura dan Vara kini tidak satu kelas. Ketiganya berpencar. Veli masuk MIPA 1, Naura MIPA 2, sedangkan Vara masuk ke kelas IPS 1.
Vara menemukan kelasnya. Sebelumnya ia melihat dulu daftar nama yang tertera, apa benar ada namanya?
Dia berdiri tepat di samping seorang cowok yang sedang berlutut. Sepertinya dia tengah membenahi tali sepatunya.
"Bro, entar anterin beli rokok, ya," kata cowok itu secara berdiri lalu menepuk pundak Vara. Vara tersentak.
"O-oh... Sorry, gue kira temen gue," ucap cowok itu.
"I-iya... Gak masalah," jawab Vara.
Maklum sih, sebelum Vara berdiri di sana, ada seorang laki-laki yang berdiri di tempat sama dengan yang di singgahi Vara kini. Hanya saja orang itu kemudian pergi entah kemana.
Cowok itu mengangguk sambil tersenyum tipis pada Vara. Dia akhirnya melenggang pergi, masuk ke dalam kelas. Sebelum cowok itu benar-benar pergi, Vara sempat membaca nametag cowok itu.