Para Bocah Badung

48 12 0
                                        

Wohooo!
Apa kabar?!!
Yok! Isi daftar hadir! Pencet tombol bintangnya!

Happy reading~

“Halo, Cantik!”

“Semprul kamu, Div! Manggil guru kok kayak gitu.”

Kepala Adiv dipukul pelan oleh Bu Yuni menggunakan kertas ujian. Adiv ini memang sudah dikenal oleh guru-guru. Sayang, dikenal sebagai murid paling badung.

“Haha, sekali-kali, Bu...” Adiv menaik turunkan alisnya.

“Sekali-kali.... Nakalmu dikurangin...” Wanita sepuh itu membenarkan posisi kacamatanya.

“Kalau saya gak nakal, Ibu mau jadi pacar saya?” Adiv menggoda.

Guru itu memberikan tatapan tajam pada Adiv. “Sana balik ke kelasmu!” tegas Bu Yuni.

“Enggak ah!” Adiv menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum nakal. “Orang saya mau bolos!” Adiv langsung berlari meninggalkan Bu Yuni dalam keadaan murka.

“Adiv! Awas kamu, ya!”

Adiv membalikkan badannya. Dia melangkah mundur sambil melambaikan tangannya pada Bu Yuni.

.

“Sstt, Bang!”

Adiv menoleh ke setiap penjuru. Mencari sumber suara yang sepertinya memanggilnya.

“Bang Adiv! Ssttt!”

Suara itu sangat lirih tapi penuh penekanan.

“Siapa sih elah! Keluar aja!” ucap Adiv sambil menoleh kesana kemari.

Tak lama kemudian, dua orang pemuda muncul dari balik pot bunga. Itu Alan dan Dhika. Dua cowok itu memasang cengiran bodohnya. Dua cowok itu mendekat pada Adiv.

“Idih... Gue kira siapa... Ternyata Alan ama Adel,” ucap Adiv.

Dhika langsung melotot pada Adiv. Alan sendiri menahan tawanya. “Adel siapa?! Gue Dhika!” ucap Dhika tidak terima.

“Bagusan Adel ih!” gurau Adiv.

“Gak ada!” tolak Dhika.

“Gak apa-apa! Adel aja!”

“Dhika, Bang!”

“Adel!”

“Dhika aja, Bang...,” Dhika berucap lembut pada kakak kelasnya.

“Adel aja, ya...”

“Dhika.”

“Adel.”

“AH NGAJAK GELUT SIA?!” Dhika membusungkan dadanya. Dia memasang wajah garang seolah menantang Adiv.

Adiv tersenyum miring. “Berani?” Dia mendekat pada Dhika.

Alan sendiri sudah menertawakan Dhika sambil mengatakan, “Hayoloohhh.”

ParodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang