Dengan jantung yang bergemuruh hebat, Veli terus berlari, setidaknya dia harus menemukan tempat bersembunyi dari Bagas yang ternyata mengejarnya. Setelah menendang Bagas, Veli mengira cowok itu akan melepaskannya begitu saja, tapi ternyata Veli salah.
Sempat terheran-heran juga bagaimana jalanan yang dia lewati ini begitu sepi. Veli berbelok ke arah gang kecil yang cukup sempit. Pandangannya berlarian mencari tumpukan-tumpukan kardus bekas yang menurutnya cocok untuk menyembunyikan tubuhnya agar tidak terlihat Bagas. Dia memilih bersembunyi di ujung lorong. Berjongkok sambil memeluk lututnya yang bergetar hebat.
Kemudian cewek itu menurunkan tas dari gendongannya. Dia mengeluarkan handphone dari tas. Mengutak-atik layar hape dengan pikiran yang kacau. Dia amat sangat khawatir saat ini. Menghubungi polisi? Tidak, dia langsung menekan salah satu kontak yang lebih cepat muncul di otaknya. Sial, Naura dan Vara tidak bisa dihubungi.
"Temen apaan kalian ini?" gumam Veli sambil menahan tangis.
***
Dhika berjalan di pinggir lapangan. Dia pulang sendiri hari ini. Biasanya dia akan nebeng Alan. Sayang sekali, kawannya itu lebih mementingkan pacarnya. Dhika sebenarnya punya motor, tapi menurutnya duduk diam tanpa perlu menyetir itu lebih nyaman. Maka dari itu, ia sering menggunakan Alan sebagai jasa ojek bayaran bakwan.
Bersamaan dengan Dhika yang menuju gerbang sekolah, Adiv dan teman-temannya nampak melewati Dhika tanpa menyapa adik kelasnya itu.
"Bang Adiv mau kemana?" sapa Dhika saat Adiv melewatinya begitu saja.
Adiv menoleh tanpa menghentikan langkah. "Mau perang!"
"Oh... Ikuuttt!!!" seru Dhika.
"Nggak! Pulang aja lo! Suruh emak lo masakin mi," balas Adiv.
Dhika mengerutkan keningnya. Dia sedikit tersinggung karena Adiv seolah meremehkan kemampuannya dalam hal tawuran. Yah, meski ketika tawuran SMP dulu dia hanya penonton saja.
"Tawuran kok berempat doang," lirih Dhika yang melihat Adiv hanya dengan ketiga temannya.
Melupakan soal Adiv, perhatian Dhika tertuju pada seorang gadis yang berdiri sendirian di depan gerbang. Dia berlari menghampiri Naura. Akhir-akhir ini Dhika semakin gigih untuk mengejar Naura lagi. Hubungan semasa SMP harus lahir lagi. Kalau perlu harus bisa berkembang lebih.
"Hai, nungguin siapa?"
Naura tersentak saat Dhika memegang bahunya. "Kaget, Dhik. Gue kira siapa."
"Hehe, sorry."
"Lagi nungguin Vara. Lemot banget tuh bocah."
"Mau pulang bareng gue aja nggak?"
"..."
Mereka saling menatap canggung. Dengan Naura yang merutuki diri tentang Dhika yang selalu bisa menemukannya. Padahal, Naura sendiri ingin menjaga ketat perasaannya.
"Naura!"
Dua remaja itu menoleh ke arah sumber suara. Itu Vara yang sedang melambaikan tangan. Cewek itu berlari mendekat sambil menggandeng tangan seorang cowok.
"Ditungguin dari tadi gak nongol-nongol," kesal Naura. Pandangan cewek itu beralih pada sosok laki-laki di samping Vara. "Oh pantesan lama, pacaran dulu ternyata."

KAMU SEDANG MEMBACA
Parody
Novela JuvenilPARODY hidup itu konyol kalau hidup saja penuh kekonyolan... gimana makhluknya gak edan?! seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta- -tapi dengan ugal-ugalan --- mohon hargai karya setiap orang mungkin agak gila dan gak jelas...