Tiga gadis itu sedang berada di kantin. Suasana kantin sekarang sedang ramai. Untungnya, mereka sudah pesan makanan untuk jam istirahat ini. Tiga serangkai itu duduk manis di bangku bagian tengah kantin. Bukan apa-apa, penginnya sih di pojokan, tapi sudah keduluan sama kakak kelas. Mau minta tukeran tapi takut, berasa lagi ngomong sama preman.
"Rame banget nih kantin, bisa penuh gini dong," ucap Veli keheranan.
"Iy--eh, lihat. Kak Lyan, bukan sih?" Naura menepuk pundak Vara.
"Iya deh kayaknya."
Di sana, seorang gadis berdiri di ujung kantin. Matanya menyorot setiap sudut-sudut kantin tersebut.
"Bingung tuh dia cari bangku," ucap Veli. "Ra, lambaikan tangan Anda. Sebelah gue kosong, biar dia duduk sini," lanjutnya.
"Em, oke."
Bukannya Naura tidak setuju dengan Veli, hanya saja dia sedikit ragu untuk melambaikan tangan di tempat yang ramai seperti saat ini. Iya kalau Lyan melihatnya, kalau tidak? Ya malu lah!
Tapi Naura juga tetap melambaikan tangannya kok. Itung-itung juga buat cari informasi tentang isu hubungan antara Lyan dan Satya.
Awalnya Lyan mau balik badan, kembali ke kelasnya. Tapi urung karena melihat Naura yang duduk tegak sambil melambaikan tangan ke arahnya. Dia berpikir, apakah benar bahwa adik kelasnya itu sedang memanggilnya?
"Kak! Kak Lyan!" teriak Naura tidak begitu keras tapi bisa didengar oleh Lyan.
Veli dan Vara pun juga menunjuk-nunjuk bangku kosong di dekat mereka. Mereka seakan mengatakan 'duduk sini'
Lyan tersenyum lalu melangkah mendekati tiga gadis itu.
"Makasih, ya," ucap Lyan sambil memposisikan diri untuk duduk di bangku kosong sebelah Veli.
"Iya, Kak, sama-sama." Veli mengangguk. Setelahnya, cewek itu mengulurkan tangannya. "Veli Althea, biasa dipanggil Veli," ucapnya memperkenalkan diri.
"Oh iya, Lyana Elaksi." Lyan membalas uluran tangan Veli.
Sekarang ganti Vara yang mengulurkan tangannya. "Jezlyn Keyvara, panggilannya Vara."
"Salam kenal, ya," ucap Lyan sambil berganti menjabat tangan Vara.
"Aku--"
"Naura, 'kan? Yang kemarin kekunci di toilet," Lyan menyela.
"HA?!" Veli dan Vara sama-sama terkejut dengan apa yang dilontarkan dari mulut Lyan. Sedangkan Naura hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kok bisa, Ra?" Vara memelototi Naura.
"Lo gak cerita sama kita," ucap Veli.
"Gak apa-apa," jawab Naura.
Kalian gak boleh khawatir.
"Belum ada yang datang terus minta maaf ke kamu, Ra?" tanya Lyan.
"Belum, Kak. Halah, udah biarin... Udah lewat juga," ucap Naura.
"Udah lewat.. udah lewat... Ya, kagak bisa begitu! Namanya salah, ya, harus minta maaf!" protes Vara.
"Siapa pelakunya?" tanya Veli.
"Gak tau."
Lyan hanya diam.
"Terus ditolongin siapa?" tanya Vara.
"Em..."
"Ditolongin kawan gue yang paling ganteng tapi lebih gantengan gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
Parody
Fiksi RemajaPARODY hidup itu konyol kalau hidup saja penuh kekonyolan... gimana makhluknya gak edan?! seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta- -tapi dengan ugal-ugalan --- mohon hargai karya setiap orang mungkin agak gila dan gak jelas...