“Ly, beneran gak pesen?”
“Nanti aja, Div. Gue bisa pesen sendiri.”
“Kok gue jadi gak yakin kalau lo punya duit,” ucap Adiv.
“Terserah.” Lyan mendengus kesal.
Adiv tertawa kecil. Kemudian, dia menatap ke arah Ibu kantin. Dia mengangkat tangan kanannya.
“Bu Endah! Nasi kuning dua! Yang satu jangan pakai serundeng!” lantang Adiv.
Telinga Lyan tidak berhenti mendengarkan suara Adiv dengan seksama. Apalagi ketika kalimat 'yang satu jangan pakai serundeng'. Sudah dipastikan, nasi kuning itu untuk dirinya. Lyan adalah makhluk nasi kuning anti serundeng.
“Oke! Siap!” jawab Bu Endah.
Lyan melirik Adiv sesaat. Dia semakin merasa bersalah. Gimana caranya supaya minta maaf ke Adiv? Akhirnya, Lyan hanya bisa diam. Adiv juga sepertinya sibuk dengan teman baru, duo gembel maksudnya.
“Lo berdua biasa nyebat kagak?”
Alan dan Dhika saling menatap. Senyum-senyum setan terukir.
“Jarang, Bang,” ucap Alan bohong.
“Yah, padahal mau gue ajak nyebat bareng temen-temen gue di warung belakang sono noh,” kata Adiv.
“Jarang banget kita ngerokok, Bang,” ucap Dhika.
Veli, Vara dan Naura yang mendengarnya langsung pura-pura muntah.
“Emang seminggu berapa kali?” tanya Adiv.
“Sehari tiga kali,” jawab Dhika.
“Yeu, bocah! Kirain!”
“Haha. Surya enak, Bang! Gak bisa jauh-jauh gue tuh,” ucap Alan.
“Kapan-kapan, ya, langsung aja ke warung belakang sekolah!” ucap Adiv.
“Siap, Bang!”
Beberapa saat kemudian, pesanan Adiv datang. Benar saja, satu piring nasi kuning tanpa serundeng diberikan kepada Lyan.
“Makan. Jadi OSIS pasti cape banget. Kalau lo lemah mana bisa nuduh orang,” sindir Adiv.
“Div.”
“Nanti aja jelasinnya. Sekarang makan.” Adiv menyela perkataan Lyan. Cowok itu mulai asik dengan makanannya.
“Kalian pacaran?” tanya Alan sambil mencomot suwir ayam di piring Adiv. Adiv langsung menepis tangan Alan.
“Bukannya Kak Lyan pacarnya Kak Satya?” Naura kelepasan bicara. Cewek itu langsung menggigit bibir bawahnya saat Vara dan Veli menatapnya tajam.
Adiv yang mendengar ucapan Naura sontak membulatkan mata. Cepat-cepat ia menelan nasi di mulutnya.
“Lo pacaran sama sepupu lo sendiri?!” kata Adiv menatap Lyan.
“Apaan?! Enggak!” Lyan mengelak.
“Sepupu?!” Vara, Veli dan Naura sama-sama terkejut.
“Iya. Satya, 'kan, sepupunya Lyan,” ucap Adiv.
“Kata Vara kok kalian pacaran?” ucap Veli.
“Kok gue?!”
“Waktu itu lo bilang gitu!” ucap Veli dan diangguki oleh Naura.
“Gue, 'kan, cuma nebak!”
“Haha, pasti karena aku sama Satya kelihatan dekat, ya?” ucap Lyan, Vara mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Parody
Teen FictionPARODY hidup itu konyol kalau hidup saja penuh kekonyolan... gimana makhluknya gak edan?! seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta- -tapi dengan ugal-ugalan --- mohon hargai karya setiap orang mungkin agak gila dan gak jelas...