Kejelasan

8 0 0
                                    

“Pacar Dayyan,” sela Amadea saat Dayyan memperkenalkan dirinya.

Detik selanjutnya, gadis di atas kursi roda itu tertawa kecil melihat ekspresi terkejut Dayyan dan juga Vara.

“Haha, panik banget. Enggak, aku temennya Dayyan juga, Amadea Risandra. Salam kenal ya.” Senyumnya manis sekali, Vara sedikit insecure. Amadea mengulurkan tangannya.

“Jezlyn Keyvara,” ucap Vara memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Amadea.

Sebelumnya, Dayyan tak pernah bercerita bahwa ia memiliki teman perempuan yang cantik dan terlihat positif vibes seperti Amadea ini. Ah, atau mungkin Vara bukan tempat khusus bercerita tentang kehidupan lelaki itu. Memang Vara siapanya Dayyan? Jelas-jelas lelaki itu mengenalkan Vara sebatas teman. Hei, apa yang diharapkan?

“Vara jenguk Alan?” Tanya Dayyan membuyarkan lamunan Vara.

“Ha? Oh enggak, nemenin Veli tadi sama Naura juga. Sekarang gatau mereka kemana,” ucap Vara sambil menunjuk ke segala arah.

“Oh gitu..” Dayyan mengangguk-angguk.

“Iya.” Vara tiba-tiba kehabisan kata-kata. Rasanya beda sekali saat hanya ada mereka berdua saja tanpa ada gadis berambut gelombang itu.

“Dayyan? Udah?” suara Amadea.

“Ah, iya.” Dayyan tersenyum tipis pada Amadea. Ayolah, dia tetap tampan mau bagaimanapun juga. Sayang sekali, bukan hanya Vara yang bisa melihat senyum manis itu.

“Kalian lanjut aja, aku duluan ya!” ucap Vara lalu melenggang meninggalkan dua remaja itu.

“Vara.” Sekitar 5 meter, Dayyan menghentikan langkah Vara. “Tunggu ya, De.” Amadea mengangguk.

“Kenapa?”

“Kamu masih lama disini?” tanya Dayyan.

“Em, gak tau, nunggu selesainya Veli kapan.”

Dayyan menoleh sejenak ke arah Amadea yang tengah duduk manis di kursi roda sambil memainkan jari-jarinya. Cowok itu menoleh kembali ke Vara sambil berdesis, setelah itu berucap “Nanti pulangnya mau bareng aku gak?”

Vara diam. Mencoba membaca situasi. “Amadea?”

“Em, Mamanya dateng sekitar tiga puluh menit lagi, nanti setelah itu dia bisa aku tinggal,” cowok itu menggantung kalimatnya. “Itu pun kalau kamu masih di sini.”

Vara menghela napas, kemudian tersenyum. “Aku nggak apa-apa. Aku bisa pulang bareng Naura sama Veli nanti.”

Dayyan hanya bisa diam. Entah apa yang dirasa cowok itu, namun ini bukan hal yang menurutnya nyaman.

“Udah? Sana balik, kasian Amadea nunggu. Aku duluan ya, dahh.”

Mereka berdua melambai.

...

“Lo beneran mau ngajak gue ke Gramed, Dhik?” Naura mengeraskan suaranya agar dapat di dengar disela-sela bisingnya deru kendaraan.

“Lo mau ke sana?”

Naura mengernyit. “Kok nanya balik sih?”

“Ya nggak apa-apa.” Mereka diam beberapa saat. “Tapi gue laper,” lanjut Dhika.

“Ya udah, ayo cari makan.”

“Makan apa?” tanya Dhika.

“Apa ya, bingung juga gue.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ParodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang