Sabtu Banyak Cerita

39 9 4
                                        

Happy reading~

-----

Sabtu ini, Adiv bangun lebih awal. Padahal tidak ada jadwal masuk sekolah. Dia memang seperti itu. Ketika hari-hari biasa dia selalu telat bangun yang membuatnya telat datang ke sekolah. Sedangkan di saat weekend, pukul lima pagi saja sudah segar dan wangi seluruh badan.

Sekarang cowok itu sedang duduk bersila di teras rumah sambil menikmati bakwan panas di tangan kanannya. Sedang tangan kirinya asik mengutak-atik hp.

Daren
Online

|Radin pindah
06.55

Knp?|
Gara" gue tendang kmrn?|
06.56

|Kalau itu bukan alasan pasti.
|Tapi gue mikir kayaknya tuh anak pindah karena kurang pasukan disklh
06.56

Anj|
Mental tempe|
06.57

|Kita perlu waspada sih Div
06.57

Knp?|
06.57

|Gue dpt info kalau Radin pindah ke SMA Nusantara. Sekolah dimana markas pasukannya berada.
|Gue pikir masalah kita sama dia gk bakal selesai gitu aja.
|Apalagi lo sempet bikin dia malu di dpn bnyk org.
06.59

Ok|
07.00

Adiv mengelap tangannya yang berminyak di celana pendeknya. Cowok itu menyugar rambutnya yang masih basah sehabis keramas tadi. Dia bangkit dari kursi. Berjalan masuk ke dalam rumah. Dia pergi ke kamar untuk mengambil jaket yang tergantung di balik pintu. Setelah memakai jaket, cowok itu berteriak kencang.

"Bun, aku main ke rumah Satya!" pamitnya pada ibunda yang sedang memasak di dapur.

"Hati-hati. Jangan pulang sore-sore!"

"Iya, aku pulang malam kok." Adiv berlari sambil menahan tawa.

"Heh!" Cowok itu langsung meninggalkan rumah tanpa menanggapi ocehan Buna yang emosi karena sikapnya.

Dia pergi dengan memakai kaos oblong yang dibalut jaket, celana pendek bertuliskan Adidas, sandal jepit dan helm. Dia menerabas keramaian dengan motor ninja kesayangannya. Pergi ke rumah Satya untuk bermain PS.

Ya nanti kalau Satya tidak dirumah, dia langsung bablas gangguin Lyan. Toh, rumah dua anak itu berdekatan. Hanya berjarak dua rumah saja.

***

Di sisi lain, dua remaja tengah duduk di dekat selokan. Dua-duanya sama-sama celingukan, menerawang sesuatu di dalam sana.

"Ikannya kecil-kecil, Lan. Mana bisa?" Dhika menggaruk kepalanya.

"Bisa. Biar nanti dimakan Alexander."

"Elah, Lan... Kita cape-cape nangkep tapi yang makan kucing tetangga lo."

"Gepepe."

Alan. Cowok itu selalu menanamkan niatnya untuk sungguh-sungguh melakukan sesuatu. Entah berguna atau tidak, yang penting dapat dulu. Masalah akhir ya dipikir akhir.

"Nyetrum aja yok di kali sono," ajak Dhika.

"Ogah. Gak ada ikannya."

ParodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang