Hai
Hello
Annyeong!!!Aku minta vote yaa
Selamat membaca!
-
“Mungkin ada yang ditanyakan untuk pembahasan kali ini?”
Seluruh siswa di kelas tersebut diam. Hanya terdengar suara bisik-bisik kecil yang lebur dengan datangnya angin.
“Halo? Ada yang ditanyakan?” ulang guru itu.
“Tidak!” jawab seluruh siswa dengan nada bicara yang berbeda-beda.
“Baik, karena jam saya sudah habis kita akhiri pembelajaran kali ini. Terima kasih untuk perhatiannya, selamat siang.”
“Siang, Bu!” jawab para siswa.
Setelah guru itu meninggalkan ruang kelas, suasana berubah gaduh. Para siswa mendesah frustasi. Sejujurnya mereka tidak paham dengan pelajaran matematika yang dijelaskan. Ah, tidak semuanya, ada beberapa yang paham tapi pura-pura blo'on.
“Ra,” panggil Widya--teman sebangku Naura.
“Hm?” tanggap Naura yang sedang memelototi bukunya. Dia bingung asal muasal n=1.234.567.890
“Bingung gak lo?”
“Bingung lah!”
“Sama.” Widya mendengus. “Ayo ke kantin!” ajaknya pada Naura.
“Duluan aja deh, bingung banget nih gue,” jawab Naura dengan pandangan masih terikat pada bukunya.
“Elah... Rajin amat. Oke, gue duluan,” kata Widya sambil berjalan meninggalkan Naura. Sedangkan yang dipamiti hanya mengangguk singkat.
Niat Naura untuk belajar di kelas sepertinya salah. Teman-temannya tidak bisa merendahkan volume bicara. Mereka jejeritan dari sudut ruangan hingga luar kelas. Membahas tentang banyak hal, ada yang seru main truth or dare, ada yang ngelawak di depan papan tulis, ada yang gibah tapi ngomongnya koar-koar, ada juga yang nyanyi-nyanyi tidak jelas.
“Percuma juga deh kalau di sini, gak ada yang nyantol,” ucap Naura.
Naura membawa buku paket, dan alat tulisnya. Dia pergi meninggalkan kelas. Rasanya perpustakaan tempat yang tepat untuk belajar.
Sampai di tempat yang dituju, Naura menganggukkan kepalanya seakan memberi hormat kepada penjaga perpustakaan. Gadis itu mulai menjelajahi ruangan yang penuh dengan buku-buku itu. Matanya melirik ke setiap sudut ruangan mencari tempat yang pas untuk belajar.
Gadis itu sempat tersentak sedikit, melihat sosok laki-laki yang tengah duduk manis di pojok kiri ruangan. Posisi pemuda itu memang membelakangi Naura, tetapi jika dilihat dari punggungnya yang tegap, rambut hitamnya, apalagi Naura juga sempat melihat wajah pemuda itu dari samping, maka sudah dapat dipastikan bahwa pemuda itu adalah... Ah! Lagi-lagi Dhika.
Karena sadar bahwa pemuda itu adalah memang betul-betul Adelio Mahardhika, Naura memilih untuk duduk di tempat yang lumayan jauh dari Dhika.
Omong-omong tentang Dhika, Naura tidak heran jika menemui cowok itu di perpustakaan. Semasa SMP, Dhika memang termasuk murid berandal, tapi cowok itu punya kepintaran diatas rata-rata. Apalagi untuk pelajaran matematika, jika mayoritas siswa lemah dalam pelajaran ini tapi tidak untuk Dika, laki-laki itu sangat menguasai pelajaran matematika. Dia sempat mendapatkan ranking 2 besar di sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Parody
JugendliteraturPARODY hidup itu konyol kalau hidup saja penuh kekonyolan... gimana makhluknya gak edan?! seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta- -tapi dengan ugal-ugalan --- mohon hargai karya setiap orang mungkin agak gila dan gak jelas...