Lyan melangkah tergesa-gesa. Matanya bergerak lincah melihat kesana-kemari. Sampai ia melihat teman-teman Adiv yang ada di depan ruangan. Di sana ada Satya. Dia juga melihat adik kelasnya yang baru-baru ini dia kenal, ada diantara remaja-remaja itu. Daren yang semula duduk langsung berdiri ketika melihat Lyan yang berlari kecil dengan napas yang tidak beraturan. Kondisi cewek itu lumayan buruk. Baju yang sedikit basah dan kotor serta beberapa luka di badannya.
“Ly—”
“Adiv gimana?” Lyan memotong kalimat Daren.
“Etdah buset, Ly. Lo habis ngapain? Jelek banget lo,” ucap Hanan.
“Keserempet dimana, Ly?” tanya Mario. Sebenarnya mereka sudah tau atas tragedi yang memimpa Lyan. Daren sumber informasinya.
“Adiv... Dia gimana?” suaranya melirih sambil menatap pintu ruangan yang tertutup.
“Masih tidur,” ucap Mario.
“Duduk, Ly.” Daren membawa Lyan duduk di kursi yang tadinya adalah tempat duduknya.
Lyan menunduk sambil menyangga kepalanya menggunakan dua tangan. “Gue takut. Kalau Adiv kenapa-kenapa gimana? Gue harus bilang apa ke Tante Maria. Gue gak tega,” katanya.
“Adiv pasti baik-baik aja.”
Lyan mengangkat kepalanya. Dia melihat Daren, Hanan, Mario secara berurutan. Tatapannya tajam. “Kok bisa gini? Tawuran lagi? Enak? Kapok gak kalian? Lain kali tuh jangan cuma ngandelin otot aja, pake otaknya! Mikir dulu dampaknya bakal kayak gimana!” Tiga cowok itu hanya diam. Tatapan Lyan beralih pada Satya yang bersandar pada dinding rumah sakit. “Lo juga ikutan, Sat?” tanyanya dengan nada mengintimidasi.
“Apa? Gue cuma nolongin,” jawab Satya.
“Lo gak tau gue ngehubungi lo? Gue chat gak dibales, gue telpon gak diangkat,” Lyan berkata dengan rasa kesal yang tidak bisa dibendung lagi. “Gue khawatir kalian sadar gak?” ucapnya dengan napas yang masih memburu.
“Yaelah, Ly—”
“Gue belum selesai!” sahut Lyan memotong kalimat Hanan.
“Adiv gak sampai mati kan? Gue kasihan sama Tante Maria yang udah nungguin anaknya balik tapi gak balik-balik. Eh nanti pas ditanyain ternyata anaknya masuk rumah sakit gara-gara tawuran. Haha, lucu loh, kalian gak mau ketawa?” Lyan mengomel habis-habisan. Ia tidak peduli dengan perih yang dia dapat dari kecelakaan tadi.
“Haha.” Hanan tertawa hambar.
PLAK
“Jangan ketawa goblok!” Mario memaki setelah memberikan pukulan di kepala Hanan.
“Sakit, cuk!”
“Bercanda aja terus, gue serius lo ngelawak aja. Lo pada mana tau bingungnya gue nyariin kalian terus sampek keserempet motor tapi masih gue bela-belain nyusul ke sini. Asal kalian tau, gue capek. Tolong lah bisa jaga diri. Setidaknya kalau bukan buat lo sendiri, lo gak bikin repot orang lain. Nyusahin.”
Satya menghampiri Lyan. Ia menarik tangan Lyan hingga cewek itu berdiri. Daren pun juga ikut berdiri ketika melihat Lyan yang hendak diseret pergi. “Ayo pulang,” ucap Satya.
“Sat!”
“Pulang.”
“Satya! Lo apaan sih?!”
“Apa?!”
Suara Lyan tercekat. Gadis itu diam terpaku.
“Katanya capek kan? Kalau gitu pulang.” Satya memelankan suaranya. Ia sadar tempat. “Ly, semua udah terjadi, biarin. Lo pikir kita gak khawatir? Lo pikir cuma lo doang yang bingung? Lihat, yang lain mau nungguin di sini. Karena apa? Karena mereka masih peduli sama Adiv.”
![](https://img.wattpad.com/cover/268902501-288-k381675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Parody
Teen FictionPARODY hidup itu konyol kalau hidup saja penuh kekonyolan... gimana makhluknya gak edan?! seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta- -tapi dengan ugal-ugalan --- mohon hargai karya setiap orang mungkin agak gila dan gak jelas...