Pulang Sekolah; Gue Tunggu di Motor

51 12 0
                                    

Putar musiknya biar tambah berasa
♪♪♪

Selamat membaca!

-

“Ly, gue pulang duluan, ya.”

Lyan yang sedang mengemas alas tulisnya langsung menatap Bila--kawannya--sambil melongo.

“Lha? Gue gimana?”

“Ya balik sono!”

“Gue mau nebeng lu!”

“Kagak ada nebeng! Gue mau jalan sama Mario,” kata Bila.

“Elah... Gitu lo, ya...”

Bila hanya nyengir tanpa dosa dan berjalan ke luar kelas. Gadis itu melambaikan tangannya pada Lyan. Melihat kelakuan temannya itu, Lyan maklum, dia jomblo, mau pamer jalan paling juga sama Mama buat beli sembako.

Setelah menghela napas pasrah, Lyan mengeluarkan handphone. Semoga yang satu ini bisa diandalkan.

Satya Aji
online

Sat|

Alhamdulillah, anaknya online.

|?

Udah balik?|

|Blm

Oke, gue nebeng|
Ayo balik sekarang|

|Gk bisa
|Gue ada urusan

Yahhh|
Ayo ke gramedia|

|Ogah

Sat!🐒|

Dia off.
'Kan, setan!
Gagal, yang satu ini ternyata tidak bisa diajak kompromi.

Lyan pasrah, dia memasukkan handphone pada tasnya, kemudian tas tersebut digendong pada punggung. Gadis itu berjalan keluar dari kelas.

Dia berjalan melewati lapangan basket. Di sana terlihat beberapa pemuda sedang seru main futsal. Jangan heran, ini lapangan basket serba guna. Lyan menoleh ke arah lapangan basket. Matanya belum menangkap sosok itu. Kemana perginya Adiv yang paling suka main futsal?

“Anak OSIS mau pulang?”

Lyan tersentak. Dia menghentikan langkahnya. Dari arah yang berlawanan, Adiv muncul. Padahal baru kepikiran. Cowok itu kelihatan lusuh. Kaos futsal yang ia kenakan sudah basah karena keringat.

“Iya,” jawab Lyan.

“Sama siapa?”

“Naik angkot mungkin,” kata Lyan.

“Ayo, pulang bareng gue.”

“Gue mau ke gramed sekalian.”

“Gue anter.”

Lyan mengangguk saja. Omong-omong, dia masih gak enak soal dia yang marah-marah ke Adiv beberapa hari yang lalu. Dia merasa bersalah karena menuduh Adiv tanpa bukti. Apalagi dengan sikap cowok itu yang masih saja baik kepadanya. Lyan merasa bodoh.

“Lo tunggu di sini, gue mau ganti bentar,” ucap Adiv.

“Iya, jangan kelamaan.”

ParodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang