PARODY
hidup itu konyol
kalau hidup saja penuh kekonyolan...
gimana makhluknya gak edan?!
seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta-
-tapi dengan ugal-ugalan
---
mohon hargai karya setiap orang
mungkin agak gila dan gak jelas...
Hai, gimana kabar? Hayukk isi daftar hadir dulu Bintang di pojok kiri bawah bisa ditekan
Terima kasih Kasih kecup virtual ♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Adiv!”
Lelaki bersurai hitam itu menoleh pada gadis yang memanggilnya. Tidak hanya dirinya, namun juga kawan-kawannya yang menatap heran pada Lyan yang terlihat begitu murka.
“Apa?” jawabnya santai menanggapi Lyan yang sepertinya ingin meledak.
“Jujur ke gue, siapa yang ngunci adik kelas di toilet?”
“Kapan?”
“Jawab yang bener, Div!” bentak Lyan.
Bentakan Lyan rupanya tidak membuat para pemuda itu merasa takut. Dengan entengnya, cowok yang sedang berhadapan dengan sekretaris OSIS itu malah tertawa kecil.
“Gue yakin lo udah tau jawabannya. Lo datang ke sini cuma mau mojokin gue, 'kan? Lagian tebakan lo itu bener kok. Gue-yang-nguci,” kata Adiv dengan penekanan di akhir kalimat.
“Div, lo tuh gak ada kapok-kapoknya, ya?! Sadar dong, lo sekarang udah jadi kakak kelas. Seharusnya kasih contoh yang baik buat adik-adik. Apa gak bosen keluar masuk BK karena kelakuan lo yang bejat itu?” Lyan mengomel sambil menunjuk-nunjuk Adiv.
“Gak pernah kapok gue,” jawab cowok itu dengan santai.
“Gak habis pikir gue sama lo. Tau diri, lo tuh siapa?” ucap Lyan begitu pedas. Bahkan, gadis itu sampai menelan ludahnya setelah mengucapkan kalimat itu. Jujur saja, dia tidak pernah berkata sekasar itu pada seseorang.
Alih-alih marah karena merasa direndahkan, Adiv malah tersenyum pada Lyan.
“Lo tanya gue siapa? Lupa apa gimana? Arsenius Radivan Sebayu, sobat lo dari jaman orok sampai sekarang lo jadi sekertaris OSIS. Bangga gak tuh?”
Lyan hanya diam dengan mata yang masih menatap tajam pada Adiv. Memang betul apa yang dikatakan, mereka berdua sudah menjalin hubungan pertemanan dari bertahun-tahun lamanya.
“Gue sih kalau nakal yang jujur aja nakal. Gak perlu sok sempurna di mata orang. Lo tau, Ly? Gue lebih baik kayak gini, apa adanya.”
Lyan diam saja.
“Tenang, gue sadar diri. Gue bajingan dan lo mau apa? Ngubah gue jadi makhluk suci? Gue gak mau. Lo terlalu ngurusin hidup orang lain.”
Lyan masih diam.
“Ly, gak semua yang ada di sekitar lo itu harus baik. Jangan naif, ini dunia, pasti ada yang salah. Bukannya gue gak suka sama lo yang pengin semua jadi lurus, tapi cara lo itu yang keliru.”
“Keliru gimana?” ucap Lyan tidak suka.
“Gak tau juga. Tapi jujur, lo sedikit berubah.”
Lyan mengerutkan kening. Dia tidak mengerti dengan ucapan Adiv. “Maksud lo apa sih?”