Motor ninja itu melaju dengan kecepatan normal di jalan raya. Malam ini cukup ramai kendaraan. Hanya kondisi sekitar yang ramai, dua remaja itu tidak mengeluarkan suara. Naura masih berkutik dengan pemikirannya sendiri. Kalau diingat-ingat, ini adalah pertama kali ia dibonceng Dhika kembali setelah sekian lama tidak berkomunikasi.
Dhika oh Dhika, laki-laki ini juga bingung ingin berkata apa. Ia tidak suka kecanggungan ini. Dia memutar otak mencari topik.
“Ra,” Dhika memanggil. Dia mengeraskan suara sebab mesin motor cukup bising.
“Iya?”
“Dingin, ya?” tanya Dhika.
“Enggak kok.”
Agak sih.
“Sorry ya, gue gak bawa jaket.”
“Hm? Ngapain minta maaf juga?” Naura terheran-heran.
“Andai gue bawa jaket, ya kan? Bisa lo pake.”
Naura sempat terdiam sejenak. “Santai aja kali.” Naura tersenyum tipis, kemudian rautnya berubah sendu. Rasanya senang ketika Dhika memperhatikannya, tapi juga tidak nyaman. Entahlah, ia takut menyalah artikan sikap Dhika kepadanya.
“Ra,” Dhika memanggil lagi.
“Kenapa?”
“Lo percaya alien gak?” Topik yang sangat tidak berbobot. Tapi apalah daya, hanya itu yang terlintas di otak Dhika untuk membuka obrolan di perjalanan pulang.
Tawa Naura hampir pecah saat itu, tapi ia menahan supaya tidak lolos dari bibirnya. Tapi taukah Naura? Dhika memperhatikan ekspresi wajahnya saat dilontarkan pertanyaan seperti itu. Dan cowok itu menahan senyum. Dhika tau Naura sedang mencoba untuk tidak tertawa.
“Gimana, Ra?” tanya Dhika.
“Hm? Pertanyaan lo aneh tau.” Naura terkekeh kecil.
“Aneh gimana? Orang gue nanya serius. Lo percaya alien gak sih?”
“Gak tau,” jawab gadis itu singkat.
“Kok gue percaya, ya?” ucap Dhika.
“Ya terserah lo,” kata Naura.
“Oh iya, kalau alien menakluki Bumi. Lo bakal apa, Ra?” tanya Dhika.
Aneh. Naura memikirkan jawaban untuk pertanyaan Dhika. Pertanyaan yang seharusnya tidak perlu dijawab juga.
“Em.. apa ya? Manggil Boboiboy kayaknya.”
Dhika tertawa keras. Naura mengerutkan kening, ini tidak terlalu lucu.
“Alien datang menakluki Bumi.” Dhika bernyanyi.
“Demi koko yang dicari-cari,” lanjut Naura.
Mereka berdua terkekeh bersama.
“Mereka kan tiba tak lama lagi,” Dhika masih bernyanyi.
“Apa mungkin terjadi?” Naura antusias.
“Jadi kita perlukan penyelamat Bumi.” Dhika bersenandung sambil melirik kaca spion.
“Bobo—”
“PAK HERI!” sahut Dhika.
“Heh! Bapak gue!” Naura melotot. Cewek itu memukul bahu Dhika hingga membuat Dhika tertawaan lepas. Setelahnya, Naura ikut tertawa juga.
“Ahaha. Maaf, tapi cocok tau,” gurau Dhika.
“Cocok apaan?!” Naura masih tertawa kecil.
“Ehe.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Parody
Novela JuvenilPARODY hidup itu konyol kalau hidup saja penuh kekonyolan... gimana makhluknya gak edan?! seperti parodi, mereka menjalaninya dengan mengikuti alur semesta- -tapi dengan ugal-ugalan --- mohon hargai karya setiap orang mungkin agak gila dan gak jelas...