10

3.3K 781 167
                                    

Arav menatap ladang bunga milik sang Bunda yang langsung bisa ia lihat dari jendela kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arav menatap ladang bunga milik sang Bunda yang langsung bisa ia lihat dari jendela kamarnya.

ia sengaja meletakkan meja belajar tepat di depan jendela agar susana saat belajar tak begitu monoton.

hela napas berat terdengar dari pria tampan itu, ia lantas menjatuhkan pensil di tangan dan mulai mengusap wajahnya kasar.

tangan kirinya ia gunakan untuk menjambak rambut belakangnya dan meringis. "kai."

"Kaili, mengapa dirimu begitu menawan" bisiknya pelan.

kepala yang semula tertunduk itu mulai terangkat dan mendongak menatap plafon rumah.

begitu banyak bayang wajah Kaili dalam otaknya yang menolak untuk rehat sejenak.

bibir itu tersenyum tanp sadar saat memori tentang Kaili yang kebingungan tadi siang terlintas.

"ini salah." bisinya pelan.

kepala itu menggeleng dengan seringaian. "namun, mengapa dosa ini terasa begitu nikmat dan menyenangkan untuk dilakukan."

"jika dilakukan secara diam-diam, tidak akan menjadi masalah kan? tak peduli balasan karena pada dasarnya aku telah memutuskan untuk mencintai. maka aku juga harus siap dengan konsekuensi yang didapat." bisik Arav pelan.

pintu di belakangnya terbuka, menampakkan sosok Bunda yang menatapnya dengan senyum seraya membawa segelas teh.

"cinta sama siapa?" tanya Bunda menggoda.

Arav tersipu seraya tergelak dan menggelengkan. "bukan siapa-siapa."

"ada banyak gadis, siapa yang paling beruntung yang mendapatkan hati putra Bunda?" tanya Bunda yang mengelus dagu Arav.

pemuda itu meneguk ludahnya kasar dan menghela napas berat, "bukan."

"bukan?" tanya Ibuk Aneh.

"lelaki." balas Arav acuh.

ia hanya ingin menjadi orang yang jujur walau ia yakin sebentar lagi sang Bunda akan mengamuk dengan kencang.

"Coklat Belgia mu itu?" tanya Bunda penasaran.

Arav menoleh dengan cepat, menatap Bunda dengan pandangan terkejut tak  dibuat-buat. jantungnya terpacu dengan cepat.

"m—maksud bunda?" tanya Arav tergagap.

wanita anggun khas bangsawan itu tergelak dan mengelus surai legam sang anak. "memang manis sekali dia."

"ndak mengamuk ta?" tanya Arav pelan.

Bunda menggeleng. "Kai itu manis, sopan dan santun. jadi ndak masalah."

"apa ini tentang kasta?" tanya Arav pelan.

"maksud Arav?" tanya Bunda.

Arav terkekeh. "bukan, maksud Arav jika Kai bukan anak seorang angkatan laut, apakah masih boleh?"

Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang