22

2.7K 684 34
                                    

Kebanyakan orang berkata jikalau cinta itu dari mata turun ke hati namun bagi kalili cinta itu dari telinga turun ke hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebanyakan orang berkata jikalau cinta itu dari mata turun ke hati namun bagi kalili cinta itu dari telinga turun ke hati.

terdengar klise namun begitu memang adanya. pemuda manis ini begitu gemar dengar sajak sajak indah yang akan Arav bisikkan pada telinga kanannya.

padahal dalam hati, ia ingin sekali mendengar pada telinga kiri yang konon katanya akan lebih cepat sampai turun ke hati.

"senyum mu indah" puji Arav.

Kai terkekeh, "terimakasih"

"sama-sama, mau membaca buku lebih lama atau pulang?" tanya Arav saat dirasa hari sudah semakin sore.

pemuda manis itu menggeleng pelan dan mulai mengemasi banyaknya buku yang berserakan pada meja perpustakaan kota.

mungkin ini menjadi sedikit pertanyaan bagi berberapa orang, tentang test yang sudah selesai lantas mengapa keduanya masih sibuk belajar.

jawabannya hanya satu, keduanya emang gemar mencari pengetahuan lebih dari apa yang mereka tahu, contoh orang pintar.

"pulang?" tanya Arav saat keduanya telah berdiri di pintu keluar.

Kai menunduk, "kalau berjalan kaki apa memakan waktu lama?"

"ku rasa tidak?" ujar Arav pelan.

"maka ayo berjalan kaki sampai kerumah" seru Kai semangat dan menggenggam jemari Arav.

dua insan muda itu mulai berjalan dibawah langit petang dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain, sekarang tak ingin melewatkan momentum indah walau sedikitpun.

"besok penetuan" bisik Kai.

Arav tersenyum, "kita pasti lolos"

"iya" ujar Kai pelan karena dirinya tak yakin sama sekali untuk lolos ke Jerman.

keduanya berjalan dalam diam, dengan Arav yang curi pandang pada paras Kaili yang disinari oleh cahaya petang.

hatinya menghangat, ternyata begini dahsyat rasa cinta yang jujur saja tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kaili jelas yang pertama.

"Arav" panggil Kaili kencang lalu berhenti sejenak.

yang dipanggil tersentak, "kenapa Kai?"

"jarak rumah mu dan rumah ku cukup jauh? ndak mungkin jika kamu harus jalan lebih jauh setelah mengantar aku" bisik Kai seraya menunduk.

Arav tersenyum, mengusap surai Kai pelan, "saya malah senang bisa mengantar kamu pulang"

"aduh naik bis saja bagiamana?" tanya Kai khawatir.

namun pemuda Dikhara menolak dengan telak, menggenggam tangan Kai dan menariknya untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

"nanti, kalau misalnya salah satu ndak lolos bagaimana ya?" tanya Kai pelan.

Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang