14

3K 736 68
                                    

Kai berjalan perlahan menuju sekolah, berhubung sepedanya putus rantai tepat depan bengkel maka ia memilih untuk meninggalkan sepeda dan berjalan kaki ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kai berjalan perlahan menuju sekolah, berhubung sepedanya putus rantai tepat depan bengkel maka ia memilih untuk meninggalkan sepeda dan berjalan kaki ke sekolah.

Arav tak datang menjemput, mengingat hujan yang tengah melanda kota mereka dengan deras.

benar, Kaili tengah berjalan di bawah derasnya hujan pada pagi hari, tanpa mantel yang melekat karena tadi sebelum beranjak dari rumah langit hanya muram sedikit.

maka ia bergegas untuk pergi lebih cepat, namun malah tertimpa hujan saat tengah berjalan kali.

kepala itu tertunduk, guna menghalau air yang membasahi wajah dan menghalang pandangan.

sampai sebuah suara pada arah kanan mengejutkannya. "lari kai."

kepala itu menoleh, mendapati Arav yang tengah meletakkan tas punggung di atas kepalanya.

Kai mengerjap. "buku mu basah?"

"ndak masalah asal kamu ndak lebih basah dari ini, mari berlari." ujar Arav cepat.

pemuda Janari itu lantas mengangguk pasrah dan mulai berlari beriringan dengan Arav menuju sekolah.

kepala-nya di payungi tas punggung milik Arav, sedangkan pria tinggi itu membiarkan kepalanya basah tanpa ada penghalang.

keduanya sampai di koridor kelas Kai dan Arav menatap pemuda manis yang kini terlihat begitu basah kuyup.

"nanti masuk angin." ujarnya pelan.

Kai terkekeh. "ndak masalah kok."

"sebentar ya." ujar Arav.

pemuda Janari hanya bisa terdiam menunggu Arav yang sedikit sibuk dengan tas ransel miliknya.

oh, ia mengeluarkan jaket kulit yang sepertinya sengaja ia bawa ke sekolah berhubung cuaca cukup keruh hari ini.

"pakai ini, dinginnya awet." ujar Arav seraya melampirkan jaket pada tubuh Kai.

bahkan Kai pun tak sempat menolak, karena Arav langsung berlari tanpa menoleh ke belakang.

"jaket lagi." bisik Kai.

bahkan ia lupa untuk mengembalikan Jaket yang tempo hari Arav lampirkan pada pundaknya sebelum pulang dari tempat makan.

"sepertinya dirimu dekat sekali dengan Arav." tegur Sulas, salah satu teman sekelas Kai.

Kai menoleh ke belakang. "kita teman"

"jaket itu, milik Arav kan?" tanya Sulas mengintimidasi.

pemuda Janari lantas mengangguk, ia tak ingin menutupi fakta bahwa pemilik Jaket ini adalah Arav Dikhara Bahar.

Sulas tergelak. "bagimana baunya?"

"harum." jawab Kai polos.

wanita itu lagi-lagi tergelak dan mengangguk patuh. "suka?"

"apanya?" tanya Kai.

"pada Arav."

"jelas, kan teman?" tanya Kai heran.

dan lebih dari teman pun, Kai suka. memang nyatanya jantung ini selalu berdetak tak karuan jika harus berhadapan dengan Arav.

"haha baiklah, kalian belajar bersama untuk pergi ke jerman ndak?" tanya Sulas.

Kai menggeleng. "kata Arav, dirinya hendak pergi ke akademi angkatan laut saja."

"benarkah? sayang sekali. padahal ia kandidat terkuat untuk dikirim ke Jerman." bisik Sulas.

"benar, sayang sekali." bisik Kai.

Tepat setelah sekolah usai, Kai bergegas untuk menghampiri Arav yang baru saja keluar dari kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat setelah sekolah usai, Kai bergegas untuk menghampiri Arav yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Hai." sapa Arav dengan senyuman.

Kai balas tersenyum dan mengulurkan jaket milik Arav ke sang pemilik, "terimakasih."

"pakai saja dulu" ujar Arav.

pemuda Janari hanya menggeleng ribut. "jaket mu satu lagi masih di rumah ku, ndak mau banyak-banyak."

Arav tergelak seraya menggandeng tangan Kai untuk dibawa berjalan menuju luar sekolah.

"ndak masalah kok, pakai saja." ujar Arav lembut.

Kai hanya bisa menghela napas pasrah. "mm dirimu ndak mau ke Jerman?"

"kenapa bertanya begitu?"

"soalnya, kamu pintar. bisa jadi langsung lolos seleksi ndak perlu seleksi lain lagi." ujar Kai.

Arav tersenyum "kamu ikut?"

"jelass, ikut ya? biar aku ada temannya." ujar Kai pelan.

pemuda Dikhara lantas terkekeh gemas. "iya, saya ikut."

Kai menoleh kaget. "bener?"

"iya Kai, demi kamu saya ikut." bisik Arav.

Kai terkekeh malu dengan kepala yang menunduk, seakan lupa jika tangannya masih berada dalam genggaman tangan Arav.

"kalau begitu, boleh kita belajar bersama?" tanya Arav pelan.

pemuda manis itu lantas mengangguk kecil dalam tunduknya. "iya boleh."

Arav hampir terpekik gemas hanya karena seorang pria manis yang seumuran dengannya. semesta memang gila.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang