29

2.6K 649 88
                                    

Bunyi kicau burung membangunkan Kaili yang tadinya masih begitu betah berkelana dalam mimpi indahnya, ah baru hari ini ia bisa tidur dengan nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi kicau burung membangunkan Kaili yang tadinya masih begitu betah berkelana dalam mimpi indahnya, ah baru hari ini ia bisa tidur dengan nyenyak.

hatinya geli seketika saat otak berkata Arav adalah penangkal mimpi buruknya, pemuda manis itu menoleh ke sebelah dan tak mendapati Arav di atas kasurnya maupun kasur milik pemuda itu sendiri.

"eh? pergi pagi-pagi sekali?" bisiknya heran.

pintu kamar terbuka dengan Arav yang menjinjing kantong plastik yang berisikan beberapa makanan ringan untuk mengisi perut sebelum memulai kelas.

Arav berkacak pinggang, "belum mandi?"

"belum" balas Kai pelan.

"mandi sana, lalu sarapan" katanya lembut.

Kai merentangkan tangan, "peluk selamat pagi boleh?"

"mandi dulu" kata Arav acuh.

wajah Kaili lantas cemberut dan langsung berjalan menyambar handuk dan pakaian ganti; membacanya masuk ke dalam kamar mandi tak lupa menurup pintu agak kasar.

Arav yang tengah mengunyah roti mendengus geli, "dasar pemarah" katanya pelan.

sembari menunggu Kaili beres melaksanakan rutinitasnya, Arav membaca sedikit materi beberapa hari yang lalu mengungat kelasnya akan mengadakan kuis pagi ini.

kegiatan membaca diiringi oleh alunan musik dari piring hitam dan bunyi genercik air yang berasal dari kamar mandi walaupun begitu Arav tak merasa terganggu sama sekali.

sampai pintu kamar terbuka kembali, muncul sosok wanita cantik yang merupakan kakak tingkatnya dan Kai.

oh mereka bertiga menjadi semakin dekat dalam beberapa waktu kebelakangan dan Janna lebih sering menghabiskan waktu bersama mereka setiap pagi dan makan siang bahkan makan malam pun juga jika ada waktu lebih.

"Pagi Arav" sapa Janna semangat.

Arav tersenyum, "pagi Janna"

"mana Kai?" tanya Janna mengedar pandangan seraya duduk di atas kasur Arav.

pintu kamar mandi terbuka dan Arav menunjuk acuh ke arah Kai yang sibuk mengeringkan kepalanya.

"Pagi Kai!" sapa Janna dengan senyuman.

Kai membalas senyum tak kalah lebar dan mengangguk, "pagi Janna! sudah sarapan?" tanya-nya ramah.

Janna mengangkat sekantong roti di tangan kiri dan juga tangan kanan yang sibuk menyuap roti pada mulut.

Arav menarik lengan Kai agar mendekat dan yang ditarik hanya bisa pasrah saat tangan Arav mengambil alih handuk guna mengeringkan rambut.

sedangkan Kai mulai sibuk menyantap sepotong roti yang telah Arav belikan untuknya, "enak" katanya.

ia lalu mulai fokus pada buku bacaan pagi ini tentang bagian-bagian pesawat yang jelas tak ia mengerti sebelumnya.

pemuda Dikhara tersenyum, menurunkan sebelah tangan guna mengusap pipi gembung milik Kai dua kali. kegiatan yang tak lepas dari pandangan Janna.

namun Arav masa bodoh, ia tak segan untuk menunjukkan rasa sayang kepada Kai di depan siapapun, bahkan Kai pun tak menolak sama sekali lalu apa masalahnya.

"um kalian ini—adik kakak?" tanya Janna pelan.

Kai mendongak lalu menggeleng kecil, ia jelas sekali bukan kakak maupun adik dari Arav. perbedaan keduanya juga sukup menonjol sekali tak ada kemiripan baginya.

"wajah kalian agak mirip" kata Janna jujur.

Arav tergelak, "jodoh"

"hah?" kata Kai bingung.

dan Janna membola, "jodoh?"

bahu lebar Arav mengendik acuh dan kepalanya menunduk guna mengecup surai Kaili saat sang empu masih saja terdiam akibat kata yang ia lontarkan.

"mine" bisiknya pada Janna.

lalu sang wanita cantik hanya bisa tersedak oleh roti yang tengah ia kunyah, kenyataan aneh yang barusan ia dengar cukup membuat kaget. ia kira dua insan dihadapan hanyalah sahabat dekat maupun saudara namun nyatanya ia salah.

"pasangan?" tanya Janna lagi.

Kai mengerjap, "ah? i—itu—"

"kurang jelas?" tanya Arav.

Janna terkekeh, "iya iya, wajah mu biasa saja. jangan terlalu garang"

"jangan garang" kata Kai memperingati.

Arav menghela napas, "jijik?"

"kenapa harus? kalian kan teman ku" kata Janna santai.

Kai mengangguk, "benar kita teman"

"kita pasangan" kata Arav lagi pada Kai.

ia menangkup wajah coklat itu dan mengecup keningnya lamat tepat dihadapan Janna yang menganga lebar.

dasar Arav Dikhara Bahar dan segala tingkah tak tahu tempat dan semena-menanya. Janna paham setelah beberapa minggu berteman.

sosok dihadapannya ini, atau lebih spesifik cowok tanpan dengan nama Arav adalah pribadi menyebalkan kecuali jika berhadapan dengan Kaili, ia akan menjadi sosok lembut bak malaikat surga.

Janna mendengus, "dasar dimabuk asmara" cibirnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang