Kai menatap jam dinding kamar yang telah menunjukkan pukul 1 dini hari, lantas bangkit dari kasur dengan kasar.
ia tak bisa tidur sehabis makan malam tadi. matanya menolak untuk tidur padahal badannya cukup lelah.
ia memutuskan untuk pergi ke dapur, mungkin segelas susu hangat akan membantunya untuk tidur.
ia lantas berjalan menuruni tangga, dan mendapat bapak yang masih terjaga.
"Kai belum tidur?" tanya Bapak.
kai menggeleng, "belum bisa pak, mau bikin susu hangat dulu."
Bapak lantas mengangguk dan mulai fokus pada tayangan televisi yang entah apa itu.
tak butuh waktu lama bagi Kai untuk menyeduh segelas susu hangat, maka sekarang pemuda 17 tahun itu telah duduk di samping sang Bapak.
keduanya masih diam, sampai akhirnya Kai bersuara. "pak."
"iya?" jawab Bapak seadanya.
"bagaimana kita tahu, jika kita menyukai seseorang." ujar Kai pelan.
Bapak menoleh penuh minat ke anak semata wayangnya itu. "kamu jatuh cinta?"
"ndak tahu pak, Kai bingung."
"apa yang kamu rasakan dulu, coba kasih tahu bapak." ujar Bapak senang.
Kai mengernyit namun menuruti perkataan sang bapak. "perut seperti menjadi sarang kupu-kupu."
"perkataannya cukup membuat tersipu padahal kadang kalimat tak di tuju untuk ku." bisik Kai pelan.
Bapak tersenyum. "suka sepihak ta?"
"maksud bapak?"
"kamu suka dia, tapi dianya ndak suka kamu?" tanya Bapak.
kepala itu mengangguk ragu, tadi Arav bercerita tentang ia yang menyukai seseorang.
"bikin dia suka kalau begitu." ujar Bapak.
Kai tersedak susu yang ia teguk dan mendelik. "caranya?"
"ndak tahu." balas Bapak acuh.
pemuda manis itu lantas mendengus dan bangkit tanpa sepatah katapun. meninggalkan ruang keluarga dan menaiki anak tangga dengan cepat.
ia menutup pintu perlahan, memendam kekesalan karena tak ingin menganggu tidur sang Ibuk.
Kai lantas menidurkan tubuhnya di atas ranjang, meletakkan lengan kanannya pada kening.
menatap plafon kamar yang berwarna putih bersih tanpa noda sedikitpun.
"Arav." bisiknya.
tangan kanan itu bergerak turun menuju dada kirinya yang berdegup kencang, bersamaan dengan pipi yang bersemu hangat.
"hehe, sepertinya memang Arav yang ku suka." ujarnya malu.
Kai terbangun tengan ribut saat mendengar teriakan sang Ibuk dari arah bawah.
ini hari minggu, harusnya ia bisa tidur sampai jam 11 siang, namun impian itu harus musnah.
pemuda manis itu turun ke lantai bawah, menatap Ibuk penuh tanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Ibuk yang menyadari sang putra telah turun hanya tersenyum. "pergilah ke pasar."
"untuk apa?" tanya Kai malas.
Ibuk menoleh. "beli kue, untuk sarapan."
Kai hanya bisa menghela napas berat, mengangguk kecil seraya melangkah kembali ke kamarnya.
melakukan rutinitas membersihkan diri dengan secepat kilat agar ia bisa kembali tidur lagi nantinya.
setelah selesai dengan acara mandi dan berpakaian. pemuda berkulit coklat itu lantas berlarian menuju lantai bawah.
"uangnya mana buk?" tanya Kai.
Ibuk memberikan selembar uang 5 ribu rupiah. "beli saja 2 ribu, sisanya bawa pulang."
Kai mengangguk patuh dan mulai berlarian ke arah teras, dan berjalan dengan tenang menuju pasar.
berhubung rumahnya itu di pusat kota, maka pasar tak begitu jauh dari pemukiman.
"Kai?" sapa seseorang.
Kai menoleh, dan mendapati Arav yang tengah duduk di atas motor Honda Astrea Prima dengan stelan yang cukup tapi.
"mau kemana?" tanya Kai pelan.
jantungnya berdetak dengan kencang walau hanya menatap paras rupawan milik Arav.
Arav tersenyum. "jalan-jalan saja, kamu mau ke mana?"
"b—beli kue di pasar." ujar Kai malu-malu.
pemuda tinggi itu terkekeh gemas lalu mengangguk. "mari saya antar."
"n—ndak usah, aku bisa—"
belum sempat Kai menyelesaikan kalimat, Arav sudah lebih dulu memotongnya, "saya tidak menerima penolakan."
"ya sudah." ujar Kai pasrah.
ia lantas naik, duduk manis di boncengan motor milik Arav itu. dan Arav mulai melajukan motornya menuju pasar yang tak begitu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telinga Kiri [✔️]
FanfictionKaili tak bisa mendengar pada telinga kirinya dan Arav, sang pengecut yang selalu berbisik kata cinta pada telinga kiri Kai. ⚠️lokal ⚠️bxb ⚠️hajeongwoo