Mentari terbit dengan cerah, menerobos celah jendela kamar Arav saat sang pemilik masih betah bergelung dalam selimutnya.
"Arav." panggil Bunda membangunkan.
Arav mengeliat. "kenapa Bunda?"
"mau ke rumah Kaili ndak? Bunda ingin berteman dengan Ibuknya." bisik Bunda.
pemuda 17 tahun itu lantas duduk dengan tergesa. "serius?"
"iyo, ayo mandi lalu pergi ke rumah si coklat Belgia mu." goda Bunda.
mata Arav menyipit. "yang boleh memanggilnya coklat Belgia hanya Arav."
"uh, pencemburu sekali. sana mandi." usir Bunda yang mulai bangkit.
oh Arav baru sadar jika sang ibu telah rapi dengan setelan dress selutut bermotif bunga, kalung mutiara dan jepitan simpel pada rambut. cukup elegan.
"berteman atau mau melamar anaknya?" tanya Arav pelan.
Bunda menoleh. "kenapa?"
"dandanan Bunda, seperti ingin pergi meminang Kaili saja." ujarnya jenaka.
Bunda tergelak. "nanti, 5 tahun lagi. kita pinang anak itu."
Arav tergelak dan menggeleng heran seraya beranjak untuk pergi mandi hatinya tergelitik saat mendengar perkataan Bunda yang cukup Aneh baginya.
"bisakah kita sampai ke titik itu? entah lah mari ikuti alur hidup saja" bisik Arav pelan.
Kaili tengah sibuk dengan beberap baju yang telah ibuk cuci. benar ia kebagian untuk menjemur baju berbaskom baskom.
wajah itu terlihat masak sambil memerah baju yang masih setengah basah dan mengibaskannya lalu menjemur.
"selamat pagi." dua suara menyapa.
Kai lantas berlari meninggalkan jemuran untuk pergi ke pintu utama, karena ibuk tampaknya masih sibuk dengan cucian.
"pagi?" ujar Kai pelan saat melihat sosok Bunda dan Arav yang tengah berdiri di hadapan.
Bunda tersenyum "pagi Kai, ibuk mu ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Telinga Kiri [✔️]
FanfictionKaili tak bisa mendengar pada telinga kirinya dan Arav, sang pengecut yang selalu berbisik kata cinta pada telinga kiri Kai. ⚠️lokal ⚠️bxb ⚠️hajeongwoo