18

2.7K 700 67
                                    

Kai menatap langit-langit kamarnya, sedikit menyunggingkan senyuman saat suara Arav menggema dalam pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kai menatap langit-langit kamarnya, sedikit menyunggingkan senyuman saat suara Arav menggema dalam pikiran.

"saya juga sama, sama sukanya sama kamu" monolog Kai dengan kekehan malu.

pemuda manis itu lantas memukul kepalanya menggunakan kepalan tangan, menutup mata erat dengan bibir yang merekah lebar.

"aduh, pipi ku keram", bisiknya pelan.

setelah kejadian tadi, keduanya hanya saling diam dan tersenyum satu sama lain. Arav tak memintanya untuk menjadi kekasih, atau mungkin belum.

Kai mengigit bibir bawahnya pelan, rasa malu masih saja menyelimutinya padahal berbelas jam telah terlewati.

setiap ia mulai membuka buku, makan, bahkan terdiam pun. kata-kata Arav dan senyuman tampan itu masih begitu membekas dalam pikiran.

"tolong keluar sebentar, aku ingin tidur agar bisa fokus belajar untuk besok" bisik Kai pelan dengan wajah yang memerah padam.

Ibuk yang hendak mengecek keadaan Kai hanya bisa menggelen dari ambang pintu, "ndak tidur?"

yang ditegur jelas terperanjat dan duduk dengan cepat, "belum buk"

"dari tadi senyum mu bak dipanah oleh asmara, siapa yang berhasil menancapkan busurnya?" goda Ibuk.

Kai terdiam, tak tahu harus membalas apa karena pada dasarnya ia takut jika Ibuk akan menentang perasaan tabu yang ia miliki.

"ndak buk," bisik Kai pelan.

Ibuk tersenyum maklum, "siapa? Arav kah?" lalu mengelus surai lembut sutra itu sayang.

Kai menganga, mengedip dengan cepat sembari melirik ke arah Ibuk terkejut, "maksud Ibuk?"

"loh? kok nanya Ibuk. ya Ibuk nanya" ujar Ibuk jenaka.

bibir itu ia basahkan dan menghela napas berat, "kalau emang benar Arav, apakah aku akan dimarahi?" tanyanya pelan.

wanita paruh baya itu tergelak, memukul pelan pundak sang anak yang menunduk ketakutan di atas ranjang.

"memang Arav itu tampan, siapa yang ndak bakal terpanah oleh busur asmaranya?" tanya Ibuk heran.

Kai menatap Ibuk takut-takut tepat di mata, "jadi, jika Arav suka Kai dan Kai sama sukanya dengan Arav. apakah boleh untuk bersama?"

"mengapa tidak?" tanya Ibuk.

Bapak yang sedari tadi di ambang pintu lantas masuk dengan penuh minat, membuat Kai lagi-lagi terperanjat.

"sudah menjalin kasih dengan Arav?" tanya Bapak penasaran.

Kai meneguk ludahnya kasar lalu menggeleng pelan, "belum?"

"bagiamana dahsyat-nya cinta versi mu?" tanya Bapak menggoda.

pemuda manis itu mendengus, menatap bapak tanpa minat yang kuat untuk menjelaskan.

Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang