9

3.2K 783 125
                                    

Suasana pagi cukup cerah, dengan Kai yang sibuk memakai dasi sekolahnya di depan kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pagi cukup cerah, dengan Kai yang sibuk memakai dasi sekolahnya di depan kaca.

"Kai, ada anak ganteng di depan." ujar Ibuk.

Kai mengernyit. "siapa?"

"ndak tau, katanya teman mu."

pemuda itu lantas beranjak dengan cepat menuju teras dan terkejut atas kehadiran Arav dengan sepeda hitamnya.

"Arav?" tanya Kai.

pemuda tampan itu menoleh, lalu tersenyum. "pagi Kai, sekolah?"

Kai terkekeh lalu mengangguk kecil dan kembali masuk ke dalam untuk mengambil tas selempangnya seraya menyalam Ibuk.

berlari ke samping rumah untuk mengambil sepedanya dan naik seraya mengoes sepeda, berjalan terlebih dahulu melewati Arav yang tergelak.

keduanya berjalan beriringan dengan pelan. "beli sepeda?"

"ndak, ini sepeda lama saya."

"terus kenapa ndak naik sepeda saja selama ini?" tanya Kai heran.

Arav menoleh. "loh? saya selalu naik sepeda. hanya saja kemaren rusak soalnya menabrak dinding pabrik gula."

"pabrik gula?" tanya Kai dengan tawa yang mengiringi.

ia kira, Arav merupakan manusia yang begitu sempurna dan lebih senang untuk menghabiskan waktu di rumah atau mungkin pergi ke acara orang kaya.

"saya suka bermain kasti di sana, lapangannya besar." ujar Arav.

Kai terkekeh. "bermain dengan siapa saja?"

"banyak, mau ikut bermain juga ndak?"

"ndak bisa main kasti." ujar Kai.

kedunya sampai di parkiran sekolah dengan selamat. "nanti saya ajarkan, mau ya?"

"kapan?" tanya Kai

Arav merenung sesaat. "sabtu sore, bagaimana?"

"boleh. ya sudah kalau begitu belajar yang rajin." ujar Kai semangat.

pemuda tinggi itu tersenyum tampan dan mengangguk. "pulang bersama ya nanti."

"iya! siap?" kata Kai yang mulai berlari menuju kelasnya.

Arav menatap sepeda yang baru saja sang ayah belikan setelah ia merengek semalaman.

sepeda lamanya telah hancur lebur sejak kejadian ia menabrak dinding pabrik. ia hanya sengaja membeli sepeda agar bisa menjemput Kaili.

Suasana koridor cukup padat karena jam makan siang telah tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana koridor cukup padat karena jam makan siang telah tiba. beberapa warung dekat sekolah sudah penuh.

membuat Kaili harus rela menahan rasa lapar yang melanda menerobos pun percuma karena dirinya akan terhempas keluar kembali.

tubuh itu berbalik namun tersentak saat sosok tinggi tengah berdiri di belakangnya tegas.

"Rav?" panggil-nya pelan.

Arav terkekeh. "makan?"

"ndak bisa masuk. penuh." keluh Kai.

pemuda tampan itu mengangguk seraya menarik tangan Kai untuk dibawa ke suatu tempat.

yang ditarik hanya bisa mengangguk dan mengkor dengan patuh tanpa protes sedikitpun.

keduanya sampai di bagian belakang sekolah. "duduk di sini saja. biar ndak sumpek sama banyak manusia."

Kai menurut, duduk dengan tenang tanpa mengeluarkan sepatah katapun sampai akhirnya sebuah air soda disodorkan padanya.

"buat aku?" tanya Kai.

Arav mengangguk. "iya. benar."

"terimakasih." ujar Kai pelan seraya membuka tutup botol.

meneguk sampai setengah karena ia cukup haus mengingat cuaca yang tengah panas-panasnya.

"pernah suka orang?" tanya Arav.

Kai menggeleng. "mungkin tidak."

"apa maksud dari mungkin?" tanya Arav heran.

"aku ndak paham sama bagaimana rasa suka itu bekerja. jadi ndak tahu apakah aku suka sama dia atau tidak." jelas Kai.

Arav mengangguk. "mau ku kasih tahu?"

"boleh"

"suka itu saat kamu merasa nyaman saat berada dalam jarak dekat dengan orang tersebut. lalu, hanya dengan melihat wajahnya saja perut mu akan terasa seperti sarang kupu-kupu." kata Arav.

Kai menoleh, memusatkan perhatian pada Arav. menatap wajah tampan itu lekat dan hebatnya, perut Kai kini serasa dipenuhi oleh kupu-kupu.

mata itu mengerjap. "l—alu?"

"terus, saat kamu mendengar tawanya itu akan terdengar seperti lantunan musik klasik yang begitu merdu, paras yang rupawan membuat mu seakan lupa jika ia adalah sama dengan mu. merupakan manusia namun dalam versi yang memikat hati." jelas Arav dengan senyuman.

mata tajam itu menatap Kai yang tersipu dengan senyum tampan yang menggoda hati.

"ada lagi?" tanya Kai.

Arav mengangguk seraya berdiri dari duduknya. "suka itu ya kamu."

Kai mengernyit. "maksudnya?"

pemuda tampan itu tergelak dan berjalan meninggalkan Kai dalam puluhan langkah.

dan berbalik seraya menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk ke arah Kairi yang dilanda kebingungan.

namun Arav tampaknya begitu menikmati kebingungan Kaili saat ini terbukti dengan senyum tampan yang terus merekah seperti enggan untuk redup.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang