Lonceng di bunyikan dengan keras, membuat para siswa yang memang telah menati waktu pulang tiba langsung sigap mengemas barang-barang.
termasuk Arav yang mulai menutup buku miliknya, dan memasukkan beberapa peralatan sekolah dalam tas punggungnya perlahan.
ia lalu menyampirkan tali tas pada punggung kanannya dan duduk rapi dengan melipat kedua lengannya pada meja.
patuh akan perintah ketua kelas agar seluruh warga kelas berdoa sebelum pulang ke rumah masing-masing.
menunduk dalam diam, merapal rangkaian doa yang telah ia hapal sejak duduk di bangku SD.
kegiatan doa selesai, dan para siswa mulai bangkit dari duduknya begitupun Arav yang berjalan gontai melewati meja demi meja untuk sampai di hadapan guru.
"salam buk. sampai jumpa besok." ujarnya setelah mencium punggung tangan guru yang mengajar.
Guru tadi tersenyum. "sampai bertemu besok Arav."
tubuh tinggi itu beranjak keluar kelas, melewati lorong demi lorong kelas dalam diam sendirian.
Arav memiliki teman, namun tak sekelas. bahkan tak satu sekolah dengan dirinya.
"ARAV!" sapa suara dari arah jam 3.
pemuda dengan nama lengkap Arav Dikhara Bahar itu lantas menoleh dan mendapati pemuda yang tak sengaja jatuh tersungkur akibat ulahnya.
"apa?" tanya Arav cepat.
pemuda dengan pipi berisi menyenggol yang tirus membisikkan sesuatu yang Arav tak dengar.
"mau berteman dengan kami?" tanya pemuda berpipi tirus dan berkulit kecoklatan.
Arav terkejut, korban meminta pertemanan dengan sang pelaku? bolehkan Arav tertawa sekarang.
karena pemuda coklat itu terlihat begitu canggung dalam diam dengan yang lebih putih hanya bisa menunggu dengan malas.
Arav lantas berjalan mendekat, menatap dua anak dengan sepeda hitam dan tas selempang itu penuh minat.
"kalian mau berteman dengan saya?" tanya Arav memastikan.
pemuda putih lantas mengangguk dengan semangat dan yang lebih gelap hanya mengangguk sekali dan terlihat kaku.
"mari berteman, saya Arav Dikhara Bahar. kalian?" ujar Arav memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan.
dan digenggam cepat oleh pria berpipi penuh. "Sakya. tanpa nama panjang. hanya Sakya."
"salam kenal Sakya." ujar Arav dan menoleh ke arah pria yang masih betah berdiam diri.
"kamu siapa namanya?"
Kai gelagapan, "K-Kaili Asoka Janari."
"nama mu bagus." pujo Arav pelan.
yang dipuji hanya terkekeh canggung karenanya. "terimakasih, mari pulang bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Telinga Kiri [✔️]
FanfictionKaili tak bisa mendengar pada telinga kirinya dan Arav, sang pengecut yang selalu berbisik kata cinta pada telinga kiri Kai. ⚠️lokal ⚠️bxb ⚠️hajeongwoo