5

3.8K 833 66
                                    

Suasana ruang makan rumah Kaili cukup hangat karena malam ini sang bapak ikut turut makan bersama setelag berpatroli laut selama 6 bulan kebelakangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana ruang makan rumah Kaili cukup hangat karena malam ini sang bapak ikut turut makan bersama setelag berpatroli laut selama 6 bulan kebelakangan.

alunan musik dari piring hitam melantun dengan merdunya, bapak suka musik dan Kaili pun begitu.

"bagaimana sekolah?" tanya Bapak membuka suara.

salah satu tradisi keluarga kecil mereka adalah, jikalau makan bersama bapak tak ada yang boleh berbicara sebelum beliau angkat suara.

"seru." balas Kai singkat.

Ibuk tersenyum. "besok masih pergi sendiri ta? Sakya masih belum pulang."

"kai pergi dengan Arav buk." kata Kai pelan.

Bapak menoleh tertarik. "Arav anaknya pak Bahari?"

"iya, Arav menunggu di simpang rumahnya lalu kita berbonceng untuk pergi ke sekolah." jelas Kai.

Ibuk tersenyum, ah akhirnya Kaili memiliki teman baru selain Sakya yang memang merupakan sepupu kandungnya.

"terus buk, Arav bilang aku harus main dengannya besok, jadi sepertinya aku akan pulang sedikit lambat." ujar Kai.

Bapak mengangguk. "ndak masalah, asal Kai punya teman. bapak izinkan apa lagi teman mu itu anak baik-baik."

Kai tersenyum saat mendengar nada bahagia sang bapak saat dirinya memiliki teman baru selain Sakya.

"kapan-kapan, ajak Arav main ke sini yo, biar ibuk masakkan banyak lauk pauk." ujar Ibuk.

Kai dan Bapak lantas tergelak karena Ibuk terlihat begitu bahagia dan bersemangat.

"Arav bilang ia ingin menjadi seperti Ayahnya. angkatan laut." kata Kai tiba-tiba.

Bapak menoleh. "kalau Kai, mau jadi apa?"

"jadi orang sukses saja pak."

"sukses itu banyak ragam dan dalam porsi yang beragam pula bagi setiap individu. jadi, sukses bagi dirimu itu seperti apa?" tanya Bapak.

Kai terkekeh. "Kai ingin menjadi orang pintar, membuat alat transportasi. maka Kai giat belajar agar bisa ikut ke jerman."

"bapak mampu jika kamu ingin pergi ke jerman. jangan terlalu monoton hidup mu, cari kebahagiaan untuk masa muda mu." ujar Bapak.

Ibuk mengangguk. "orang seusia mu itu banyak yang menjalin kasih, kamu kapan?"

"buk? apakah itu penting?" tanya Kai malas.

Bapak tersenyum. "cinta itu dahsyat sekali rasanya."

"rasa seperti apa?" tanya Kai pelan.

sang kepala keluarga itu mengendikan bahu acuh, dan beranjak dari duduknya pertanda ia telah selesai dengan makan malamnya.

Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang