24

2.5K 679 29
                                    

Arav berkedip dan mengayunkan kaki-nya pelan seraya menatap ke arah Kaili yang bungkam sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arav berkedip dan mengayunkan kaki-nya pelan seraya menatap ke arah Kaili yang bungkam sejak tadi.

keduanya kini berada di tengah laut, duduk di atas bangkai pesawat kecil yang memang tak ditarik ke tepi dermaga.

"tak usah dipikirkan, saya pergi sendiri saja" ujar Arav.

Kaili tersenyum kecil, "maaf ya"

"mengapa meminta maaf?" tanya Arav lembut.

rasanya ia tak mengerti alasan di balik kata maaf yang terucap oleh lisan milik pemuda manis disebelahnya ini.

yang ditanya mengulum bibir, lalu terkekeh, "maaf karena aku Arav harus pergi sendirian ke Jerman"

"bukan salah kamu, itu artinya jalan kita untuk sukses jelas beda tak searah namun satu tujuan" ujar Arav.

Kai terkekeh, "menuju tujuan yang sama dengan cara yang berbeda?"

"ibarat ingin pergi pasar namun kita melewati jalur yang berbeda, mungkij salah satu akan memakan waktu cepat dan satunya lambat namun itu bukan menjadi sebuah masalah kan? asal sampainya ke pasar dan bertemu disana" ujar Arav panjang lebar.

pemuda tampan itu tersenyum, mengelus tengkuk Kai dengan telapak tangan-nya yang hangat, "dingin?"

"tidak" ujar Kai cepat.

sensasi hangat di tengkuknya membuat Kai harus meneguk ludah kasar, efek sentuhan dari Arav memang masih membuatnya malu dan merinding.

Arav terkekeh, menarik tubuh itu masuk ke dalam sebuah pelukan hangat, ah ini merupakan pelukan resmi yang hangat bagi dirinya.

"saya perginya masih bulan depan, jadi sisa hari bisa kita jalani dengan baik sebelum harus terpisah oleh jarak, waktu dan kesibukan yang berbeda" ujar Arav.

Kai menyamakan diri dalam pelukan Arav walaupun jantungnya menggila tak terkontrol, "memangnya mau melakukan apa?"

"apa saja yang membuat Kai senang" bisik Arav di telinga kanan pemuda itu.

Kai menggerakkan kepala akibat rasa geli yang menjalar saat bibir Arav tak sengaja menyentuh telinga kanannya saat berbisik tadi, terlampau dekat.

"Arav salah satu alasan Kai senang" bisik Kai malu.

pemuda Dikhara terkekeh gemas; mengecup kepala milik si coklat kesukaan sayang, "kamu juga alasan saya senang, sangat senang"

"nanti harus saling kirim surat ya" pinta Kai.

Arav mengangguk, "nanti saya kirimkan tujuh surat dalam seminggu"

"kenapa tujuh?" tanya Kai heran.

"surat itu sampainya lama jadi selama menunggu surat lain tiba, saya rasa kamu masih punya surat yang bisa dibaca di sela kegiatan menunggu" kata Arav tenang.

Kai mendongak, menatap wajah teduh Arav yang tengah menatapnya dalam sekarang, "nanti jika libur bisa pulang?"

"jelas bisa, nanti jika libur panjang saya pulang"

"di jerman ada salju?" tanya Kai ragu.

Arav menaikkan sebelah alisnya heran, "memangnya kenapa?"

"jika ada, kasihan Arav pasti terkejut dengan perubahan cuaca" bisik Kai sedih.

tawa tampan itu meledak, membuat suasana tenang mendadak ricuh karena tawa melengking itu. Kai bahkan terkejut dan hampir oleng dan jatuh jika si tampan tak memiliki refleks yang bagus.

"kamu ingin pergi ke jerman tapi ndak tahu iklim disana ta?" tanya Arav terkejut.

Kai menggaruk kepalanya yang sedikit gatal, "tau, hanya ingin memastikan saja"

"dasar" Arav lantas menarik hidung manjung Kai sampai memerah.

pemuda coklat tak protes, malah tertawa karenanya, "apa yang dibutuhkan saat musim dingin?"

"jaket tebal, selimut, api unggun dan coklat panas?" Arav menerawang.

Kai terkekeh, "bagaimana dengan syal?"

"itu juga termasuk, memangnya kenapa?" tanya Arav heran.

pemuda manis itu tak menjawab melainkan mulai masuk ke dalam pelukan Arav lagi dan bergumam tak jelas dan yang dipeluk hanya bisa terkekeh dan menggeleng heran namun tak lupa untuk membalas pelukan erat milik Kai.

"tapi rasanya saya tak butuh apapun dimusim dingin" ujar Arav

Kai merengut, "nanti mati beku bagaimana?"

"karena saya cuman butuh kamu" bisik Arav.

pemuda coklat lantas mendengus, memukul dada Arav pelan dan mengigit bibir bawahnya pelan pertanda ia malu.

pemuda coklat lantas mendengus, memukul dada Arav pelan dan mengigit bibir bawahnya pelan pertanda ia malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang