Kai menatap selembaran kertas yang merupakan formulir untuk mendaftarkan diri sebagai peserta didik yang hendak ikut ke Jerman.
diliriknya Arav yang masih sibuk dengan formulir miliknya, mencantumkan beberapa hal yang harus ditulis.
"minggu depan" ujar Arav pelan.
Kai terkekeh, "mari lakukan yang terbaik"
"ARAV!" teriak seseorang dari arah belakang.
yang dipanggil lantas menoleh, begitupun dengan Kaili yang penasaran siapa sosok wanita yang menyapa Arav.
"hai?" sapa sang wanita.
Kai mengerjap, wanita cantik dengan rok selutut, polesan wajah yang tak berlebihan dan rambut gelombang terurai. sangat cantik.
"siapa?" tanya Arav heran.
gadis tadi terkekeh, "Vara, anak dari teman ayah mu."
"oh, ya?" tanya Arav pelan.
kepalanya langsung berputar pada percakapannya dengan ayah tempo hari prihal perjodohan.
bukankah ia sudah bilang bahwa ia menyukai Kaili, lantas mengapa gadis bernama Vara harus muncul dihadapan.
"mengapa datang kemari?" tanya Arav heran.
Vara terkekeh, "mau menjadi lebih dekat dengan mu, boleh?"
"em Arav, aku mau minum ke belakang dulu ya?" ujar Kai yang langsung bangkit dari duduknya.
pemuda Dikhara itu lantas menatap Vara sepenuhnya, "mengapa menjadi lebih dekat?"
"perjodohan" bisik Vara.
Arav menghela napas berat, "saya tidak mau dan tidak akan pernah setuju dengan konsep perjodohan."
"zaman semakin maju dan saya rasa, diri ini masih mampu untuk mencari tambata hati. maaf jika terdengar kasar, tapi pulang lah. biar saya yang bicarakan ini dengan keluarga kita" ujar Arav tegas.
Vara terdiam, menatap Arav dengan takjubnya "kamu bijaksana"
"saya?" tanya Arav dengan kekehan.
gadis cantik itu tersenyum malu saat melihat wajah Arav yang tampak begitu tampan, "baiklah"
"pulangnya apa perlu saya antar?" tawar Arav yang hanyalah basa basi belaka.
Vara menggeleng, "ndak usah, saya bisa pulang sendiri. saya pamit"
gadis itu lantas berlalu, meninggalkan Arav yang kini menghela napas kasar, memijit pelipisnya kuat karena kelakuan sang ayah yang di luar dugaan.
Kai duduk di kursi meja makan, tatapannya masih kosong karena shock yang melanda.
Wanita tadi telah berpamitan beberapa menit yang lalu dan meninggalkan kediaman Arav.
"Kai?" panggil Arav pelan.
yang dipanggil terlonjak, "iya?"
"kamu kenapa?" tanya Arav heran.
tunggal Janari itu hanya bisa mengigit bibirnya erat, rasa ragu menyelimuti diri untuk bertanya pada sang teman.
"Kai?" panggil Arav lagi dengan nada khawatir.
Kaili lantas menghela napas bertepatan dengan air mata yang mengalir, membuat Arav panik bukan kepalang.
"kamu kenapa?" tanya Arav lagi seraya mendekat, mengusap pundak lembar itu menenangkan.
Kai menggeleng, rasa bersalah membuatnya tak kuasa untuk menahan tangis. mengapa ia harus merasa marah padahal Arav bukan miliknya.
"maafkan Kai." bisiknya pelan.
Arav mengernyit. "mengapa meminta maaf? kamu berbuat salah?"
"iya," bisik Kai.
pemuda tampan itu lagi-lagi mengernyit, hari ini setahunya Kili tak bertingkah menyebalkan atau lebih tepatnya belum.
"apa kesalahan yang kamu perbuat, sampai membuat mu menangis seperti ini?" tanya Arav lembut.
karena setahu dirinya, Kaili tak akan menangis jika masalahnya tak begitu besar untuk ditahan sendirian.
"Kai—" bisik Kai terputus karena napasnya tersendat.
Arav menunggu dalam diam dan tenang. "iya?"
"menyukai Arav, maafkan Kai", bisik Kai dengan air mata yang mulai mengalir.
pemuda Dikhara terdiam sejenak, mencernya kalimat yang baru saja keluar dari bibir sang teman.
"Kai kenapa?" tanya Arav lagi.
"Kai suka Arav." bisik Kai lagi.
Arav tersenyum, memeluk kepala itu erat dan mengecupnya ringan, mengelus punggung yang bergetar itu menenangkan.
"suka sekali?" tanya Arav.
kepala itu mengangguk, "maaf Arav, aku lancang sekali karena telah berani untuk menyukai mu"
"suka itu ndak salah Kai, kamu suka saya itu sah sah saja." ujar Arav
Kai mendongak "maksud mu?"
"karena saya juga sama, sama sukanya sama kamu." bisik Arav.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telinga Kiri [✔️]
FanfictionKaili tak bisa mendengar pada telinga kirinya dan Arav, sang pengecut yang selalu berbisik kata cinta pada telinga kiri Kai. ⚠️lokal ⚠️bxb ⚠️hajeongwoo