13

3K 747 40
                                    

"selamat pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"selamat pagi." ujar Arav saat dirinya masuk mengekori Kaili.

oh benar, setelah mengantarkan Kaili ke pasar ia memutuskan untuk menunggu sang teman dan mengantarkannya kembali ke rumah dengan selamat.

bahkan setelah sampai pun, ia langsung dipaksa oleh Kai untuk singgah sebentar.

"Arav?" sapa Ibuk dengan senyuman senang.

yang dipanggil tersenyum malu dan mengangguk seraya mendekat untuk mencium tangan yang lebih tua.

"halo Buk." ujarnya sopan.

Ibuk terkekeh. "ayo masuk."

keduanya masuk dan langsung berpapasan dengan Bapak yang ingin membersihkan kandang burung.

"eh Arav ta?" ujar Bapak senang.

Arav lagi-lagi tersenyum sopan dan mengangguk. "pagi pak."

"mau main sama Kai ya? yang rukun yaa." ujar Bapak yang mulai berlalu.

Ibuk beranjak meninggalkan Arav dan Kai di ruang tamu. beliau hendak menyeduh teh hangat untuk sang tamu.

Kai tersenyum dan melambai pada Arav agar segera duduk di hadapannya. "duduk."

"kamu bisa bermain piano ta?" tanya Arav takjub saat melihat satu piano besar di tengah ruangan.

pemuda manis itu hanya tergelak dan mengangguk. "sedikit."

"coba mainkan untuk ku." pinta Arav.

Kai tersenyum. "boleh."

keduanya mulai beranjak, berjalan mendekat ke arah piano coklat di tengah ruangan.

dengan Kaili yang mulai duduk di kursi piano, dan Arav yang berdiri seraya bertumpu pada piano.

dentingan melodi indah dari piano mengalun merdu, ah Kaili tengah memainkan Chopin - Nocturne in E Flat Major (op. 9 no. 2) .

Arav begitu larut dalam permainan piano seraya sesekali bertubruk pandang dengan pria manis.

sampai tak sadar jika Kai telah menghabiskan satu lagu tadi tepat beberapa detik yang lalu.

"minum dulu teh-nya, menatap Kai boleh kapan saja." tegur Ibuk jenaka.

Arav lantas terlonjak dari lamunan asmaranya. "iya buk."

Kai terkekeh malu dan menggelengkan kepala sebagai upaya pengusir semu merah merona yang bertengger pada pipi.

Setelah berbincang dengan ibuk seraya memintuh segelas teh hangat, keduanya memilih untuk masuk ke kamar Kai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berbincang dengan ibuk seraya memintuh segelas teh hangat, keduanya memilih untuk masuk ke kamar Kai.

dengan Arav yang sibuk memindai setiap sudut kamar yang cukup kecil itu. "kamu anak tunggal?"

"iya. memangnya kenapa?" tanya Kai heran.

Arav menggeleng "tidakah rumah terasa sepi?"

"ndak juga, biasanya Sakya sering mampir. tapi karena Sakya ndak pernah mampir dan bapak belum berpatroli rasanya masih sama. biasa aja." ujar Kai.

pemuda tampan itu mengangguk seraya duduk di kursi meja belajar Kai. "diri mu suka seni ya?"

Kai mengangguk semangat. "aku suka bernyanyi, menggambar, bermain alat musik, dan merajut."

"merajut?" tanya Arav penuh minat.

pemuda manis itu mengangguk lagi dengan semangat. "mau lihat hasil rajutan ku?"

"boleh." ujar Arav senang.

Kai lantas bangkit, berjalan menuju lemari coklat miliknya. dan mulai sibuk mengambil beragam rajutan yang ia bikin.

"topi ini, aku yang rajut. cantik kan?" ujar Kai.

tidak, Arav merasa jika dirinya siap sekali untuk menyerahkan seluruh angkasa untuk Kai.

lihatlah wajah manis itu, begitu menggemaskan saat merasa bersemangat.

"iya cantik sekali, seperti yang bikin." bisik Arav.

Kai tertegun. "aku? cantik?"

pemuda tinggi itu tergelak dan mengangguk. "iya, Kaili cantik."

"tapi aku pria. berarti tampan."

"pria manis." koreksi Arav.

Kai mendengus. "diri mu bisa merajut ndak?"

"jika kamu mau merajut topi untuk saya, sepertinya akan lebih bagus." ucap Arav asal.

pemuda Janari lantas tergelak dan menggeleng. "tugas ku banyak. merajut akan menghambat segalanya."

"ndak usah nanya kalau gitu." sungut Arav.

Kai menoleh. "aku ndak menawarkan diri untuk merajut topi kok?"

"iya iya iya iya." balas Arav mengalah.

entahlah, jika biasanya ia adalah pribadi yang begitu keras dan gemar berdebat maka jika telah berhadapan dengan Kaili, ia akan menjadi pemuda yang lebih sering mengalah.

efek jatuh cinta memang begitu dahsyat sampai ia seakan menjadi pribadi baru yang lebih aneh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang