28

2.6K 674 64
                                    

Rutinitas menjadi mahasiswa telah Kaili dan Arav jalani selama 3 bulan kebelakangan tanpa adanya hambatan dalam study maupun hubungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rutinitas menjadi mahasiswa telah Kaili dan Arav jalani selama 3 bulan kebelakangan tanpa adanya hambatan dalam study maupun hubungan.

hanya ada sedikit masalah karena Kaili yang tiba-tiba merenung kibat rindu da khawatir akan sang ibuk jika bapak mulai berpatroli bersama para angkata.

seperti sekarang, sosok manis kesukaan Arav itu masih betah membuka mata sembari menatap foto keluarga yang telah ibuk selipkan agar rasa rindu tak begitu membuncah pada sang anak tunggal.

"kenapa?" tegur Arav yang hendak tidur.

namun ia mengurungkan niat awal saat menoleh pada sisi ranjang sebelah yang mana sang penghuni masih betah untuk duduk dalam lamunan tak berujung.

Arav lantas beranjak mendekat, berjalan pelanan dengan senyuman khas dirinya guna sedikit meringankan rasa rindu yang mungkin saja tak bisa Kai bendung.

tubuh tinggi itu duduk di sisi ranjang sebelah Kai, menarik tubuh coklat itu untuk direngkuh dan diusap selembut mungkin agar sang tuan nyaman.

Kaili membalas pelukan, "ternyata ini pilihan yang cukup buruk" katanya pelan.

"maksud Kai apa? pergi ke Jerman bersama saya itu pilihan buruk" tanya Arav heran.

kepala yang bertengger manis di dadanya itu bergerak ke kiri dan ke kanan sebanyak dua kali. pertanda Kaili menggerakan kepala, sebagai gestur tak setuju.

"bukan gitu" cicit Kaili pelan.

Arav menghela napas, "lantas apa yang membuat mu begitu muram?" bisiknya pelan.

Kai mendongak, "Arav ndak rindu Bunda?" tanya-nya pelan.

"rindu" katanya pelan.

"aku pun rindu ibuk dan bapak"

senyum Arav merekah begitu indah, mampu membuat Kaili memerah dalam sekejap tanpa pergerakan yang cukup berarti bagi keduanya.

Kaili memang lemah, senyum Arav memanglah kelemahan bagi dirinya. senyum indah yang tak satupun orang punya, kecuali sang kekasih.

"kalau Kai rindu, besok boleh telpon" bisik Arav.

pelukan semakin erat dengan Kai yang mulai menyamankan diri lagi pada dada Arav sedangkan sang empu sibuk bersandar pada kepala ranjang.

"obat dari segala rindu itu apa Arav?" bisiknya.

Arav tertegun, "temu?"

"tapi jarak ndak merestui" bisik Kai.

"libur bisa pulang" kata Arav menenangkan.

Kai mengangguk, "maaf ya"

pemuda Dikhara mengernyit akan kalimat maaf yang terucap dari pria manis yang tengah ia rengkuh, "mengapa minta maaaf Kai?" tanyanya heran.

Telinga Kiri [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang