Arav menatap hamparan air dari atas kapal besar angkatan laut. ia tadi dipaksa oleh sang ayah untuk ikut dalam pertemuan yang bisa kita sebut reuni.
niat dirinya untuk tidur siang setelah sekian malam bertempur dengan banyaknya tugas harus musnah begitu saja.
namun Arav tak pernah punya pilihan, karena baginya menuruti kemauan orang tua selagi itu tak merugikan dirinya tidaklah menjadi masalah.
ia sayang dengan sang Ayah, maka ia akan menuruti kemauan sang Ayah yang tak pernah banyak menuntut pada dirinya.
"Rav, sini." panggil suara tegas itu.
Arav menoleh, lalu sedikit terkejut saat melihat Kai yang tengah menatapnya dengan pandangan terkejut.
pemuda tinggi itu lantas berjalan mendekat ke arah para orant tua dan anak-anaknya. seraya menunduk sopan.
"ini anak saya, namanya Arav, tampan kan?" tanya Ayah.
Arav terkekeh malu saat para bapak-bapak dihadapan mulai tergelak dan mengiyakan pernyataan sang Ayah.
"nah ini, namanya Kaili. anaknya manis dan istimewa." ujar pria yang Arav ketahui merupakan Ayah dari Kai.
Arav terkejut saat mendapati teman satu sekolahnya itu turut ikut dalam acara reuni orang tua mereka.
dengan kemeja putih yang dimasukkan dalam celana kain pendek serta sepatu putih, Kaili tampak begitu menggemaskan.
Kai menunduk malu karenanya, tanpa sadar sudur bibir Arav melengkung gemas.
"saya kenal Kai." ujar Arav tiba-tiba.
seluruh pasang mata melirik ke arahnya termasuk Kai dengan mata yang membola lucu.
"oh? satu sekolah?" tanya Ayah.
Arav mengangguk. "Kita juga baru berteman tadi pagi setelah sekian tahun satu sekolah."
"bagus, berteman dengan baik jangan berkelahi." pesan Bapak.
pemuda tinggi itu tersenyum dan mengangguk. "iya pak, laksanakan!"
Kai diam, tak menyahut karena masih dilanda terkejut akan kehadiran Arav padahal ia tak perlu seterkejut ini.
ia tahu jika ayah dari teman angkatannya itu satu profesi yang sama dengan sang bapak namun tak menerka jika keduanya akan berteman akrab.
"ya sudah, Kai main sama Arav ya? bapak mau berbincang lebih lanjut." ujar bapak.
Kai mengangguk kaku dan menoleh ke arah Arav yang menatapnya dengan senyuman lembar.
"ayo." bisik Arav seraya mengode Kai untuk ikut langkahnya.
Angin pada bagian atas kapal cukup kecang, dan rambut Kai bergerak kesana kemari dengan ribut.
"anginnya kencang, mari masuk." ujar Arav pelan dari arah kiri.
namun tampaknya pemuda manis itu enggan untuk beranjak, membuat Arav heran.
"kai?" panggil pelan.
tak ada respond sama sekali, sampai akhirnya itu memutuskan untuk menepuk pundak sang teman.
"eh kenapa?" ujar Kai heran.
"tadi saya ajak masuk, kamu tidak dengar." ujar Arav.
Kai membuka mulutnya dan menunduk dalam. "maaf."
"tidak masalah, mari masuk udara cukup kencang." ujarnya lembut seraya menarik lengan sang teman.
keduanya masuk dan duduk bersandar pada dinding kapal dalam diam dan berhadapan.
"tangan mu sudah diobati?" tanya Arav membuka suara.
Kai mengangguk. "sudah."
"maaf ya, saya tak sengaja." kata Arav bersalah.
kepala itu menggeleng. "bukan masalah besar."
"kamu, berencana ingin menjadi apa nantinya?" tanya Arav penasaran.
Kai menoleh, lalu tersenyum malu karena di tatap begitu lekat oleh sang teman.
"aku ingin, menjadi orang sukses." balas Kai.
Arav tergelak. "mulia sekali."
"kalau Arav, mau jadi apa?" tanya Kai pelan.
pemuda Dikhara itu tertegun sesaat, namanya disebut oleh Kai membuat senasi senang.
"mau jadi, seperti ayah." ujarnya pelan.
Kai terperangah. "angkatan laut?"
Arav mengangguk mengiyakan seraya melipat kaki dan menumpukan dagu pada lututnya.
"namun sepertinya keinginan saja bisa saja berubah." kata Arav.
Kai mengernyit. "berubah, menjadi apa?"
"apa saja, tergantung hati saya maunya apa." balas Arav.
pemuda coklat itu mengangguk mengiyakan. "kalau gitu sama, saya juga begitu."
"Kai." panggil Arav pelan.
"iya?"
"mengapa tak menyahut jika saya panggil dari arah kiri?" tanya Arav pelan.
Kai terkekeh. "telinga kiri aku tuli. tidak bisa mendengar namun telinga kanan ku bisa, aneh ya?"
"tidak, berarti kamu memang istimewa" sangkal Arav.
Kai tersenyum dan menunduk, memainkan sepatu coklat yang melekat pada kakinya.
dibilang istimewa oleh Arav cukup membuat pipinya menghangat tanpa alasan yang jelas. mungkin ia malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telinga Kiri [✔️]
Fiksi PenggemarKaili tak bisa mendengar pada telinga kirinya dan Arav, sang pengecut yang selalu berbisik kata cinta pada telinga kiri Kai. ⚠️lokal ⚠️bxb ⚠️hajeongwoo