"Sayang!"
"Jangan memanggilku begitu. Menjijikkan! Panggil seperti biasa saja," Namjoon berteriak balik ketika Seokjin memanggilnya dengan panggilan yang menurutnya, 'ewh' bukan dia sekali.
"Namjoon jahat!"
Mengerucutkan bibir tebalnya, Seokjin bersandar di lemari pendingin dekat pintu dapur dan memperhatikan sang suami yang saat ini sedang melakukan keinginannya. Oh? Lebih tepatnya keinginan bayinya.
"Ini masukkan apa lagi?"
Seokjin menusuk perut buncitnya, "Mau apa lagi baby?"
Merotasi kan matanya, Namjoon mengecilkan suhu kompor listriknya, "Cepat Jinseok sebelum kompornya meledak."
Kesal dengan Namjoon yang seakan mendesaknya, Seokjin mendorong bahu suaminya, memotong sendiri sayuran dan memasukkan apa yang dirinya inginkan kedalam panci ramen yang kini mendidih dan mengeluarkan aroma menggugah, "Kau terlalu lama. Aku sudah lapar."
"Duduk! Jangan kemari. Sana."
"Tidak-tidak, kau memasak tidak selesai selesai."
"Sebentar lagi selesai."
"Kau yakin? Dari tadi kau menghabiskan waktu hanya untuk berpikir takaran bumbunya. Itu semua sudah sesuai Namjoon..."
"Iya iya, sudah sana."
Meninggalkan area dapur sembari menghentakkan kaki sebal, Seokjin memutuskan untuk kembali ke ruang tamu di mana ada Hoseok dan istrinya di sana. Malam ini mereka merayakan pembukaan butik Seokjin yang menunjukkan perkembangan pesat bahkan sehari setelah dibuka.
Hoseok menginap di rumah sang ayah dari satu (tiga) anak itu untuk dua hari, selain tidak ada panggilan dari rumah sakit yang darurat dan dirinya yang mengajukan cuti, ia juga dibayar Namjoon hanya untuk menginap dan membiarkan Yoongi serta Taehyung menghabiskan banyak waktu untuk bermain bersama Jimin.
Lumayan kan Hoseok cuma numpang tidur, makan, rebahan langsung digaji. Rasanya seperti menyewakan anak sendiri.
"Hei, di mana anakku?" tanya Seokjin, celingukan mencari keberadaan Jimin yang bahkan suaranya tidak terdengar.
"Entah, sepertinya bermain di luar."
Jihoon, istri Hoseok menutup majalah yang ia baca, berganti menatap Seokjin yang kini duduk di sampingnya.
'Brak'
Semua mata mengarah kepada sosok anak laki-laki yang menggebrak pintu seenaknya, mempersilahkan dua orang lainnya untuk masuk ke dalam rumah. Selesai menutup dan mengunci pintu, Jimin mengangkat Taehyung ke belakang punggungnya dan membawa balita itu ke hadapan Jihoon.
"Ini ma, Taehyung mengantuk."
Setelahnya berlari mendekati Yoongi yang tetap diam di tempat dengan tangan penuh membawa mainan.
"Ayo! Main di kamar ku saja!"
Tanpa basa-basi, Jimin menggandeng sosok putih itu memasuki kamar, tak lupa ia pun mengunci pintunya agar tak ada orang yang mengganggu acara bermain dan berdua bersama sang pujaan.
"Ya! Anak perawan ku dibawa kemana?! Jangan dikunci Jimin!"
Sayangnya dua anak yang berada di dalam tak menyahut, sibuk bermain lumpur yang mereka bawa dari luar tadi.
"Jadi ini bahan patung? Kita mau buat patung apa?"
"Jimin belum pernah membuat patung, tapi Jimin mau buat hati Jimin."
"Bagaimana?"
"Seperti hati biasa, kalau sudah jadi Yoongi mau simpan tidak?"
"Eum..."
"Mau kan simpan hati Jimin baik-baik?"
"Mau, kalau Jimin? Mau simpan cinta Yoongi baik-baik tidak?"
"Ten-"
'gedubrak'
"-tu. BABA, PAMAN HOSEOK PINGSAN MAKAN GAGANG PINTU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love [Namjin Drabble] On Hold
FantasyBukan sponsor C*ca-Cola :v Hanya sedikit kisah namjin yang tertumpah disini hehe💜 ngehe ehe ehe 🌚 © Written by goldchizy Start : 18 Agustus 2020 End : Never end.........? Hehe