27.

944 104 4
                                    

Sssshhh

"Jinseok?"

"Namjoon, sakit."

"Apa?! Ada apa?! Astaga! Ada darah! Ayo ke rumah sakit!"

Unit apartment yang semula sunyi kini terisi suara gaduh yang ditimbulkan Namjoon ketika berlari. Ia keluar dari rumahnya, membangunkan Hoseok dan menyuruh sahabatnya itu mengeluarkan mobil dari basemen, mereka akan segera ke rumah sakit, sedangkan Namjoon sendiri mengangkat tas perlengkapan bayi dan memampah sang istri.

"Hoseok cepat!"

"Ya, sebentar."

"Ayo Hoseok! Astaga lama sekali kau!"

"Diam Namjoon! Tenang! Aku sedang fokus dengan jalan!"

"Huff.... Huff...."

"Sampai! Kita sampai! Cepat!"

Namjoon memindahkan Seokjin keatas brangkar rumah sakit setelah Hoseok berlari mencari perawat dan dokter yang ada.

"Dokter, bagaimana?"

"Tuan Seokjin harus segera operasi sekarang juga."

"Artinya bayi ku akan terlahir prematur?"

"Ya. Ayo tuan, anda boleh menemani istri anda di dalam."

"Ya dokter. Hoseok, aku kedalam dulu, tolong kabari eomma ku."

"Tentu, masuklah. Semoga beruntung."

Masuk kedalam ruangan, Namjoon menempatkan diri disamping sang istri. Mengusap keringat yang bercucuran dengan tisu diatas nakas belakangnya.

Ia meringis, melihat proses yang pasti menyakitkan di depannya. Namjoon sungguh tak sampai hati untuk melihatnya.

"Jinseok, kau kuat. Jangan menutup mata arrachi?"

"Eum... Namjoon, aku tak merasakan apapun."

"Sssttt. Kau baik-baik saja oke. Bernafas lah perlahan."

"Namjoon, sakit."

"Hei, aku disini. Mana yang sakit?"

"Kaki ku."

"Dokter, Seokjin berkata bahwa kakinya sakit."

"Ah? Benarkah? Ya Tuhan, maaf."

"Ada apa?"

Dokter tersebut tak menjawab, melainkan sibuk berkutik dengan alat-alat nya dan menyuruh beberapa perawat memeriksa apa ada kesalahan di kaki Seokjin.

"Jinseok? Bagaimana? Apa masih sakit?"

"Aniya."

"Bertahanlah, kau kuat."

"Eum."

Meringis, Namjoon memegang tangan Seokjin erat. Menatap dokter-dokter di depannya yang menggoyangkan tubuh sang istri seraya menekan perut bagian atas Seokjin. Salah satu dokter membuka lebar-lebar  belahan yang mereka buat, menarik kaki kecil untuk keluar dan melihat dunia.

Oek..... Oek..... Oek....
(Anggap aja kek gitu suara bayi nangis😂)

Namjoon menitikkan air matanya, menatap Seokjin yang juga menangis bahagia. Raut yang semula kesakitan kini berganti, berhias senyum menawan dengan air mata yang masih membanjiri tanpa henti.

"Bayi kita Jinseok."

"Eum... Namjoon... I love you."

"I love you too baby."

"Selamat tuan, bayi anda sangat tampan. Ia akan menjadi seorang pangeran."

Dokter memberikan bayi yang baru terlahir pada Seokjin, meletakkan diatas dada sang ibu sebentar seraya membersihkan nya.

Seokjin menatap bayinya, memegang erat tubuh yang selama ini dilindungi nya.

"Jinseok, namanya Kim Jimin."

"Jimin?"

"Ya, Jimin."

"Annyeong Jimin... Selamat datang di dunia!"

Para dokter bersorak dengan tangan mereka yang bertepuk tangan memberi selamat pada kedua orang tua baru itu.

"Baiklah, tuan Seokjin akan dibius untuk dijahit perutnya dan mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu. Tuan Namjoon silahkan keruang rawat yang telah kami siapkan, anda akan menghangatkan bayi anda di sana."

"Bukankah seharusnya memakai inkubator dokter?"

"Pelukan seorang ayah juga diperlukan, kami telah meletakkan inkubator di ruang yang sama."

"Baiklah, Jinseok aku keluar dulu."

"Eum... Dah Daddy, dah Jimin..."

Perlahan mata itu tertutup, bius mulai bekerja dan Namjoon beranjak dari duduknya. Melepas tangan dingin sang istri lalu membuntuti suster yang menggendong putranya.

"Mari pak, silahkan duduk dan cari posisi ternyaman anda."

Menurut, Namjoon mendudukkan diri dan mencari posisi ternyaman nya. Ia membuka kancing bajunya seperti apa yang diinstruksikan oleh suster.

"Ini pak, dekap baby Jimin erat-erat."

"Ya sus, seperti ini?"

"Ya benar, saya permisi dulu. Nanti saya akan kembali untuk memindahkan baby Jimin ke inkubator."

"Baik sus, silahkan."

Setelah memberikan senyuman, suster tersebut membuka pintu dan meninggalkan ayah dan anak itu.

"Hei baby."

"Bagaimana perasaan mu setelah keluar dari perut appa?"

"Apakah dingin eoh? Makanya harus Daddy peluk?"

"Ah... Lucu sekali... Ingin minum? Tapi appa belum keluar... Bagaimana? Haus?"

"Okay okay sebentar..."

"Suster..."

"Ya pak?"

"Ini, anak saya kenapa? Haus kan?"

"Mungkin pak, sebentar saya ambilkan susu terlebih dahulu. Bisa saya ambil baby nya?"

"Oh? Ya."

Setelah menyerahkan putranya pada perawat, Namjoon menutup kancing bajunya. Dirinya mendesah lelah, menatap sekilas kala ranjang Seokjin didorong masuk kedalam ruangan.

Kakinya bergerak, mendekati ranjang sang istri. Mengecup dahi Seokjin sayang kemudian menunduk, melihat raut tenang di depannya dengan seksama.

"Terimakasih."

A/N

Sekedar info. Alma Gemela bakalan update hari Minggu sayang-sayangnya namjin....

Baby Jimin is here hehe 🍑

See you next chapter guys!!!

Love [Namjin Drabble] On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang