31 > Perbandingan

875 113 15
                                    

• • • * * * • • •

Dihari yang cerah. Eropa menuruni anak tangga, rumah ini sangat sepi. Entah kemana mama Sheeren sampai tidak ada dirumah. Tentang kehamilannya Eropa ingin tetap mempertahankan kandungannya. Walaupun mungkin hal ini sangat berat, tapi ia percaya papanya akan mendukung keputusannya. Hanya jika terjadi masalah pria itu baru bertindak seperti papanya membuat hubungan anak dan ayah membaik.

Ia pun akhirnya menelefon papanya. Ingin menanyakan mengapa rumah sangat sepi.

"Mamanya Sheeren sakit."

"Mama Sheeren sakit? Sakit apa?"

"Ck. Maksud papa, mamanya mama Sheeren yang sakit."

"Ohh mama mertua papa. Gitu aja ribet."

"Kalo bisa kamu kesini aja, temenin mama Sheeren."

"Tapi Eropa kan nggak deket sama mama Sheeren, pa."

"Kesini aja, papa mau kekantor."

Eropa mendesis kesal karena papanya menutup panggilan sepihak sebelum ia menyetujui apa yang barusan pria itu katakan.

Eropa melangkah kedapur, mengambil roti dan mengoleskan selai cokelat diatasnya. Memikirkan disana ia bersama mama Sheeren, ah pasti akan sangat canggung. Terlebih ia belum pernah mengobrol sedikitpun dengannya.

Eropa berhenti mengunyah, "Tunggu, berarti selama ini mama Marvel sakit? Aku nggak pernah denger, Marvel juga nggak pernah nyinggung soal mamanya." lalu kembali mengunyah.

Eropa menyelesaikan sarapannya, lalu memakai dress nyaman berwarna putih dengan motif bunga dibagian bawahnya. Ia memakai pakaian yang sudah lama ada dikamarnya itu, entah kapan ia membelinya. Dress itu masih tercantum label merk, tanda jika Eropa belum memakainya.

Dress nya sangat cantik ditubuhnya, ia memandangi dengan kagum pada cermin standing dikamarnya. Tidak buruk juga, walaupun pakaian ini mungkin keluaran lama. Mungkin nanti ia akan membeli beberapa pakaian, ia tidak mempersiapkan apapun untuk tinggal disini.

Eropa kemudian berangkat menuju Rumah sakit naik taksi yang sudah ia pesan terlebih dulu. Berpamitan pada bi Murti pembantu di Rumah ini. Setelah itu ia pergi. Eropa bisa saja memakai mobil yang terparkir, tapi papanya tidak mengizinkan untuk dirinya menyetir mobil sendiri. Kareng sang supir itu supir pribadi papanya, bukan untuknya. Jika seperti itu seharusnya Eropa diberi supir pribadi.

Dirumah sakit, Eropa melangkahkan kakinya. Langkah biasa, tidak tergesa-tega. Hanya langkah tenang, setelah mengetahui ruangan yang akan dituju.

Eropa dapat melihat Sheeren yang duduk dalam kesedihan seorang diri. Bernapas lega karena Marvel tidak ada. Ia mulai mendekati Sheeren, dan wanita yang sedari tadi menunduk itu mendongak melihat kedatangan Eropa.

"Lho, Eropa." Sheeren menghapus jejak air matanya, lalu tersenyum. "Kamu nggak lelah? harusnya jangan dulu kesini. Mama Sheeren jadi nggak enak."

"Nggak kok." Eropa pun duduk disamping Sheeren. Ia tidak bisa menghibur, bahkan tak bisa menenangkan. Eropa hanya diam, menmani Sheeren.

Hingga suara langkah terdengar, lalu terdengar memperlambat langkah kakinya. Eropa menoleh, melihat kedatangan siapa. Ia tidak terkejut, tenang. Ia harus terbiasa dengan lelaki itu-Marvel.

"Eropa." refleksnya memanggil.

"Lho kalian saling kenal?" tanya Sheeren memandang Marvel dan Eropa bergantian.

Marvel dan Eropa terdiam. Melihat itu, Sheeren tidak menuntut jawaban atas pertanyaannya.

"Eumm... Eropa, gimana kandungan kamu? Baik-baik aja? Mama harap kamu bisa memilih yang terbaik buat hidup kamu." Justru disini Sheeren yang mendukung Eropa, disaat keadaan yang membutuhkan dukungan adalah Sheeren sendiri.

Pasti mama Sheeren udah diceritain papa. Eropa menoleh hanya sepersekian detik melihat reaksi Marvel setelah mendengar ucapan yang dilontarkan Sheeren kepadanya. Dan ternyata Marvel langsung menoleh membalas tatapannya, dengan tatapan yang tidak bisa Eropa jabarkan. Ia tidak mengerti apa yang saat ini Marvel pikirkan tentangnya.

"Aku bakal pertahanin kandungan aku." ucap Eropa yakin.

Disebelah Sheeren yang lain, mendengar percakapan itu membuat tanda tanya besar diotak Marvel. Kandungan? Eropa hamil. Marvel tidak mengerti situasi macam apa yang Eropa alami.

Marvel menguatkan kepalan tangannya. Manahan marah karena sudah kecolongan hal yang berharga terakhir. Marvel sangat penasaran siapa yang berani menghamili Eropa, dan mendahuluinya. Sialan! Ia akan membuat perhitungan pada lelaki brengsek itu.

• * •

Sore hari yang cerah, matahari sudah bersembunyi dibalik awan. Namun cahayanya masih menyinari, membiat sore ini tidak terlihat mendung. Suasananya terkalahkan oleh kecanggungan yang sedang beroperasi diantara Marvel dan Eropa didalam mobil berdua.

Dua insan yang terjebak karena tidak bisa memberi alasan saat Sheeren memerintahkan Marvel untuk mengajak makan Eropa, sebelum mengantarkanya pulang.

"Mau makan apa?" tanya Marvel.

"Terserah."

Marvel menghela napas. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada wanita disampingnya. Tapi Marvel menahannya, karena ini bukan waktu yang tepat.

Ditempat makan, setelah mereka memesan makanan. Dan tersajilah makanan yang Eropa dan Marvel pesan.

Eropa makan dengan pelan, sangat perlahan. Bukan karena ia menjaga penampilannya didepan Marvel, tapi karena nafsu makannya yang berkurang. Sampai ia sadar Marvel tidak menyentuh makanannya. Ia menatap Marvel yang sedari tadi memperhatikannya.

"Kamu juga makan, jangan liatin aku terus."

Mendengar itu Marvel langsung menyentuh makanannya. Tidak memperhatikan Eropa kembali.

"Kamu nggak inget kejadian semalam ternyata." ucap Eropa sangat pelan dengan menuduk. Ia tidak kecewa, toh ia tidak mengharapkan Marvel akan mengingatnya.

"Hm?" tanya Marvel yang tidak mendengar dengan jelas ucapan Eropa, walau Marvel mendengarnya pun, ia tidak tahu pasti pendengarannya salah atau tidak.

Hening.

"Apa kamu udah nggak bisa aku miliki lagi?" ucap Marvel yang kali ini fokus pada makanannya. Tidak menatap Eropa, karena justru Eropa yang menatapnya intens.

"Aku bukan Eropa yang kamu kenal dulu."

"Aku juga nggak minta kamu buat kaya dulu lagi. Cukup jadi diri kamu sendiri." ucap Marvel. Dan Eropa sudah terbiasa dengan kebrengsekan lelaki didepannya saat ini, setelah apa yang terjadi pada Zeera, si brengsek ini dengan mudahnya meminta hal yang bukan lagi miliknya.

Eropa memejamkan mata, lelah dengan pembahasan ini. "Marvel..." lirihnya.

"Marvel?" tanya Marvel sedikit bingung. "Dari mana kamu tau panggilan aku Marvel?" kini, fokus Marvel pada satu titik, Eropa dihadapannya.

Eropa terbatuk pelan. Marvel mendekatkan minum padanya, lalu Eropa mengambilnya dan meminumnya seraya mencari jawaban yang pas. "Papa yang kasih tau aku, kalo dia punya adik ipar namanya Marvel."

"Eropa." pangilnya ingin mengubah topik setelah mendapat penjelasan yang barusan ia tanyakan.

"Lou, seperti yang kamu tau aku lagi hamil, dan kamu masih mau nerima aku?"

"Aku nggak peduli sama masa lalu kamu, atau seburuk apa kamu dimasa lalu."

Ini kedua kalinya Eropa mendengar kalimat itu, baik saat mabuk ataupun sadar lelaki itu tetap Marvel.

"Aku nggak seburuk kamu."

Eropa menatap Marvel, kalimat perjelas yang ingin ia sampaikan pada lelaki itu bahwa ini fakta yang sebenarnya. Lalu dengan santainya Eropa kembali menatap makananya, tidak mempedulikan wajah penasaran Marvel yang menuntut penjelasan.

• • • * * * • • •

Makasih udah baca^^

Jumat [25:06:2021]

MARVELOUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang