• • • * * * • • •
Dibalik selimut, Eropa menutupi seluruh tubuhnya sampai setengah wajahnya. Matanya masih terpejam lelah, tetap ia tidak bisa tidur begitu saja. Ia merindukan Lou, tapi ia amat membenci lelaki itu. Dan semua rasa kebenciannya mendadak menghilang terganti oleh kepasrahan dimana Marvel lebih berkuasa.
Jam masih diangka tiga pagi, masih lama menunggu matahari muncul. Namun Eropa sudah tidak sabar ingin pergi dari sini. Karena melamun, ia tersentak kala Marvel menarik pinggangnya untuk lebih mendekat. Tangan Marvel yang langsung menyentuh kulit pinggang Eropa membuat jantung Eropa sedikit berdegup kembali.
Eropa meneguk salivanya, masih memejamkan mata. Rasa malu terus menghantuinya, bagaimana bisa ia langsung luluh begitu saja?!!
"Belum tidur?" tanya Marvel tanpa membuka mata. "Atau mau lanjut beberapa ronde?" Marvel menahan senyumnya.
"Nggak!"
Dan kali ini Marvel terkekeh dengan jawaban Eropa, ia tidak kecewa atas penolakan Eropa padanya. Toh ia hanya ingin bercanda. Lalu terdiam karena sindiran Eropa.
"Besok kamu bakal pergi kan? Nggak ganggu aku lagi." tanpa Emosi sedikitpun, Eropa membuka mata menatap Marvel yang juga menatapnya dengan sedikit menunduk kesamping.
"Aku nggak suka kamu bahas itu lagi."
Setelah mendengar jawaban Marvel, Eropa berbalik membelakangi lelaki itu. Berniat menyingkirkan tangan yang bertengger dipinggangnya, namun Marvel justru mengeratkannya.
"Setelah tau aku pergi dulu, apa yang kamu rasakan?" Marvel mendekatkan dirinya, menempelkan wajahnya pada leher belakang Eropa, dengan sesekali menghirup aroma apel ditubuhnya. Aroma itu mengingatkannya pada Zeera yang memiliki aroma yang sama. Berapa banyak lagi kesamaan antara Eropa dan Zeera? Pikir Marvel.
"Aku mau bunuh kamu." Eropa yang mencoba menutupi masa lalunya, karena tidak ingin merasakan sakit yang sama seperti dulu.
"Aku nggak akan ninggalin kamu lagi, dan kamu juga nggak boleh ninggalin aku."
Eropa hanya diam.
"Setelah aku pergi, apa yang kamu alamin, Eropa? Semuanya baik-baik aja kan?"
Eropa hanya diam. Ia sangat malas membahas masa lalunya. Dirinya yang dulu terlalu bodoh, membuatnya muak pada diri sendiri.
"Emm... Mama kamu kemana? Kamu nggak tinggal bareng dia lagi?"
Masih tidak ada jawaban.
"Udah tidur?" tidak ada sautan. Dan Marvel kembali memejamkan matanya, menikmati sensasi kehangatan kulit mulus Eropa dengan mengeratkan kembali tangannya yang memeluk Eropa dari belakang.
Paginya, Marvel terbangun dengan Eropa yang tidak ada disebelahnya. Lelaki itu mengedarkan pandangan, mencari sesosok wanitanya. Perasaan panik mulai menghantuinya, takut jika ia dan Eropa kembali berpisah.
Saat Marvel memakai celananya tanpa atasan suara dering ponsel mengejutkannya, dan langsung membuyarkan semua pikiran negatifnya. Ia mengambil ponselnya, nama Zeera tertera disana.
"Ra?" Marvel terduduk kembali pada ranjang.
"Kak.."
"Hari ini gue sibuk, Ra. Nanti gue telfon lagi ya."
"Kak Marvel masih acara keluarga?"
"Masih." sebelumnya Marvel berpikir sejenak.
"Dimana?"
"Dirumah keluarga gue."
"Yaudah kak, maaf ganggu."
Sambungan terputus. Dan beberapa detik setelahnya, ia menoleh pada pintu kamar mandi yang terbuka. Terlihat Eropa yang keluar dari sana bersamaan dengar kelegaan dihati Marvel.
• * •
Eropa sudah kembali rapih dengan pakaiannya semalam. Memandang wajah Marvel yang menampakkan keterkejutan. Tenang, ia harus tenang. Ini bukan sudut pandang Marvel yang mempermainkan banyak wanita, tapi kali ini Eropa yang mempermainkan Marvel.
Walau ia tidak yakin bisa membuat Marvel jera.
"Kenapa kaget liat aku?"
Marvel menggelengkan kepala.
"Gimana perasaan kamu pas bangun setelah tau aku udah nggak ada disamping kamu? Karena dulu aku juga pernah ngalamin itu."
Marvel memejamkan mata, persetan dengan masa lalu! Ia sungguh muak. Marvel sudah cukup bersabar, dan bersabar menghadapi Eropa yang terus mengungkit kesalahannya.
"Cukup, Eropa!" tanpa bentakan hanya penekanan dari Marvel.
"Aku mau pulang."
"Aku anter."
Alhasil Marvel mengantarkan Eropa sampai depan gerbang rumah papanya. Bahkan Marvel tidak mau pergi jika belum melihat Eropa masuk.
Eropa yang sudah terlanjur masuk, mau tidak mau melanjutkan langkahnya. Sampai suara papanya menggelegar, apa papanya sudah tau jika ia akan datang??
"Dimana aja kamu semalam?! Talia udah dateng kerumah kamu, tapi kamunya nggak ada!!"
"Abis dirumah temen, nginep dadakan."
"Yaudah sana pulang, ajak Talia sekalian."
"Pulang? Kalo aku kesini bukan pulang namanya? Apa aku udah nggak ada hak tinggal disini? Aku itu anak papa! Jangan bisanya cuma nikah sama selingkuh doang. Semua anak papa ditelantarin." air matanya sudah ingin tumpah membasahi pipinya. Lalu Eropa melanjutkan ucapannya dengan purau. "Ini bukan rumah aku juga kan? Yaudah kalo gitu aku juga nggak mau lama-lama bertamu dirumah orang asing."
Eropa langsung naik tangga menuju kamar Talia, baru saja ia membuka pintu. Eropa bahkan belum mengeluarkan sepatah kata pun, tapi Talia sudah berdiri dihadapannya dengan satu koper ditangannya.
"Aku udah siap, kak."
Eropa tau, jika Talia hanya memaksakan senyumnya. Tak butuh lama Eropa langsung membawa Talia keluar kamar.
Baru saja, Eropa dan Talia akan melewati pintu. Suara papanya membuat hati Eropa sakit. Ini sudah berulang kali saat papanya benar-benar marah, pria itu akan mengungkit kembali kejadian kelam Eropa dimasa lalu dengan sindiran yang menusuk.
"Didik adik kamu dengan benar! Jangan seperti kamu yang sudah pernah hamil diluar nikah!"
Diluar, Eropa sudah tidak bisa menahan air matanya untuk tidak luruh. Papanya yang dulu ia banggakan sangat berbanding terbalik, berubah sembilan puluh derajat setelah papanya selingkuh. Sudah tidak ada lagi papa yang memandangnya dengan senyuman. Semuanya hancur, dan Eropa baru mengetahui itu setelah mamanya meninggal. Ia begitu menyesal telah membanggakan papa didepan mamanya. Membayangkan betapa sakit yang mamanya rasakan saat bersamanya.
"Jangan sedih, aku nggak akan ninggalin kak Eropa." Talia memeluk Eropa yang menangis, karena batinnya pun merasa sakit melihat kakaknya bersedih. Ia pun ikut menangis.
Eropa menghapus air matanya, menunduk menatap adiknya. "Kamu nggak mau ketemu mama kamu dulu?"
"Mau, tapi aku nggak tau mama dimana. Papa nggak ngijinin aku buat ketemu mama." Talia menunduk.
"Kak Eropa tau."
"Serius?"
Eropa mengangguk.
• • • * * * • • •
Rabu [23:12:2020]
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVELOUS ✔
Teen FictionEropa Azeera, seorang gadis cantik yang menyamar menjadi gadis cupu berkacamata hanya karena tak ingin seseorang dari masa lalu kelamnya datang dan mengenalinya. Seorang yang amat ia benci adalah orang yang bilang padanya bahwa semua baik-baik saja...