32 > Bergantung dan Kepastian

924 105 11
                                    

• • • * * * • • •

Marvel kembali bersekolah seperti biasanya, tanpa ada beban sedikitpun. Bahkan seperti sudah melupakan apa yang terjadi pada Zeera. Ditambah, Zeera yang tidak pernah menampakkan dirinya lagi di Sekolah. Hal itu membuat Marvel lebih mudah melupakannya.

"Vel, lo denger kabar Rendi masuk Rumah sakit?" Rakas memulai obrolan.

"Peduli amat ama dia." balas Marvel.

"Kondisinya parah banget, justru gue kira lo yang bikin Rendi kaya gitu." sambungnya.

Marvel sedikit teralihkan. "Beberapa hari ini gue nggak ketemu sama dia."

"Separah apa kondisinya?" Oza mulai penasaran.

"Mukanya aja sampe ancur kaya abis digebukin. Gue takutnya Marvel yang dituduh dalangnya. Secara waktu itu Marvel kena masalah ama Rendi."

"Gue bukan pelakunya, Kas. Lo kaya nuduh gue banget."

"Nggak gitu, Vel."

"Lo tau dari mana, Kas?"

"Biasa cewek gue." Rakas membalas dengan cengiran. Ceweknya yang berteman dengan banyak orang membuatnya mudah mendapatkan informasi. "Dia bilang, Sampe sekarang Rendi belum juga sadar. Gila kan."

Ucapan Rakas membuat Marvel sedikit kepikiran, siapa yang melakukan hal itu pada Rendi, seakan seseorang membalaskan dendamnya.

• * •

Hari mulai gelap, Eropa masih berada di Kafe yang jauh dari rumah. Ini adalah waktunya sendiri. Merenungkan semua kehidupannya dan menyadari jika ia yang terlalu bodoh. Eropa tidak menyalahkan Marvel sepenuhnya, dirinya pun salah.

Eropa menoleh ke jendela, menatap awan gelap yang mungkin akan turun hujan di malam hari. Ia tidak berniat pulang, seharian menghabiskan waktu tidak bisa melupakan kejadian mengerikan yang ia alami.

Eropa mengangkat panggilan setelah terdengar nada dering ponselnya, papa meneleponnya. Hubungan ayah dan anak yang semakin membaik setelah diterpa sesuatu.

"Nanti Eropa pulang naik taksi pa."

"Nggak perlu dijemput."

"Lho emang supir papa kemana?"

"Dia berhenti, papa belum dapet penggantinya."

"Eropa bisa naik taksi."

"Nggak usah pa, kalo papa nggak bisa jemput."

Eropa menghela napas, setelah mendengar paksaan papa nya yang ingin menjemputnya. Dengan terpaksa ia pun memberikan pesan alamat dimana ia saat ini berada.

Beberapa saat kemudian, Eropa kembali menerima panggilan telepon dari papanya yang mengatakan jika yang menjemputnya sudah sampai. Tanpa menutup telepon, Eropa merapihkan dan membawa tas selempangnya. Lalu keluar dari Kafe yang lumayan sepi dihari ini.

Setelah melihat siapa yang menjemputnya di cuaca yang mendung ini. Marvel bersandar pada mobil menatapnya.

"Papa minta adik mama Sheeren buat jemput kamu."

Eropa sudah melihatnya dan papa nya baru memberitahu. Ia menurut dan mendekati mobil yang Marvel bawa. Tanpa disangka Marvel membukakan pintu mobil untuknya. Eropa menatapnya sesaat, lalu masuk ke mobil.

Mobil melaju, dan Eropa kelaparan dijalan perutnya tidak terisi makanan yang mengenyangkan. "Aku mau makan dulu."

"Kak Sheeren masak dirumah."

MARVELOUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang