34 > Dingin

940 123 29
                                    

• • • * * * • • •

Dengan gugup Eropa mengambil ponselnya lalu melihat tidak ada nama yang tetera disana, nomer yang belum ada dikontaknya. Eropa membelakangi Marvel untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Eropa Azeera, 12 April 2002."

Eropa kembali berbalik, mengecek keberadaan Marvel yang saat ini memegang ponsel yang didekatkan pada bibirnya.

"Bisa-bisanya gue baru tau fakta ini." lalu Marvel memutuskan panggilan. Marvel bahkan mengubah kosa kata penyebutan berbicara pada Eropa.

"Jadi gue dipermainin sama satu cewe." Marvel menganggukan kepala perlahan. "Aah... Sekarang semuanya jadi jelas."

"Gue nggak nyalahin lo sepenuhnya. Gue cuma kecewa. Itu aja. Lo tau, gue nyari lo sampe mau mati, iya nyari Eropa. Tapi dengan seenaknya muncul satu cewek yang mirip sama lo, dan itu Eropa yang gue cari-cari dari dulu." Marvel menunduk. Ia sungguh frutrasi dengan semua ini. "Kalo aja kakak gue nggak nikah sama bokap lo, dan gue nggak akan sampai sini. Lo mau permainin gue sampe kapan?"

"Sebelumnya aku udah ceritain semua kekamu." walaupun saat itu Marvel sedang mabuk, tetap saja ia sudah menceritakan semuanya pada Marvel.

"Oh ya?"

"Sewaktu kamu mabuk, tiba-tiba kamu dateng kerumah--"

"Ah, kerumah Zeera? Pantas aja yang gue liat itu Eropa. Lo ceritain apa aja? Pancing biar gue inget semua, bahkan ceritain gimana lo bisa bawa gue ke apartemen gue."

"Aku nggak bisa." Eropa menggeleng lemah, ia benar-benar tidak bisa mengingat kembali kejadian itu. Ia hanya berani menceritakan karena saat itu Marvel sedang mabuk.

"Seru ya, ngeliat gue dibegoin sama lo. Iya gue sadar, gue brengsek. Gue tau lo maki gue karna gue bersikap buruk sama Zeera dan bersikap lembut sama Eropa."

Marvel melangkahkan kaki sampai dihadapan pintu lalu berbalik kembali. "Yang lo kandung itu anak siapa?" Marvel tersenyum miring.

"Jangan bilang itu anak gue, karna gue nggak akan percaya." Marvel langsung pergi begitu saja dengan menutup pintu kamar Eropa hingga menimbulkan dentumam yang kencang.

• * •

Paginya yang cerah justru terlihat suram untuk Eropa yang masih bersembunyi dibalik selimut, wajahnya tidak bersemangat setelah semalaman mengeluarkan air mata kesedihan, seharusnya Eropa tidak seperti ini. Eropa tidak tahu kenapa dirinya harus meratapi ini, bahkan menangisi kembali lelaki brengsek itu.

Memang apa salahnya, hanya membohongi dengan berpenampilan sebagai Zeera dan Eropa, Marvel sampai marah seperti itu. Jika dibandingkan dengan kesalahan besar yang Marvel perbuat, kesalahan Eropa mungkin hanya sebesar biji kurma.

Eropa bangkit, ia harus menyembunyikan kesedihannya, terlebih pada Marvel. Ia mulai membersihkan diri, lalu memilih outfit yang akan ia gunakan hari ini. Rompi rajut tidak lupa dengan inner kemeja putih dan rok tartan pendek. Eropa menguncir rambutnya, dan menyisahkan rambut didepan telinga.

Papanya sudah mendaftarkannya pada kelas melukis untuk mengisi hari yang kosong. Walaupun Eropa tidak yakin, ia akan mengikuti kelas dengan baik atau tidak. Yang terpenting ia sudah mencobanya.

Eropa pergi ke meja makan, memakan roti dan segelas susu dengan terburu-buru, ia hanya tidak ingin berlama-lama bersama Marvel. Bahkan sampai papanya malas untuk menegurnya. Lalu Eropa pergi dan berpamitan, baru saja beberapa langkah ia sudah dicegah.

MARVELOUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang