44 > Ia harus Pergi?

491 77 7
                                    

• • • * * * • • •

Aurin tampil cantik dengan gaun berwarna pastel yang anggun di tubuhnya, harapanya akan segera terlaksana Marvel akan mejadi miliknya. Walaupun pernikahan tidak berlangsung dengan cepat tetapi setidaknya dengan pertunangan dapat mengikatnya dengan Marvel. Terlebih ia sudah mengetahui hubugan Marvel dengan Eropa yang belum tuntas sepenuhnya, tapi itu memadamkan keinginannya.

Kecemasan? Aurin tidak bisa manampik jia ia takut Marvel dan Eropa kembali bersatu, tidak! Itu tidak akan pernah terjadi. Ia harus melakukan sesuatu jika Eropa kembali membuat Marvel berpaling.

Bahkan saat ini, saat yang paling bahagia namun Marvel membuat suasana hatinya menjadi buruk. Lelaki itu terus menerus menatap Eropa dengan lekat, mata menahan amarah menatap pasangan disana yang sedang tertawa. Ah, tangan Revan yang merangkul pundak Eropa membuat Marvel naik pitam. Dan Aurin hanya bisa diam melihat itu semua.

Dipertengahan acara Marvel pergi untuk keruangan, namun entah keruangan mana karena lelaki itu belum kembali juga setelah sekian lama, lalu ia melihat sekeliling ia baru menyadari Eropa tidak bersama Revan. Mengapa Revan membiarkan Eropa sendiri?! Sialan! Lelaki sangat tidak becus menjaga wanitanya.

Aurin memutuskan untuk keberadaan Marvel disegala ruangan tanpa menimbulkan masalah kekacauan untuk acara pertunangannya. Acara yang ditinggal membuat tanda tanya tamu yang datang, mulai terdengar suara bisikan dari tamu-tamu di outdoor. Namun Aurin tak akan kembali sebelum memukan Marvel.

Sampai Aurin berpapasan dengan kak Sheeren yang baru saja dari toilet. Aurin berusaha menyembunyikan kecemasannya, namun tetap ditangkap oleh Sheeren.

"Ada apa Aurin? Apa ada masalah? Oh iya Marvel udah diluar? dari tadi kak Sheeren nggak liat Marvel."

"Enggak ada masalah kok kak. Mungkin Marvel lagi ganti baju tadi kan ketumpahan minuman."

Sheeren mengangguk paham, lalu pamit duluan pada Aurin karena suaminya sudah menunggunya. Ia tidak meninggalkan suaminya terlalu lama.

Selang beberapa menit perginya Sheeren, Aurin kembali mencari keberadaan Marvel yang entah dimana keberadaanya. Tiba-tiba salah satu pintu terbuka, membuatnya langsung menoleh dengan mata mendelik. Marvel keluar dari ruangan itu, baru saja kakinya ingin melangkah  menghampiri lelaki itu dengan senyuman. Tetapi ia mengurungkan niatnya setelah mengetahui jika Marvel bersama Eropa diruangan itu. 

Ia memperhatikan keduanya, bagaimana Marvel menatap Eropa dengan lembut yang membuatnya muak. Lalu lelaki itu meninggalkan Eropa didepan ruangan, tatapan menunduk lesu tanpa semangat.

Barulah ia mulai mendekati Eropa dengan mata tajam, setelah dekat ia menarik lengan Eropa agar menghadap padanya dan,-

Plak!

• * •

Mata Marvel terus memperhatikan wanita hamil bergaun hitam disana, sampai dimana ia mmempunyai kesempatan dimana saat Eropa pergi dan tidak bersama lelaki sialan itu lagi. Ia melihat situasi yang mendukung lalu tangannya mengarah mengambil gelas minuman lalu berpura-pua tidak sengaja menumpahkan ketubuhnya.

Setelah rencananya berhasil, ia bisa langsung pamit pergi untuk mengganti pakaiannya. Tapi tidak dulu, ia menunggu Eropa didepan toilet terlebih dulu.

Bersandar pada dinding, dan saat Eropa keluar melewati tanpa menyadarinya ia mencekal lengan itu dan membawanya ikut serta bersama keruang ganti. Eropa meronta meminta dilepaskan sebelum akhirnya Marvel mengunci ruangannya dari dalam dan menyembunyikan kuncinya.

"Marvel, kamu mau apa lagi? Aku udah nolak ajakan kamu, aku nggak akan berubah pikiran."

Marvel memainkan rahangnya menatap penuh pada Eropa. Sudah cukup ia menahan amarahnya sedari tadi. Marvel mendekat, Eropa mundur dengan takut. Tanpa prediksi, Marvel mendorong Eropa keranjang, cukup pelan namun tetap membuatnya syok dan langsung refleks menyentuh perutnya memastikan jika kandungannya baik-baik saja.

"Marvel! Kamu udah keterlaluan..."

"Apanya yang keterlaluan?"

"Marvel cukup! Kamu nggak bisa kaya gini terus!"

"Kenapa kita nggak bisa kaya dulu lagi, Eropa?" ucap Marvel bergerak keatas ranjang membuka dasi yang mengikat dikerahnya, lalu membuka kedua kancing dibagian tangannya. 

Eropa menggeleng, "Marvel kamu nggak boleh lakuin ini! Ini hari pertunangan kamu sama Aurin, aku mohon... pikirin perasaan Aurin kalo dia tau apa yang kamu mau lakui sama aku."

"Dari awal apa aku pernah peduli sama perasaan cewek itu?"

Tangan Eropa mulai gemetar, ia harus bisa menahan keinginan lelaki diatasnya yang berniat memangsanya. Menelan salivanya dengan gugup, "Marvel... Jangann..."

Tetap saja Marvel tidak luluh pada lirihan kecil dari Eropa, lelaki itu justru mempercepat pergerakannya ia mulai menciumi Eropa dengan nafsu yang tidak tertahan. Namun rontaan Eropa selalu berhasil menolak ciumannya, membuat bibirnya mendarat dipipi Eropa. Hal itu membuat Marvel geram namun membiarkan saja, lalu tidak menyia-nyiakan untuk mencumbu leher beraroma manis dari tubuh Eropa yang selalu membuatnya kecanduan.

"Aku nggak akan maafin kamu, dan setelah ini aku bakal pergi jauh dari kamu." 

ucapan pasrah Eropa menamcap dihatinya, tangan Marvel yang berada disamping kepala Eropa mengepal kuat, melihat Eropa yang meneteskan air mata dalam diam tidak seperti biasanya. Sudah tidak ada lagi rontaan dari Eropa, saat itulah ia meredakan nafsunya dan menatap lembut wajah Eropa.

"Eropa..." 

Tidak ada jawaban.

Dan untuk pertama kalinya Marvel mengurungkan niatnya untuk tidak mementingkan egonya sendiri. Ia langsung berdiri membantu Eropa untuk bangkit, setelah itu ia melepaskan pakaian luarnya. Eropa menatapnya bingung.

"Cuma ganti baju, nggak liat?" Marvel menunjukkan bagian baju pakaiannya yang basah.

Melihat Marvel akan mengganti pakaiannya, ia langsung mengalihkan pandangannya dari Marvel. Setelah Marvel selesai, lelaki itu berjalan menuju pintu lalu membukanya.

Marvel keluar duluan diikuti Eropa.

Eropa berhenti mengetahui jika Marvel berbalik menatapnya, "Nggak ada yang mau kamu ucapin ke aku?"

Eropa hanya diam, bahkan tidak peduli Marvel sudah meninggalkannya. Lalu entah baru beberapa saat tita-tiba lengannya ditarik dan sebuah tamparan melayang ke pipinya. Panas, lalu rasa nyeri mulai hinggap. Sakit sekali.

"Eropa kamu itu gatel banget sii! Kamu sama Marvel ngapain berdua dikamar?!"

"Jawab aku! kenapa kamu bisa berdua sama Marvel?!"

"Aku bisa jelasin semuanya, ini nggak kaya kamu kira."

"Emang apa yang aku kira? Kamu udah punya Revan masih gatel sama Marvel, gitu? Emang gitu kan?!" 

"Engga Aurin, nggak kaya gitu."

"Terus kaya gimana?!"

Membeku, bibirnya Eropa terkunci, ia tidak bisa menjelaskan apapun pada Aurin. 

"Jawab! Bener kan?"

Aurin mengangguk paham. "Ternyata kamu sekotor itu ya... Sebelum semuanya semakin rumit, lebih baik kamu sama Revan pergi. Pergi yang jauh, yang nggak akan pernah aku sama Marvel temuin. Ngerti?!"

"Aurin, aku nggak pernah berusaha buat deket sama Marvel."

"Marvel yang deketin kamu? Eropa pikir pake otak. Kamu udah tau sifat Marvel kaya gitu, dia nggak akan bisa lepasin kamu. Trus aku tanya, kamu bisa ngelawan Marvel nggak?! Enggak kan! Satu-satunya cara itu kamu pergi dari hidup Marvel! Karena Marvel nggak akan pergi dari kamu. Kalo sampai setelah ini aku masih liat kamu sama Marvel, aku nggak akan diam aja."

Setelah mengucapkan itu Aurin pergi meninggalkan Eropa yang terdiam. Disini dirinyalah yang menjadi korban, tapi Aurin justru menyalahkannya. Benar, salahnya yang hanya diam selama ini, hanya diam tanpa berbuat apapun. Membuat Marvel semakin seenaknya, dan semakin keterlaluan. Mungkin memang seharusnya dirinya pergi, bukan menunggu kepergian lelaki brengsek itu.

• • • * * * • • •

Marvel udah mau tamat, pokonya sebelum tahun baru udah tamat!!

Vote yaa... entar aku up lagi secepatnya!!!

Sabtu [18:12:2021]

MARVELOUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang