-
"WOY! LO BUDEK!?"Melan menghembuskan nafas panjang dan berbalik memandang laki-laki yang baru saja berteriak padanya. "Bisa nggak lo nggak ngeselin sekali aja, mood gue lagi bener-bener susah diajak kerja sama, jadi sebelum gue bener-bener kesal, lo bisa diam, nggak?"
Gibran pura-pura mengaruk telinganya. "Sorry, lo tadi bilang apa?"
"Aish, mati aja lo." Melan membalas kesal. "Lagian lo kenapa suka banget nge-gangguin gue, suka ya lo sama gue?"
"Hm, gue suka sama lo."
Melan tersentak mendengar balasan Gibran. Dia cuma berbicara asal dan sama sekali tak menyangka Gibran akan membalas ucapanya seperti itu yang membuat dirinya bener-bener shock.
"Gue suka sama lo." Gibran mengulangi kalimatnya, sedangkan Melan masih mematung.
"Sorry ya Gib, bukan gimana—"
Gibran memotong ucapan Melan. "Tapi bohong, yakali gue suka lo."
Raut wajah Melan berubah. Gadis itu bergegas meningalkan Gibran. Dengan langkah cepat gadis itu segera berlalu dari koridor sepi itu. Lagian aneh-aneh saja tiba-tiba Gibran mengikutinya dan mengatakan hal-hal sampah itu.
Langkah Melan terhenti, tepat beberapa langkah didepanya, Gelan baru saja keluar dari lab kimia. Sial, Melan merutuk dalam hati.
Dan entah bagaimana caranya, Gibran juga sudah berada di belakangnya. Laki-laki itu mendekat dan langsung mengalungkan sebelah tangganya pada bahu Melan, yang segera ditepis olah Melan namun kalah tenaga karena Gibran tak melepaskanya.
"Hai," sapa Gibran konyol begitu saja pada Gelan yang masih memandang dirinya dan Melan datar, namun tak berlangsung lama karena Gelan langsung berdehem singkat dan berlalu pergi dengan ekspresi biasa-biasa saja.
"Lo ngapain sih? Gila ya lo!?" Melan melepaskan tangan Gibran dengan kasar. "Nggak usah aneh-aneh, bisa nggak sih!?" dumel gadis itu.
"Biasa aja sih, kok lo kayak marah banget?" tanya Gibran pura-pura dunggu.
"Ish, tahu ah, bangke lo." balas Melan kemudian berlari menjauhi Gibran.
***
"Eh Mel, nilai matematika lo ada kenaikan, ya? Malahan tinggi banget gila. Keajaiban banget." Jihan berkata sambil melirik kertas milik Melan yang baru saja dibagikan, angka 90 tertera disana, pas kkm, kemudian dia melirik punyanya sendiri yang terdapat angka 20.
Melan nampak tak berminat menjawab, dia juga merasa bahwa dia mengisi semua jawabanya sembarangan. Dan dia juga tak percaya dia mendapatkan nilai setinggi itu.
"Parah lo, nggak beritahu gue," lanjut Jihan kesal.
"Ih, enggak, nggak begitu, masa gue gitu sama lo?" balas Melan. "Nggak usah ngambek lo, gue beliin ice cream."
Jihan langsung nyengir. "Awww, baik banget sahabat gue satu ini."
Kemudian keduanya segera keluar dari dalam kelas, Gibran mendekati meja Melan dan mencabut nama Melan di kolom nama kertas tersebut, kemudian tertera satu nama disana.
Argibran rezxian.
Gibran memberikan kertas jawabanya untuk Melan, dengan cara menempel nama Melan pada kertasnya sendiri. Dan untuk semua itu, seharusnya membuat Gibran sadar.
Bahwa dia bener-bener jatuh hati pada Melan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelan & Melan
Teen Fiction'Dua magnet beda sisi yang saling tarik-menarik.' Melan itu gadis centil dengan sifat meledak-ledak seperti petasan. Sedangkan, Gelan itu lelaki kaku dengan wajah dingin bak kutub es. Melan suka mengganggu Gelan, menurutnya tak ada yang lebih seru k...