[19] Crazy

3K 308 19
                                    

-

Langkah kaki Melan membawanya ke rooftop sekolah. Gadis itu berjongkok dipojok dan menutup wajahnya yang memerah. “Gila, gue malu banget.”

Melan bener malu, sampai rasanya ingin menghilang saja. Harga dirinya bener-bener hancur, sekelas pasti menertawakannya habis-habisan.

“Kenapa lo goblok banget sih, Mel.” entah sampai kapan Melan akan merutuk dirinya sendiri, semuanya sama saja, tak membuahkan hasil.

Melan melirik kearah pintu rooftop yang terbuka. Dan detik berikutnya dia berteriak heboh. “KYA!”

Gelan tersentak dengan teriakan tersebut, dia melirik dan mendapati Melan berteriak dan memutar-mutar tubuhnya sendiri sambil memukul kepalanya.

Seperti ... orang gila saja. Gelan berdesis. Tapi, gadis itu memang tak pernah waras.

“PERGI! LO PASTI MAU MALUIN GUE KAN!? LO PASTI UDAH TAHU KAN!?” Melan berteriak, memandang Gelan tepat. Dia membuang mukanya kesembarang arah lagi.

Gelan mengernyit, tak paham. Tahu apa? Mau maluin dia? Ck, gadis ini pasti sedang mabuk. “Lo mabuk?”

Melan menghembuskan nafasnya kasar. Memandang Gelan tajam. “Nggak usah pura-pura nggak tahu! Itu buat gue tambah muak!” Melan berlari cepat, menabrak bahu Gelan dan turun dari rooftop dengan tergesa-gesa, sampai membuatnya hampir tersandung kakinya sendiri.

Gelan mengernyit aneh. Namun tak terlalu memperdulikannya. Lelaki itu berjalan ketengah rooftop, duduk dibangku disana dan membuka buku ditangannya.

“Gelan.” suara itu menganggu kegiatan membaca Gelan, lelaki itu mendongak dan mendapati Fanya berdiri sedikit jauh didepannya.

“Ya?” balas Gelan, membuat Fanya otomatis mendekatinya.

“Gue mau nanya ... eum, kamu pacaran sama Melan?” Fanya menunduk, malu dengan pertanyaan-pertanyaan sendiri, dia bukan tipekal gadis meledak-ledak seperti Melan, bahkan dengan menatap mata Gelan saja dia begitu gugup.

“Nggak.” Gelan membalas, binggung sendiri dengan pertanyaan Fanya yang aneh. “Emang kenapa?”

Fanya mengeleng. “Tadi gue dengar katanya kelas Melan heboh, karena surat cinta Melan buat lo.”

Gelan tersentak, kaget. “Surat cinta? Buat gue?”

Fanya mengernyit. “Lo nggak tahu?”

Gelan merunduk, menatap lembaran buku didepannya. Jadi karena ini Melan bereaksi aneh seperti tadi.

Gelan menghembuskan nafas panjang ketika mengingat semuanya, hidupnya, dunia Melan. Mereka tak bisa bersama, terlalu sulit. Tapi, kenapa Gelan selalu gelisah jika Melan dekat dengan Gito? Itu cuma karena dia sempat mendengar tujuan Gito mendekati gadis ini, kan? Bukan karena apa-apa.

“Gel?”

Gelan tersentak. “Iya?”

Fanya mengernyit. “Gue duluan, jangan lupa ke ruang fisika pas pulang sekolah, kita ada latihan soal terakhir untuk besok.”

Gelan mengangguk dan membiarkan Fanya pergi begitu saja, tanpa peduli tujuan awal gadis itu datang kesini berbeda.

Fanya menuruni tangga rooftop, sesuatu di dadanya terasa terhimpit. Dia meremas coklat ditangannya erat. Percuma, semuanya percuma. Perasaannya juga percuma.

***

“Lo dimana!?” Jihan berteriak disambungan telfon, Melan kabur dari jam pelejaran pertama sampai saat pulang sekolah ini. Dari istirahat ponselnya sama sekali tak aktif baru saja aktif.

“Gue .. di perpustakaan, di pojokan, sembunyi dibawah meja pojok dekat rak.” suara Melan kecil, sepertinya dia bener-bener sedang bersembunyi sekarang.

“Gila, elo bener-bener gila, Mel!?”

“Gue malu, nyet.” Melan membalas tak kalah kesalnya.

“Terus lo mau sampai kapan disana? Sampai mati?” pertanyaan Jihan membuat Melan merapatkan bibirnya diam-diam.

“Jemput gue ke perpus, Ji. Kaki gue lemas.” Melan menjawab pada sambungan telepon yang langsung dimatikan.

Melan tetap diam ditempatnya, menit-menit berlalu dan dia masih sama saja sampai bunyi sepatu mendekat.

Sepatu itu, Melan buru-buru keluar dari persembunyiannya.

“Gila, betah lo disana?” tanya Jihan takjub.

Melan berdesis. Sama sekali tak betah, apalagi tadi dia hampir ketahuan pustakawan. Gadis itu meraih ranselnya dari tangan Jihan, membukanya dan mengeluarkan hoodie berwarna purple dari sana.

Jihan mengira, Melan akan memakainya, namun gadis itu justru menggunakan untuk menutup wajahnya dan mengikat asal dibelakang kepalanya. “Ayo jalan Ji, tunjukkin jalannya. Eh gandengan aja, entar gue kenapa-kenapa.”

Melan itu bener-bener aneh. Kenapa Jihan betah banget hari-harinya selalu ada gadis gila seperti Melanie Calista?

***

A/n:

Belakangan ini, mood nulis ilang banget, mau pending tapi sayang. Kalau udah tamat, mau Hiatus dulu deh.

Jangan lupa vote dan coment!

Love u all!

20 Juli 2020.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang