[10] Euphoria

5.4K 447 34
                                    

-

“Lo sih!” ucap Melan kesal. “Alasan lo konyol banget!”

Jihan berdecak. “Ya kan gue panik, Mel! Panik!” balas gadis itu kesal. Keduanya berakhir diusir Bu Dina dan berlalu nongkrong di kantin. Tak mungkin keduanya kembali ke kelas dan mengerjakan sepuluh soal dari pak Agus jika terlambat.

Melan malas membalasnya lagi. Gadis itu menyeruput es jeruknya tanpa peduli lagi.

Seorang cowok melangkah masuk kedalam kantin. Melan memandangnya tanpa kedip, seolah jika dia kedip cowok itu akan hilang.

“Gelan, Mel,” bisik Jihan turut melirik cowok itu, lelaki itu nampak membeli sebotol air mineral dan duduk di bangku jauh dari keduanya.

“Uh, ganteng banget kan!” lanjut Jihan masih berbisik. Semua orang tahu, Gelan definisi sempurna yang sesungguhnya.

“Bentar, gue samperin dulu!” Melan buru-buru berjalan kearah meja Gelan.

“Hi, Gel,” sapa Melan sok akrab. Gadis itu duduk didepan Gelan. Sedangkan lelaki yang ditatapnya hanya memandangnya dengan datar.

“Gel, tahu nggak masa tadi gue sama Jihan diusir dari UKS, alasannya Jihan konyol banget sih kayak orangnya.” kemudian Melan tertawa cekikikan.

Gelan didepannya tak peduli. Lelaki itu membuka tutup botol air mineralnya dan meneguknya. Melan masih menatapnya dengan kagum.

“Gel, hari ini ada jadwal les matematika, kan?”

Gelan hanya bergumam menjawab.

“Kalau gitu kita pulang bareng, gimana?”

“Nggak,” akhirnya Gelan berbicara.

“Ih, nggak boleh gitu, Melan nggak ada tumpangan loh, apalagi rumah Gelan itu jauh. Bareng ya? Nanti pulangnya baru Melan minta dijemput, gimana?”

“Nggak.”

“Ih, kenapa sih!”

“Lo punya pacar banyak, kan? Minta aja sama mereka.” akhirnya kalimat itu mengucur dari bibir Gelan. Lelaki itu bahkan tersentak dengan ucapannya sendiri.

Melan tersenyum menggoda. “Nggak usah cemburu, Gel. Melan sekarang jomblo kok, walaupun kalau dihitung mantan Melan itu banyak, tapi sekarang Melan lagi jomblo. Kak Gito sama Melan belum pacaran, kok.”

Mendengar nama Gito disebut membuat Gelan diam-diam menghembuskan nafas panjang. Apalagi setelah mengetahui rencana lelaki itu pada Melan. “Jauhin Gito, dia bahaya buat lo.”

Melan mengernyit sejenak. “Gelan mabok apa gimana?”

“Serah.” Gelan malas meladeni gadis seperti Melan. Lelaki itu bangkit dan berlalu pergi dari bangku kantin.

Melan mengernyit binggung, terus memandang punggung tegap Gelan sampai bener-bener menghilang dari pandangannya.

Gadis itu memutar arah dan kembali pada Jihan yang ternyata sudah memesan semangkuk mie ayam dan memakannya.

“Gimana? Gimana?” semprot gadis itu disela mengunyahnya.

“Biasa aja, lo tahu Gelan kayak gimana,” perempuan berkuncir satu itu menjawab.

Jihan menautkan kedua alisnya. “Itu aja?”

“Eh, inget-inget, dia sempat bilang jauhin kak Gito.” Melan mengangkat bahunya. “Kak Gito baik, masa gue jauhin?”

Jihan tersedak, kemudian tersenyum. “Dia cemburu. Gila, secepat ini pesona loh, Mel?” kemudian kedua perempuan itu tertawa dengan jawaban salah mereka.

Anyway, kakak lo gimana, Mel, hehehe,” ujar Jihan malu-malu.

“Karena gue lagi bahagia, gue bilang deh, dia juga suka sama lo.” dan jawabannya membuat Jihan bener-bener senang.

***

Tepat ketika bel pulang berbunyi, Melan sudah didepan kelas XI IPA 1. Gadis itu berdecak, karena ternyata kelas mereka belum bubar, padahal sudah jam pulang. Dia mengintip sejenak, dan melihat Pak Nial masih mengajar.

“Kebisaan nih guru, kalau ngajar lupa waktu!” Melan mencibir. Gadis itu kemudian bersandar di tembok dengan malas.

Tak lama kemudian terdengar suara pamit Pak Nial, disusul kericuhan lainnya seperti bangku dan meja berderit sampai derap langkah kaki. Entah mengapa jantung Melan juga ikut berpacu.

Pak Nial yang keluar duluan. Dia berhenti sejenak kala melihat Melan. “Melani ngapain disini?”

Melan nyengir. “Ada urusan, pak.”

Pak Nial tersenyum. “Jangan lupa kerjain tugas, ya?”

Melan gregetan. “Iya pak, iya, jangan buka kartu dong, malu nih!”

Pak Nial tertawa dan bergegas pamit pergi.

Melan berdecak, melihat sudah banyak siswa-siswi yang keluar. Seorang gadis berambut cokelat panjang nampak begitu sinis menatapnya. Melan bahkan tersentak sejenak.

“Kenapa sih dia?” Melan bergumam.

“Melan?”

Melan melirik seorang cowok berambut cepak dan kacamata bulat mendekatinya dengan malu-malu. Melan mengernyit.

Temen-temennya dibelakang semakin senang menggodanya. Melan tersenyum dengan paksa. Oh shit.

Dia memberikan Melan bunga yang ternyata disembunyikan dibelakang punggungnya. “Buat kamu,” ujarnya sambil memperbaiki kacamatanya yang melorot.

Melan tersenyum dan menerimanya. “Makasih,” ujar perempuan itu.

Budi didepan rasanya akan pingsan, mendapatkan senyuman itu. Melan buru-buru pamit pergi. Gadis itu nyelonong masuk kedalam kelas XI IPA 1. Ternyata Gelan masih didalam, lelaki itu sedang sibuk dengan buku didepannya.

“Gel,” Melan memangil.

Gelan mendongak dan mendapati gadis dengan ransel pink itu mendekat, ditangannya ada sebucket bunga mawar. Tak perlu menanyakan, Gelan tahu bunga itu didapatkannya dari cowok. Mungkin dia baru jadian tadi.

“Hm.”

Melan tersentak dengan balasan Gelan. Gadis itu berdecak, namun tetap ikut duduk disamping Gelan. “Ayo les matematika, kata Bu Indah—”

“Gue nggak punya banyak waktu,” potong Gelan. “Gue mau ke lab fisika, buat olimpiade minggu depan. Kita bisa belajar disini, masih ada waktu sejam.” Melan hampir shock dengan ucapan pajang dan kelewat cepat milik Gelan. Namun dengan sebisa gadis itu meredakan keterkejutannya, Gelan bisa berubah-ubah kapan saja.

“Oke.” Melan mengangguk, gadis itu membuka ransel pinknya yang didalamnya terdapat banyak barang, seperti makeup sampai jeket kuning bergambar kucing.

Gadis itu mengeluarkan catatan matematika-nya. Kemudian memberikan pada Gelan. “Ini catatan Jihan, sih,” gadis itu melapor. “Gue nggak pernah catet.”

Gelan tak peduli, lelaki itu membolak-balik lembaran catatan itu. “Mana yang mau dijelasin?”

“Sebenarnya semua nggak gue ngerti,” ujar Melan tanpa malu. “Tapi jelasin yang minggu terakir aja, soalnya ada ulangan besok.”

Gelan mengangguk, dia mulai menjelaskan pada Melan. Gadis itu berusaha setengah mati mereda debaran di jantungnya, agar dia bisa paham. Namun Melan tak bisa.

“Arhg, susah!”

Gelan terkejut. “Apanya?”

“Kamu nya!”

***

Next? Jangan lupa vote dan coment yaa!

Bubay,

kharlynUlle.

08 April 2020.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang