[06] Sial

5.2K 451 10
                                    

-

"Kenapa lo?" tanya Jihan saat Melan memasuki kelas dengan wajah kusutnya.

Melan menghembuskan nafas panjang. "Gue lagi ngambek sama orang rumahan pokoknya! Tadi pagi gue berantem sama Kak Ichal dan mama justru bela Kak Ichal padahal gue yang anak bungsu!"

Jihan menghembuskan nafas berat. "Emang masalahnya apa?"

Melan memanyunkan bibirnya kesal. "Gue rusakin earphone kak Ichal. Nyebelin banget sih!"

Jihan tersenyum malu-malu. "Ya, emang salah lo sih."

Melan menatap perubahan wajah Jihan. "Lo mah semua tentang kak Ichal bener aja! Lo kan suka sama kakak gue!"

Jihan cemberut. "Pelan-pelan!"

"Udah deh, udah bukan rahasia lagi, gue juga udah bilang sama Kak Ichal."

Jihan cengo. "Melan lo buat gue malu, anjritttt!"

Melan hanya tertawa menanggapinya. Dan tawanya berhenti saat Pak Kus memasuki kelas. Guru berpawakan gendut dengan kacamata bulatnya itu menatap seisi kelas garang. Namun, Melan balik menatapnya sambil mengigit kuku-kukunya.

"Kumpulkan pr fisikia-nya didepan!" titahnya tegas.

Jihan membuka tasnya dan mengeluarkan buku tugasnya. Gadis itu mengernyitkan keningnya binggung melihat Melan yang shock.

"Kenapa lo?"

Melan menatap Jihan takut. "Ada PR?"

Oke, rasanya, Jihan mau membuang Melan kedalam danau penuh buaya saja. "Ya ada lah! Semalam kan udah gue kirim sama lo plus jawabannya!"

Mata Melan membulat. "Gue lupa kerjainnya!"

Jihan menatap Melan sengit. "Hell come to you."

Melan mengajak rambutnya yang tak gatal frustasi. Apalagi mata tajam Pak Kus yang menatapnya tajam dari balik kacamata hitamnya. Rasanya seperti ada laser tak kasat mata yang menghunus jantung Melan sehingga berdetak lebih cepat.

"Melanie Calista?"

Oh oke, bener kata Jihan. Hell come to me now.

"I-iya pak?"

Pak Kus memperbaiki letak kacamatanya sejenak. "Mana pr kamu?"

Melan gelagapan. "Anu, pak, itu ... lupa."

Pak Kus menatap Melan lebih tajam. "Lupa atau tidak dikerjakan?"

Melan terkesiap. "Yang opsi kedua sih, Pak..."

Pak Kus memukul meja kencang. "Keluar! Berdiri didepan bendera sampai jam pelejaran saya selesai, setalah itu jangan lupa kerja tugas di LKS halaman 170 sampai selesai!"

Melan melengos. "Hukumanya kudet amat pak."

"APA KAMU BILANG?!"

"Bapak tambah ganteng-ganteng kalau marah-marah!"

Pak Kus refleks memegang jangutnya bangga, dan disambut tawaan satu kelas.

Oke, setalah keluar dari kelas Melan segera memilih opsi yang paling nyaman menurutnya. Opsi pertama, perutnya sedang lapar, dia tak sarapan pagi karena sedang ngambek dengan orang rumah. Opsi kedua, bobo cantik di UKS. Sepertinya kedua opsi tersebut sama-sama menyenangkan. Melan akan pergi makan dulu di kantin dan ke UKS.

Pak Kus melirik Melan yang berjalan tak kearah lapangan. "Melan! Mau kemana kamu?! Kalau kamu tak ke lapangan sekarang bapak bakal kasih kamu surat panggilan orangtua!"

Melan terlonjak kaget. Dia menoleh kebelakang. Big no, Melan bisa digantung di pohon tomat oleh bundanya kalau dapet surat panggilan!

"Iya pak!" Melan melengos, gadis itu membawa kakinya menuju lapangan bendera. Namun sepertinya ada kelas yang olahraga. Sumpah Melan malu banget, dia udah sering dihukum hormat bendera tapi sekalu sama Jihan. Ini pertama kalinya dia sendiri.

Melan menghembuskan nafas panjang. Semakin mendekat dan dia tahu kelas berapa yang sedang olahraga itu. Kelas XI IPA 1. Lebih tepatnya kelas Gelan. Kelas manusia-manusia pintar yang selalu dibanding-bandingkan dengan kelas XI IPA 7 kelas buangan milik Melan.

Melan melangkah menuju tiang bendera. Menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga karena Gelan barusan menatapnya. Dengan penuh rasa malu yang sudah putus, Melan mengangkat tangannya dan memberi hormat.

Bisik-bisik dari kelas Gelan terdengar.
"Melan sih ya, udah biasa, kata guru-guru dia itu males banget."

"Heum, untuk cantik ya jadi banyak yang suka. Katanya Kak Gito juga lagi PDKT sama dia kan?"

"Yups, dapet kapten futsal, cuy."

"Cantik banget sih, tapi bodoh."

Kepala Melan berputar. Kemudian memberat dan setalah itu dilihatnya tiang bendera yang bergoyang sebelum akhirnya tubuhnya jatuh ke lantai lapangan yang terik.

***

Next? Jangan lupa vote dan coment ya. Heum, kasian Melan gengss. Btw, Melan pindah beneran apa bohongan?

Best regard,

Carlin.

11 Maret 2020.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang