[14] Badmood

3.4K 325 10
                                    

-

Hari ini perasaan Melan begitu berantakan. Kemanapun dia pergi seperti ada awan hitam yang mengikuti diatas kepalanya. Semuanya terjadi karena alasan; Kakak kesayangannya pagi tadi terlalu menyebalkan, melapor yang tidak-tidak pada mamanya kalau Melan disekolah hanya senang-senang dan berpacaran. Kedua, Papanya menasehati nilai ulangannya yang kedapatan mendapatkan angka nol. Bener-bener musibah. Dan ketiga, ketika sampai disekolah, dia melihat Gelan berjalan bersama seorang gadis yang Melan ketahui bernama Fanya.

Bener-bener hancur sudah moodnya.

"Mel!" Jihan melambai, namun mood Melan terlalu hancur bahkan untuk membalas lambaian itu.

"Lo kenapa sih?" tanya Jihan binggung.

Melan memeluk Jihan, matanya tetap memandang punggung Gelan yang jauh didepan sana. "Susah, Ji. Dia paling susah dari semua cowok yang pernah gue deketin, dia sama gue terlalu berbeda. Gue kalau kejer dia, dia bakal lari terlalu jauh."

Jihan menepuk pundak Melan. "Lo suka sama Gelan, Mel? Sama manusia yang dulu selalu lo bilang kulkas berjalan, kanebo kering, dan lainnya? Lo bahkan dulu selalu kesal waktu lihat wajah datar Gelan. Waktu kelas X, lo bahkan buat list orang yang bakal lo jauhin, dan Gelan ada di urutan pertama."

Melan meringis. "Gue kalah, Ji. Gue kalah sama perasaan gue sendiri, rasanya nyesek."

***

Melan bahkan melewati banyak jam dengan pikiran penuh tanda tanya. Bertanya-tanya, kenapa dia bisa suka sama Gelan, bertanya-tanya kenapa dia sebodoh ini, atau kenapa dia bisa mencintai seseorang secepat ini?

"Mel!" Jihan menggoyangkan bahu Melan membuat gadis itu tersentak.

Melan meringis dan menaikan alisnya bertanya.

"Mau sampai kapan lo disitu?" Jihan mengerutu. "Ayo pulang, tadi gue bawa motor, lo bisa nebeng."

"Sekalian jalan-jalan dong, Ji!"

***

"Gila lo, kita mau kemana, woy!" sembur Jihan kesal. Sedari tadi yang mereka lakukan hanya berkendara tanpa tahu arah.

"Udah, jalan aja, Ji. Gue mau makan angin!" balas Melan.

Jihan berdecak, namun tetap memacu motor scoopy nya semakin kencang.

"Lebih kencang Ji!" teriak Melan bener-bener gila.

"Gimana sih caranya bawa motor? Ajarin dong, Ji. Lo tahu bawa mobil juga, kan? Ajarin dong!"

Jihan berdecak. "Lo mending latihan bawa sepeda dulu, Mel." oh penghinaan.

Jihan berhenti disebuah caffe. Nuansanya american klasik, dipintu masuk ada lonceng angin dari bambu yang tertiup angin dan menghasilkan suara merdu.

Didalamnya semua berwarna coklat dengan kursi-kursi kayu berjejer rapi. Dari depan kasir, seorang pramusaji tersenyum manis pada keduanya.

"Lo tahu tempat ini darimana, Ji?" tanya Melan kagum, dia seperti kembali pada masa lalu.

"Oh tadi sambil nyetir nggak kenal arah, gue coba search tempat bagus disini, dapatnya ini."

"Ah, pintar teman gue ini!"

Sedangkan Jihan hanya terkekeh. Semoga Melan bisa melupakan patah hatinya.

"Nggak ada pramusaji dodol, sana pesan ke kasir. Gue mau foto dulu, tempatnya aesthetic!" Melan menahan nafas mendengar perkataan Jihan. Gadis itu serius dengan ucapannya, buktinya sekarang dia sudah mengeluarkan ponselnya dan berfoto.

Bener-bener gila!

Melan mengedarkan pandangannya, untungnya caffe ini sepi. Bahkan, cuma mereka pengunjung sekarang.

Melan bergeras menuju kasir.

"Mel, pesanin gue bubble tea sama roti bakar isi coklat sama strawberry! Lo yang bayarin!"

Melan ingin, balas berteriak, namun dia masih punya malu. Gadis itu bahkan melangkah menuju kasir dengan perasaan malu. Namun, wanita dikasir justru tersenyum ramah membuat Melan diam-diam menghela nafas.

Melan melirik daftar menu yang terpampang.

"Milkshake oreo satu, bubble tea satu, sama roti bakar isi coklat dua, strawberry satu, sama kacang."

***

Besoknya, keadaan tak berubah. Melan tetap kesal ketika melihat Gelan lagi-lagi berduaan dengan Fanya.

"Dia bahkan nggak peduli plester dijidat gue karena dia!" Melan merutuk kesal. Bener-bener tak habis pikir dengan Gelan.

Melan bergegas malas menuju kelasnya. Ditangga ke kelas XI dia bertemu dengan Gito.

"Hi," sapa Gito. Kenapa jadi canggung begini?

Melan tersenyum. "Hi, Kak Gito."

Gito mengaruk belakang rambutnya, mungkin binggung sendiri dengan kecangunan yang terjadi. Jika begini terus, rencananya pasti gagal.

"Pulang bareng mau?"

Senyum Melan merekah. "Mau."

"Gue tunggu diparkiran, ya?" setalah itu Gito mengacak rambut Melan sebelum pergi.

***

A/n: judulnya ganti uwuwu❤️

Next? Vote dan coment ya!

Bubay,

Carlin.

13 Juni 2020.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang